Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan bersama Pak Kasim, tukang sapu di Masjid Jamiul Ikhsan, Toddopuli, Makassar, Sabtu (1/4/2017).(Foto: twitter/hincapandjaitan)

Oleh: Ferdinand Hutahaean*)

Ini adalah sebagian catatan perjalanan hari kedua, bersama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, yang dipimpin Hinca Pandjaitan (Sekretaris Jenderal Partai Demokrat)  di Makassar, Sulawesi Selatan. Kerja politik cukup padat dimulai dari pagi hari. Saya merasa sangat terhormat bisa bergabung untuk menyaksikan sendiri apa yang dikerjakan Partai Demokrat dalam tajuk prestisius “Demokrat Keliling Nusantara”.

Pagi yang cerah. Sang fajar baru saja mengirimkan sinarnya ke pelataran pintu gerbang Indonesia Timur: Tanah Makassar. Tetapi rombongan dari DPP-PD sudah bergegas. Mereka seolah tidak ingin pergerakannya didahului matahari.

Langkah pertama, berkunjung ke tengah rakyat, sambil menikmati suguhan kopi ditemani pisang goreng dan singkong goreng di daerah Toddopulli, Makassar.

Tidak jauh dari tempat rombongan DPP-PD menikmati obrolan pagi bersama masyarakat setempat, di Warung kopi 212, tanpa kami duga seorang bapak tua, bernama Kasim, datang menghampiri rombongan Demokrat. Kelak saya tahu, Pak Kasim adalah seorang yang hidup sebatang kara dengan segala derita dan beban hidup. Garis-garis di wajahnya menyiratkan, betapa keras kehidupan yang dijalani. Pak Kasim adalah tukang sapu di Masjid Jamiul Ikhsan, Toddopuli.

Kedatangannya mengagetkan kami semua. Yang membuat rasa kaget bercampur haru adalah baju yang dikenakan Pak Kasim. Ia mengenakan sehelai kaos bergambar Presiden RI ke-6,  yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)saat berpasangan dengan Budiono pada Pilpres 2009.

Pak Kasim yang terlihat lelah di hari tuanya, duduk bersama kami. Ia menuturkan kisahnya yang panjang dan kerinduannya kepada SBY secara pribadi dan kerinduannya pada era Pemerintahan SBY selama sepuluh tahun.

Sekjen Demokrat menyuguhkan segelas kopi ke Pak Kasim.  Ia kemudian mendengar kisah cerita yang membuat mata tak mampu meneteskan air mata meski hati menangis. Ada kisah sedih dan kisah pilu kehidupan yang tergambar dari kisah Pak Kasim.

Pikiran kemudian menerawang seluruh Nusantara, ada berapa juta rakyat seperti Pak Kasim? Ada berapa puluh juta kemiskinan seperti yang dialami Pak Kasim? Berapa banyak pula masyarakat yang tidak bisa mendapat pekerjan untuk mempertahankan kehidupan, seperti yang dialami Pak Kasim?

Di antara kisah Pak Kasim, tanpa menunggu komando, para kader dan rombongan Demokrat secara bersama-sama berbagi rezeki dengan Pak Kasim. Inilah salah satu wujud Demokrat Keliling Nusantara: Demokrat melayani, menjadi solusi bagi bangsa, solusi bagi setiap masalah anak bangsa.

Pak Kasim telah dipilih oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan berkat dari Demokrat berbagi, Demokrat melayani.  Kita mengucapkan harapan dan doa, semoga Demokrat ke depan tidak hanya akan meringankan beban derita pak Kasim, tapi akan meringankan beban derita jutaan rakyat seperti Pak Kasim. Meringankan beban puluhan juta rakyat miskin. Memberikan pekerjaan bagi anak bangsa yang belum mendapat pekerjaan. Sebab, untuk itulah Demokrat Keliling Nusantara.

Mengakhiri curahan cerita Pak Kasim, Demokrat berjanji di hadapan rakyat: tetap menjadi pelayan rakyat, Demokrat akan hadir di Nusantara menjadi solusi, Demokrat akan menerapkan gaya berpolitik yang beda, Demokrat akan berada di tengah rakyat sebagai jalan keluar masalah bangsa.

Semoga ke depan, tidak ada lagi kisah-kisah pilu rakyat seperti yang dialami Pak Kasim. Demokrat akan hadir menjadi solusi. Demokrat hadir melayani.

Selamat, Pak Kasim. Semoga kehadiran Demokrat membuat Bapak bahagia di hari tua.

Makassar, 01 April 2017

*)Kader Demokrat, Pimpinan Rumah Amanah Rakyat, dan Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia

(dik)