Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dengan bersemangat dan berbahagia membungkuskan nasi untuk pengungsi korban banjir di Balai Desa Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (1/12) pagi. (Foto: Imelda Sari)

Wonogiri: Kalau membantu jangan tanggung-tanggung. Agaknya sikap langka itu dimiliki Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.

AHY sangat total dan bagai tak memiliki kecanggungan dalam memberikan bantuan pada pihak yang membutuhkan. Setidaknya hal itulah yang terlihat ketika AHY dengan gembira membungkuskan nasi pada para pengungsi korban banjir dan longsor di di Balai Desa Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (1/12) pagi.

Kedatangan AHY bersama Ketua DPD Jateng Partai Demokrat Rinto Subekti dan Ketua DPC Wonogiri Tety Indarti untuk memberikan bantuan sembako sebanyak 1200 paket kepada Kepala Desa Dlepih Sutarmo untuk diteruskan ke 1.142 pengungsi.

Usai menyampaikan bantuan, AHY bergegas ke dapur umum. Lantas, tanpa canggung, AHY segera membungkuskan nasi bagi pengungsi.

“Seberapa banyak nasinya?” AHY bertanya kepada para ibu yang bertugas di dapur umum.

“Ya dikira-kira saja, yang penting kenyang,” ujar seorang ibu.

“Oh, dikira-kira saja ya,” kata AHY sembari menaruhkan nasi ke bungkusnya.

“Eh, tapi jangan kenyangnya Pak Agus, ini kenyangnya orang sulit, Pak,” kata si Ibu sembari menegaskan minimal tiga centong penuh.

“Cukup segini?” AHY bertanya.

“Tambah lagi,” kata si Ibu.

“Oh, tambah lagi ya?” AHY memaklumi.

“Iya,” kata si ibu.

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY bersemangat menggoreng telur untuk pengungsi korban banjir di Balai Desa Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (1/12) pagi. (Foto: Imelda Sari)

Uniknya, di tengah kesibukan AHY itu, masih ada saja ibu-ibu yang mengajaknya berfoto. AHY pun berusaha melayani, meski tetap konsentrasi pada usahanya menyiapkan nasi bungkus untuk pengungsi.

“Lauknya di mana?” AHY bertanya setelah nasi putih memenuhi bungkusnya.

“Lauknya itu. Pakai telur,” kata si Ibu.

Maka AHY pun menaruhkan telur dan lauk lainnya sebagai “teman” nasi ke bungkus yang dipegangnya. Selanjutnya, dengan bersemangat, AHY tampak berusaha membungkus nasi itu serapi mungkin.

Tentu sebagai “tukang nasi amatiran” AHY tampak cukup kesulitan membungkuskan nasi untuk pengungsi.  Tetapi bukankah yang terpenting adalah kemauan? Toh pepatah bilang, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Selamat membantu saudara kita, para pengungsi, Mas AHY!

(didik l pambudi)