Presiden RI ke-6, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersilaturahmi dengan Muslimat Nahdlatul Ulama, Tokoh Masyarakat dan Kelompok Tani Kabupaten Ngawi di Ngawi, Kamis (5/4/2018). (Foto: SBY Team)

Ngawi: Muslimat Nahdlatul Ulama Kabupaten Ngawi mengeluhkan maraknya kabar bohong (hoax) yang berkembang di masyarakat. Menurut mereka, kondisi tersebut membuat warga resah, terlebih jika hoax tersebut sudah menyangkut suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

“Di tengah sulitnya ekonomi saat ini, keresahan masyarakat kian bertambah dengan banyaknya hoax di media sosial. Sebagai orang tua, kita semakin kesulitan menjaga anak-anak dari berita-berita yang tidak benar seperti ini,” sebut perwakilan Muslimat NU, Nur Aini.

Keluhan itu ia sampaikan kepada Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tengah berkunjung dalam rangka Tour de Jatim Partai Demokrat di Ngawi, Kamis (5/4/2018).

“Dulu di zaman Pak SBY kita hidup tenang. Ekonomi baik dan tidak ada kabar-kabar bohong yang berpotensi memecah-belah rakyat bangsa ini,” ungkap Nur.

Namun kini, kata dia, ekonomi rakyat kian sulit. Daya beli menurun, karena biaya hidup menjadi tinggi.

“Yang paling terasa adalah mahalnya tagihan listrik dan BBM (bahan bakar minyak) yang harganya terus melambung,” terangnya.

Menanggapi hal itu, SBY mengajak semua rakyat Indonesia untuk bersama-sama memerangi hoax. Sebab menyebar kabar bohong bertentangan dengan ajaran Islam dan norma-norma Pancasila.

“Saya dan keluarga sudah ratusan kali kena fitnah, dihujat dan menjadi korban hoax. Begitu juga Partai Demokrat. Tapi kami bersabar, Allah pasti akan turunkan keadilan pada saatnya nanti,” paparnya.

Menurut SBY, hoax jelas tidak dibenarkan. Islam sangat menentang adanya fitnah. Sebab fitnah bisa lebih kejam dari pembunuhan.

“Ingat nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Rasul yang agung yang memiliki sifat-sifat yang mulia, salah satunya tabligh yang artinya menyampaikan kata yang benar. Itu harus kita teladani,” imbau SBY.

Kemudian terkait ekonomi, SBY memaklumi kondisi bangsa yang beberapa tahun terakhir mengalami kesulitan. Ekonomi tumbuh hanya 5 persen, sehingga menyebabkan daya beli menurun dan minimnya lapangan pekerjaan.

“Mudah-mudahan tahun depan demokrat bisa kembali ke pemerintahan, sehingga kita bisa menjalankan lagi program-program yang pro-rakyat. Semoga dengan begitu ekonomi bisa kembali tumbuh dengan baik, daya beli meningkat, dan kesejahteraan rakyat bisa kembali diwujudkan,” harap SBY.

(rilis/dik)