Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono menyapa warga di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (5/1/2017).(Foto;detik)
Jakarta: Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono, berjanji akan meningkatkan kualitas serta kuantitas transportasi publik Jakarta. Untuk mewujudkan keinginannya, pertama-tama Agus akan mengubah pola pikir masyarakat agar memilih menggunakan transportasi publik.
“Begini, yang saya katakan adalah mari kita membangun mindset lebih menggunakan transportasi publik. Tetapi itu tidak serta-merta orang hijrah dari kendaraan pribadi menuju kendaraan publik,” ujar Agus di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (5/1/2017).
Agar masyarakat mau menggunakan transportasi publik, dia akan memberi insentif. Insentif yang dia maksud adalah mempermudah akses transportasi publik, meningkatkan keamanan dan kenyamanan, dan seterusnya sampai masyarakat Jakarta teryakinkan untuk menggunakannya.
“Kalau tidak ada insentif yang baik, artinya insentif itu kalau transportasi publik belum memiliki aksesibilitas yang luas, kemudian juga belum terlalu dirasakan aman nyaman, bisa digunakan kapan saja oleh siapa pun, di mana pun. Kemudian juga kalau masih ada hambatan terkait manajemen transportasi publik tersebut yang mengakibatkan tidak tepat waktu, kita harus meyakinkan bahwa transportasi publik dapat terjangkau oleh masyarakat, siapa pun,” papar putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat SBY tersebut.
“Itu yang saya sampaikan. Dengan insentif positif pada masyarakat untuk semakin menggunakan transportasi publik. Oleh karena itu, (transportasi publik) yang sudah ada kita terus pelihara dan tingkatkan. Baik jumlahnya karena masih kurang maupun kualitasnya harus kita tingkatkan,” tambahnya.
Selain itu, Agus akan mempercepat perampungan proyek MRT dan LRT. Tak hanya itu, dia juga ingin mengembangkan dan meningkatkan upaya-upaya lain agar transportasi publik di Jakarta semakin baik.
Menurut Agus, yang terpenting adalah soal keamanan dalam menggunakan transportasi publik. Jika transportasi publik belum aman, masyarakat akan pikir-pikir sebelum menggunakannya. (detik/wan)
