Boyke Novrizon (dokpri)

Oleh: Boyke Novrizon*)

#1. Pilkada DKI telah usai, namun tetap menyisakan cerita yang cukup heboh, spektakuler dan sangat menarik khususnya bagi warga Jakarta. Hal ini ditandai dengan hadirnya seorang calon gubernur berusia 38 tahun, sosok anak muda yang cerdas, terampil, tegas, santun serta berwibawa.

Pemuda itu tak lain seorang perwira tentara dengan pangkat mayor. Namun di usia mudanya Sang Mayor memiliki bakat juga prestasi sangat cemerlang di dunia kemiliteran, yang digelutinya selama 16 tahun. Ia meraih  berbagai macam prestasi dan penghargaan baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Begitupun dari sisi keilmuannya (Intellectuality Person). Mayor tentara itu bernama Agus Harimurti Yudhoyono atau saat ini populer dengan sebutan “AHY”. AHY menjadi mahasiswa teladan dan terbaik di beberapa perguruan tinggi terbaik di dunia. Sebelumnya dalam pendidikan SMA Taruna Nusantara di Kota Magelang, AHY menjadi lulusan terbaik tahun 1997 dan memperoleh medali prestasi “Garuda Trisakti Tarunatama Emas”.

Di awal kehadiran “AHY” sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, gejolak politik yang dimunculkan oleh kubu pemerintah sebagai lawan politik kian menguat dan tampak jelas di permukaan. Rasa was-was juga takut kalah bertanding sangat tampak terasa. Namun sangat berbeda dengan respons baik dan positif para pelaku dunia usaha yang selama ini merasakan keterpurukan ekonomi yang sangat kental terasa. Begitu juga tanggapan masyarakat Jakarta yang sangat antusias memberikan dukungan atas hadirnya “AHY” sebagai calon pemimpin yang memberikan harapan untuk dapat mewujudkan Impian, juga angan yang selama ini hilang dari pandangan mata serta hidup mereka. Dan, hadirnya “AHY” merupakan sebuah amanah dan solusi terbaik atas “Politik Jalan Tengah” yang diputuskan Partai Koalisi Pengusung diantara tidak adanya pilihan lagi karena keterbatasan tokoh-tokoh partai maupun tokoh masyarakat saat itu untuk memimpin DKI Jakarta ke depan.

Hiruk pikuk munculnya “AHY” dalam pentas politik Jakarta ternyata bukan saja menimbulkan gejolak baru politik lokal yang sangat keras dan tajam terjadi, namun ternyata memiliki dampak politik yang sangat kental terasa se-Nasional, sebab “AHY” menjelma menjadi sebuah kekuatan dan simbol baru tentang pemimpin ke depan dan masa depan yang diharapkan Partai Demokrat dan Rakyat Indonesia.

AHY hadir bukan saja memiliki magnet secara politik. Namun, nun jauh dari pandangan mata manusia biasa, ia hadir dan menjelma sebagai sosok seorang tokoh yang dikelilingi oleh kekuatan batin yang sangat dalam, serta kekuatan magis yang begitu kuat terasa. Sebab “AHY” hadir dan ada bukan untuk satu kelompok atau satu wilayah semata, namun ia hadir, ada dan dibutuhkan untuk Indonesia secara utuh, untuk membawa kemajuan serta kejayaan Indonesia di masa depan.

Fenomenal serta heroik akan hadirnya  AHY dalam pentas Jakarta tentunya tidak terlepas karena DKI Jakarta sebagai sebuah miniatur Indonesia dalam dimensi yang lebih ramping, hingga akhirnya kekuatan politik lintas partai dalam skala nasional benar-benar dipentaskan dan dipertontonkan dengan mata telanjang. Sepertinya, saat itu, lebih layak kita mengatakan bahwa Pilgub DKI bagaikan sebuah etalase mini Pilpres 2019.  Dan hadirnya AHY di Jakarta telah menghasilkan impact politik secara positif yang sangat berharga dan begitu besarnya bagi kemajuan Partai Demokrat kususnya Provinsi DKI Jakarta, salah satu provinsi yang memiliki lumbung suara cukup besar. Sebab dari data Pilpres 2014 secara nasional suara pemilih sekitar 133,5 juta jiwa, suara pemilih DKI Jakarta masuk pada urutan nomor 6 terbesar secara nasional dengan jumlah suara sah pemilih 5,4 juta jiwa, setara dengan 4% dari total suara Pilpres 2014, hampir sama dengan total suara sah Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di angka 5.591.353.

PERTANYAANNYA:

Apakah Sosok kehadiran AHY yang Mencerahkan dan menjadi harapan utuh Partai Demokrat ke depan mampu dipertahankan keberadaan serta kehadirannya sebagai sosok pemimpin serta magnit positif oleh jajaran atau Kepengurusan DPD PD DKI secara maksimal sebagai salah satu lumbung suara terbesar PD hingga batas Pilpres 2019 ?

JAWABANNYA:

Tidak ada Pilihan, selain “Harus Bisa”. Karena, hadirnya AHY sebagai calon gubernur telah membawa angin segar buat Partai Demokrat ke depan.  Sangat tampak terlihat pergeseran peta politik Jakarta kepada “Biru” dan membawa pengaruh positif serta Impact Politik bagi Partai Demokrat, kususnya DPD Partai Demokrat DKI Jakarta saat ini. Tentunya memenangkan suara pemilih masyarakat Jakarta merupakan tanggung jawab kita semua di pengurusan pusat partai, terutama menjadi ujian serta tanggung jawab besar yang harus dipikul serta dibuktikan keberhasilannya oleh seluruh Jajaran DPD- PD DKI di akhir Pilpres 2019 nanti.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

#2. Membaca serta membedah peta kekutan politik di Provinsi Banten, tanahnya para jawara dan ulama, mungkin saat ini PD tidak terlalu sulit menemukan ritme dan arah menarik kekuatan masyarakat di Provinsi Banten untuk berpihak dan menjadi lumbung suara bagi kebesaran PD. Banten, sebuah provinsi yang memiliki titik kekuatan politik dengan suara terbesar nomor urut 5 dalam skala nasional, dengan jumlah suara pemilih sah 5,6 juta atau 4,2% setara dengan jumlah suara nasional pada Pilpres 2014, sekarang memiliki seorang gubernur yang berasal dari kader asli Partai Demokrat. Akan mudah bagi Kepengurusan DPD Provinsi Banten PD mendapatkan ruang respons serta dukungan dari masyarakat Banten. Tentunya tidak terlepas dari bagaimana Gubernur Banten, yang kader PD, menunjukan kualitas serta kemampuannya dalam mengayomi dan mengelola masyarakat Banten secara baik dan tepat dalam durasi waktu 1.5 tahun ke depan, menjelang Pilpres 2019.

PERTANYAANNYA:

Apakah Kemenangan Partai Demokrat dalam Pilgub Banten di tahun 2016 yang lalu dapat juga diartikan dapat memenangkan hati dan suara masyarakat Banten pada Pilpres 2019 ?

JAWABANNYA :

Tidak ada Pilihan, selain “harus bisa”. Walaupun pertarungan politik di Banten selalu keras karena bersebelahan dengan ibukota negara, namun kondisi riil politik PD di Banten saat ini cukup baik, terutama karena Gubernur Terpilih Banten adalah Kader Terbaik PD. Tapi dalam konteks menghadapi Pilpres 2019, di lapangan nanti, DPD PD Provinsi Banten tetap memiliki tugas yang cukup sulit dan keras dalam memenangkan pertarungan atau konstetasi politik lokal dalam Pilpres 2019, terutama dalam menghadapi 3 pesaing partai utama yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra. Tentunya kerja yang cukup keras harus tetap dilakukan. Walaupun PD Banten memiliki modal politik yang cukup memadai untuk dapat meraih dan memenangkan hati serta dukungan masyarakat Banten dalam Pilpres 2019 nanti, namun dari 8 kab/kota di Provinsi Banten, PD hanya memiliki 2 kepala daerah (Kab Lebak dan Kota Tanggerang) berarti 6 kekuatan basis masa lainnya di kab/kota adalah milik kekuatan partai lain.

Karena itu PD harus tetap menyadari serta mewaspadai bahwa kantong suara riil yang kita miliki hanya ada di 2 kab/kota dan gubernur sebagai simbol kekuatan provinsi.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

#3. Mencermati serta menelaah kondisi riil politik lokal di Provinsi Sumatra Utara maka tidak terlepas dari kebijakan politik yang berada di pusat. Semua ini disebabkan karena Sumatra Utara adalah provinsi dan pemilih terbesar dari seluruh wilayah Sumatra yang ada di Indonesia. Realita saat ini, Partai Demokrat di Provinsi Sumatra Utara menduduki peringkat ke-empat (4) suara terbesar dalam pelaksanaan Pilpres 2014. Bila kita lihat data KPU, Provinsi Sumatara Utara memiliki jumlah suara pemilih sah sebanyak 6,4 juta jiwa setara dengan jumlah 4,8% total suara nasional.

Dan bila kita menjajaki kekuatan politik PD di provinsi besar ini, yang pada zaman penjajahan Belanda dulu pernah dijuluki dengan sebutan “Gouvernement van Sumatra” sebuah Ibukota pemerintahan seluruh pulau Sumatra di indonesia, maka kita harus membuka peta kekuatan politik lokal di Provinsi di Sumatra Utara. PD berada pada urutan ketiga (3) dengan jumlah kursi DPRD Provinsi sebanyak 14 anggota dari total keseluruhan sebanyak 100 anggota DPRD Provinsi, lalu memiliki anggota DPRD Kab/Kota yang tersebar di Sumatra utara dengan nilai cukup signifikan, serta hampir 60% PD dapat memenangkan pertandingan dalam Pilkada Kab/Kota di Provinsi Sumatra Utara yang lalu.

PERTANYAANNYA:

Apakah modal politik PD yang ada saat ini sebagai kekuatan politik dengan peringkat tiga (3) besar kursi DPRD Provinsi…  serta yang juga memiliki jumlah anggota DPRD Kab/Kota yang cukup signifikan se-Provinsi Sumut dan juga yang telah banyak memenangkan kurang lebih sekitar 60% Pilkada 2015 & 2016 di Sumatra Utara, nantinya juga dapat dikatakan bakal bisa sukses memenangkan hati dan suara masyarakat Sumatra Utara pada pertarungan Pilpres di 2019?

JAWABANNYA:

Tidak ada pilihan kecuali PD harus menempatkan kader terbaiknya di Sumatra Utara untuk bertarung dan kemudian memenangkan Pilgub 2018 dengan segenap kemampuan politik yang dimiliki, baik kekuatan pusat maupun provinsi.

Perseteruan politik di internal DPD harus diselesaikan secara baik, membuang ego akan kepentingan pribadi juga kelompok.

Konsolidasi Internal secara total dalam tubuh DPD Sumut harus benar-benar nyata dan bukan hanya sekadar slogan atau kamuflase politik sesaat.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

#4. Bila kita melihat peta pertarungan politik Jawa Tengah maka kita harus mengakui secara terbuka bahwa kondisi PD di Jawa Tengah saat ini sangat mengkhawatirkan, karena hanya menduduki peringkat ke-7. Dari total 100 kursi DPRD Provinsi, PD hanya bisa menempatkan 9 kursi DPRD dengan nilai perolehan suara 1.120.000.  PD juga hanya bisa menduduki 4 perwakilan anggota DPR-RI yang terpilih dari 10 Dapil DPRRI yang ada. Kemudian dari riset yang ada di lapangan, kenyataannya hampir seluruh jajaran pengurus Partai Demokrat dari tingkatan DPC sampai ranting tidak berjalan secara maksimal. Padahal periode 2009 – 2014, posisi PD sempat menduduki peringkat pertama.

Hal serta kondisi pahit ini bisa terjadi karena imbas konflik internal PD di masa lalu. Kasus korupsi yang sempat menerpa oknum-oknum kader PD di tahun 2011 cukup membuat PD compang-camping serta kehilangan kepercayaan publik secara signifikan. Imbas politik yang harus diterima sangat menyakitkan partai ini secara organisasi dan juga membuat kader yang sungguh-sungguh berjuang menjadi pontang panting dalam menunjukkan eksistensi politiknya dalam membesarkan partai.

Pada Pilpres 2014 data suara yang masuk di Provinsi Jawa Tengah sebagai suara sah pemilih sebanyak 19.5 juta dengan peringkat tiga (3) suara pemilih terbesar nasional untuk provinsi atau setara dengan 14.7% suara sah nasional.

PERTANYAANNYA :

Apakah Modal serta Kekuatan Partai Demokrat di Provinsi Jawa Tengah sebagai partai yang menduduki peringkat ketujuh (7) dan juga dengan kondisi serta keadaan partai yang sangat memprihatinkan saat ini dapat diandalkan untuk meraih suara pemilih secara signifikan untuk memenangkan Partai Demokrat ke depan dalam menghadapi Pilpres 2019?

JAWABANNYA :

Apa pun kondisi yang terjadi terhadap PD di Jawa Tengah, kesempatan untuk reborn dan kembali memenangkan PD di Jawa Tengah dalam Pilpres 2019 tetap ada, walaupun mungkin kecil persentasenya.

-Keyakinan akan nilai sebuah Perjuangan adalah kunci dasar sebagai awal keberhasilan.

-Menempatkan Ketua DPD yang mumpuni secara politik dan berjiwa petarung.

-Melakukan restrukturisasi dan penyegaran kepengurusan DPD-PD Provinsi Jawa Tengah dari Tingkat Kepengurusan DPD, DPC, DPAC dan Anak Ranting secara utuh dalam waktu dan tempo yang sesingkat singkatnya.

-Konsolidasi total di seluruh lapisan serta energi mesin partai, kader dan seluruh simpatisan PD di seluruh Jawa Tengah harus segera bergerak.

Kontrol penuh serta intervensi DPP (Ketua Umum) secara penuh harus dilakukan terhadap perubahan dan perkembangan DPD Jateng

-Program Organisasi Pusat harus segera berjalan sesuai arahan secara cepat, tepat dan terukur.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

#5. Kondisi Kekuatan Politik PD di Provinsi Jawa Timur. Dengan peringkat suara terbesar kedua (2) se-Nasional, dengan jumlah 22 juta jiwa suara pemilih, setara dengan 16.5% suara nasional, Jawa Timur mendapat porsi cukup signifikan. Respons juga simpatik masyarakat di provinsi ini terhadap Partai Demokrat cukup baik dan cukup mendapatkan tempat yang manis juga strategis. Apalagi posisi Gubernur Jawa Timur selama 10 tahun (2 periode) ini dikomandoi oleh kader terbaik Partai Demokrat yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PD Jawa Timur.

Provinsi yang beribukota “Kota Pahlawan” ini adalah tempat kelahiran seorang tokoh nasional yang sangat negarawan, yang pada masa emasnya dengan tangan dingin serta kemampuan stratak politiknya, beliau berhasil membesut sebuah partai baru dengan sebutan Partai Demokrat. Beliau pada Pilpres 2014 mendapat tempat terhormat karena dicintai hampir 64% masyarakat pemilih di Indonesia. Sang Negarawan itu tak lain adalah Ketua Umum Partai Demokrat Prof. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Ayahanda beliau, yang bernama Raden Soekodjo memiliki silsilah keturunan langsung dari Pangeran Buwono Keling dari Kerajaan Majapahit dengan RM Kustilah yang merupakan Keturunan Gusti Bandoro Ayu (Putri dari Sri Sultan Hamengkubuwono III).

SBY terlahir 68 tahun yang lalu tepatnya di Kabupaten Pacitan (Kota 1001 Goa) Kecamatan Tremas Desa Arjosari. Bentuk keseriusan politik beliau terhadap Provinsi Jawa Timur ditandai dengan diterjunkannya putra bungsu beliau yang bernama Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas/EBY) pada Pemilu Legislatif 2009 sebagai sebagai calon DPR-RI dari dapil Jawa Timur 7. Ibas berhasil duduk sebagai anggota legislatif dari FPD dengan mendapat perolehan suara tertinggi se-Indonesia dengan jumlah suara 327.097 ribu jiwa pemilih.

Modal politik yang sangat besar yang saat ini dimiliki DPD-PD Provinsi Jawa Timur kiranya pada Pilpres 2019 nanti dapat dijadikan senjata ampuh dalam bersaing dan bertarung untuk mampu meraih suara pemilih sebesar-besarnya di provinsi dengan suara pemilih terbesar nomor dua (2) se-nasional dengan total suara sah pada Pilpres 2014 sebanyak 22juta jiwa atau setara dengan 16.5% suara nasional.

PERTANYAANNYA :

Apakah modal serta kekuatan PD di Provinsi Jawa Timur saat ini dapat diandalkan sebagai basis serta lumbung utama suara PD dalam meraih kemenangan politik dalam Pilpres 2019 nanti?

JAWABANNYA:

Sangat memungkinkan dan memiliki kesempatan yang paling terbaik diantara 5 provinsi lainnya. Karena itu, dalam pertarungan Pilkada Gubernur Jawa Timur 2018, tidak ada pilihan lagi selain menempatkan kader terbaik Partai Demokrat untuk turut serta menjadi Calon Gubernur atau Wakil Gubernur Jawa Timur. Sebab selain pengaruh politik SBY yang cukup kuat di Jawa Timur, posisi Pakde Karwo sebagai Ketua DPD PD Jawa Timur yang saat ini juga menjabat Gubernur Jawa Timur sebagai kekuatan untuk dapat kembali memenangkan Pilkada Gubernur Jawa Timur.

-PD memiliki 10 perwakilan anggota DPR-RI di setiap Dapil, dari 11 Dapil yang ada di Jawa Timur.

-PD memiliki 13 perwakilan anggota DPRD Provinsi dari total jumlah100.

-PD memiliki anggota DPRD cukup signifikan yang tersebar di 38 kab/kota di Provinsi Jawa Timur.

-PD memiliki cukup banyak kepala daerah di kab/kota yang berada di Provinsi Jawa Timur.

-Saat ini Kepengurusan DPD serta DPC PD se-Jawa Timur cukup baik dan dapat diandalkan.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik di depan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

#6. Melihat kondisi dan peta politik Partai Demokrat di Provinsi Jawa Barat maka saat ini kita dapat menyimpulkan bahwa posisi Partai Demokrat berada di urutan keempat (4) dengan jumlah kursi perwakilan anggota DPRD Provinsi sebanyak 12 orang pada periode 2014-2019. Hal ini menjadikan posisi Partai Demokrat sebagai anak manis yang akan diperebutkan dalam kontestasi Pilgub Jawa Barat pada tahun 2018 nanti. Walaupun posisi Partai Demokrat di Jawa Barat bisa dikatakan terbaik nomor dua setelah Provinsi Jawa Timur, namun kondisi kekinian Pengurus DPD PD Jawa Barat cukup memprihatinkan, sama seperti kondisi DPD PD Provinsi Jawa Tengah.

Musda dan Muscab yang belum selesai dan konflik internal DPD yang cukup panjang dan melelahkan, bahkan sempat membuat posisi SBY sebagai Ketua Umum cukup kewalahan dalam penyelesaiannya. Persaingan serta peralihan untuk mengambil tampuk pimpinan tertinggi sebagai Ketua DPD PD Jawa Barat sampai saat ini belum terlaksana. Padahal Jabar adalah provinsi terbesar nomor satu (1) di Indonesia dengan total suara sah pada Pilpres 2014 sebanyak 24 juta jiwa pemilih atau setara dengan 18% suara sah pemilih nasional. Konsolidasi total serta menyeluruh seluruh penggurus partai baik tingkat DPD, DPC, serta DPAC belum juga dilakukan, padahal Pilgub tinggal sebentar lagi.

PERTANYAANNYA:

Apakah Kekuatan PD di Provinsi Jawa Barat saat ini dapat diandalkan untuk meraih kemenangan dalam Pilgub Jabar 2018 nanti dan juga dalam meraih kemenangan politik pada Pilpres 2019?

JAWABANNYA:

Kita yakin semua persoalan ini bisa diselesaikan dengan cepat dan baik demi meraih sebuah kemenangan yang hakiki. Tentunya DPP harus segera melakukan dan mengambil keputusan internal politik di DPD PD Jawa Barat secara cepat dan tepat agar kondisi serta situasi buruk dan memprihatinkan ini tidak berdampak luas pada Pilgub Jawa Barat dan juga terhadap Pilpres 2019.

-DPP (Ketum) sebagai induk organisasi memiliki hak penuh untuk melakukan kontrol dan Iintervensi secara utuh atas pelaksanaan Musda DPD Jawa Barat dengan segera.

-Pimpinan/Ketua DPD PD Jawa Barat beserta jajaran kepengurusan yang baru harus segera terpilih.

-Segera akhiri konflik internal demi kemajuan Partai Demokrat ke depan dan dengan secepatnya melakukan konsolidasi utuh seluruh kepengurusan DPD, DPC dan DPAC se-Jawa Barat. Harus segera dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat singkatnya.

-Figur AHY harus selalu ditampakkan secara fisik didepan publik untuk menaikkan popularitas serta elektabilitas personal dan partai.

Demikianlah 6 poin pesan singkat yang saya sampaikan demi kemajuan serta kemenangan Partai Demokrat dalam menghadapi pertarungan Pilpres di tahun 2019. Kiranya kita harus bisa sama-sama mawas diri, koreksi dan berbesar hati juga bersikap bijaksana dalam menyikapi situasi diri dan kondisi Partai Demokrat saat ini di tengah persaingan politik yang sangat tajam dan kuat, serta di tengah perilaku serta tabiat buruk rezim penguasa serta partai pendukungnya di mata kita dan juga rakyat Indonesia.

Semua yang kita lakukan ini bukan saja semata-mata untuk kepentingan Partai Demokrat ke depan, namun demi kemuliaan terjaganya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cinta dan sayangi bersama dalam bingkai Pancasila.

Salam Hormat Selalu.

*)Wakil Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat dan Ketua Umum Angkatan Muda Demokrat