Pada dasarnya, setiap individu dilahirkan menjadi pemimpin. Medium pemimpin tak terbatas ruang semata, bisa di mana saja individu itu dirasa mempunyai kapabilitas. Mulai dari skop yang paling dekat, seperti pergaulan, lingkungan pendidikan dan organisasi, hingga ke skop yang lebih luas, seperti negara atau malah mendunia.
Berbicara di negeri sendiri, yakni Indonesia, sebagai bangsa besar, bangsa yang ingin mengguncang dunia, mencari pemimpin yang menuntun ke arah sana tampaknya tak susah. Dari generasi ke generasi selalu lahir tokoh yang mampu menghiasi cakrawala publik. Entah itu dari karakternya, pemikirannya, kecerdasannya, dan prestasi yang ia raih.
Akan tetapi, terdengar desas-desus Indonesia sedang kritis generasi muda yang patut dikedepankan jika berbicara soal pemimpin. Apakah iya? Saya rasa tidak demikian.
Ada satu nama yang pantas kita kedepankan jika berbicara pemimpin masa depan. Ya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sosok anak muda brilian dengan gagasan yang besar, enerjik, dan dekat dengan semua kalangan.
Mengaitkan AHY dengan potensi menjadi pemimpin besar dirasa tak sulit. Ia mempunyai modal, potensi, dan kapasitas untuk itu.
Hasil penyelaman saya di berbagai literatur, saya menyimpulkan terdapat 5 perspektif yang bisa membuat seseorang menjadi pemimpin besar. Perspektif unik ini kemudian sangat berkaitan jika kita hubungkan dengan AHY.
Pertama, memiliki keyakinan yang kuat. Pemimpin tidak bisa dipercaya pengikutnya jika ia sendiri tidak yakin dengan gagasan yang ia tawarkan. Jika melihat pada AHY, ia hadir dengan gagasan Indonesia Emas 2045. Sebuah gagasan besar yang terus ia kemundangkan ke pelosok negeri ini. Antusiasme dari generasi muda, khususnya mahasiswa sangat tinggi menyoal harapan yang ia bawa. Itu karena AHY sendiri yakin bangsa ini mampu wujudkan itu. AHY mampu tularkan semangat.
Kedua, membuat pilihan yang sulit. AHY nyatanya keluar dengan pilihan sulit, namun dengan tujuan yang mulai. Pilihan untuk mundur dari TNI dan berkiprah di politik adalah pilihan yang berani. Namun, dengan tekad yang kuat dan konsisten, lambat laun ia sudah tuai pilihan sulit tersebut.
Ketiga, mendapat respect dari berbagai kalangan. Sebagai sosok muda, AHY mulai diperhitungkan di kancah nasional. Namanya kerap disandingkan dengan tokoh politik yang dari segi pengalaman lebih senior. Akan tetapi, AHY tetap rendah hati dan menegaskan akan terus belajar. Untuk itu ia mendapat respect dan diterima di mana pun ia berada.
Keempat, dikelilingi orang hebat. Sempat dijuluki anak ingusan pada pencalonannya di Pilkada DKI lalu, AHY bertranformasi dan menemui tokoh-tokoh negara untuk menyerap ilmu. Ia sekarang berada di lingkungan orang yang membuatnya berkembang. Tentu, faktor sang ayah, SBY tak bisa dikesampingkan jika berbicara orang hebat.
Kelima, visioner, berani, dan memiliki kerendahan hati. AHY sebagai anak muda yang visioner. Ia mampu menggambarkan bagaimana Indonesia pada tahun emas, yakni 2045. Indonesia yang adil, aman, sejahtera, dan mendunia. Tentu ia juga punya solusi untuk itu. Langkah-langkah yang diambil juga ia utarakan dalam gagasan tersebut.
Itulah sedikit gambaran mengenai lima perspektif yang bisa membuat seseorang menjadi pemimpin besar. AHY, sebagai anak muda dan bekal menjadi pemimpin masa depan sudah ada di dalam dirinya. Sekarang tinggal bagaimana terus mengembangkan diri dan kita sebagai masyarakat, tentu senang generasi pemimpin besar tak terputus, karena adanya AHY.
Kita tentu menaruh harapan besar pada AHY menjadi pemimpin. Entah kini, esok, atau lusa, hanya Tuhan yang tahu. Sekarang, kita layak acungkan jempol pada AHY. Ia hadir dan menepis persepsi gersangnya pemimpin muda di negeri ini. Semoga ia akan menuai hasil kerja kerasnya nanti.
Semangat AHY!
(Irwan Siswanto/kompasiana/dik)