Oleh: Ferdinand Hutahaean*)
Hari menjelang senja di kawasan Timur Jakarta. Matahari perlahan menenggelamkan diri menjauhi malam yang mulai mendekat dan menebar sayap gelapnya. Matahari seperti enggan beranjak dan tetap ingin tinggal meski sesaat terus mengirimkan cahaya terang kemerahan bergumul dengan senja.
Begitulah kondisi saat alam pun terasa ingin menyaksikan kehadiran Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di kawasan Timur Jakarta, di Bambu Apus, Jakarta Timur. Sebuah lokasi yang kini menjadi daerah DPD Partai Demokrat Jakarta bermarkas dan siap menebar jaring peduli dan solusi bagi seluruh rakyat Jakarta. Demokrat memang saat ini sedang membuktikan diri sebagai partai yang peduli dan menjadi solusi bagi masalah sosial di tengah masyarakat.
Senja yang mengusir siang tampaknya belum ingin buru-buru meninggalkan kawasan Timur Jakarta. Setelah diawali pelantikan dan pengukuhan pengurus DPD Partai Demokrat DKI Jakarta yang dipimpin oleh Santoso SH, tampak seluruh kader Demokrat DKI Jakarta tak sabar menanti kehadiran Pemimpin Muda, Anak Kandung Demokrat, AHY. Bersamaan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Ibu Ani, AHY pun tiba didampingi Anissa Pohan, sang istri tercinta yang selalu setia dan menjadi semangat bagi AHY.
Sorak sorai dan teriakan nama AHY pecah bersama tepuk tangan yang menyaksikan AHY berjalan menuju panggung untuk memberikan sambutan. AHY berbicara dengan kharisma seorang pemimpin, tidak menggurui dan tidak mendahului serta tidak merasa dirinya adalah yang paling benar. AHY menyampaikan apa yang ditulisnya dan dimuat di media cetak (Kamis, 22 Juni) berjudul “Jakarta untuk Semua”.
AHY ingin menitipkan Jakarta dan menitipkan program yang belum terwujud untuk Jakarta kepada pemimpin baru Jakarta, gubernur-wakil gubernur terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Didahului ucapan selamat kepada keduanya, AHY menitipkan program agar pengentasan kemiskinan, menghapus ketimpangan dan menjadikan Jakarta untuk semua, Jakarta yang ramah untuk kehidupan, Jakarta yang menjanjikan kebaikan hidup kepada penghuninya.
Ada 3 pesan utama yang disampaikan AHY sebagai pesan yang memang sangat penting untuk kita renungkan sebagai anak bangsa. Pertama, kita harus mentaati segala hukum yang berlaku. Di negeri ini panglimanya adalah hukum. Hukum harus ditegakkan secara konsisten. Kedua, di alam demokrasi yang serba digital dewasa ini, sering kebebasan diekspresikan dengan cara di luar kepatutan dan kewajaran. Tidak ada yang melarang kebebasan, namun kita harus menahan diri dari praktik-praktik menebar amarah, menebar permusuhan dan menebar kebencian yang akan memecah belah sesama anak bangsa. Ketiga, tanamkan disiplin dan tanggung jawab sejak dini untuk hidup yang lebih baik.
Selain itu AHY juga menyoroti tentang implementasi penerapan Pancasila yang belakangan cenderung menjadi hanya benda karena dibendakan, dihilangkan sifat ideologinya yang mengandung kata kerja. Pancasila dijadikan alat untuk memusuhi dan membuat perbedaan. Ini tentu tidak baik. Pancasila tidak boleh dibenturkan dengan apa pun, tidak boleh diadu dengan agama, tidak boleh ada yang membenturkan Pancasila dengan Islam karena Pancasila compatible dengan Islam. Begitulah AHY memberikan sambutannya pada acara Buka Puasa Bersama Kader Demokrat DPD DKI Jakarta.
Lantas mengapa ada pihak yang membangun persepsi seolah sedang ada benturan antara Islam dengan Pancasila?
AHY ingin semua hidup rukun sebagai sesama anak bangsa, menghentikan pertikaian sehingga kita bisa membangun bangsa ini dengan baik. Saya rindu suasana gerillya yang kita lakukan dulu, Saya ingin kita melanjutkan gerilya lapangan itu untuk menyejahterakan rakyat. Kita lanjutkan gerilya untuk kemajuan bangsa dan keberhasilan negara ke depan.
Adakah AHY akan gerilya dalam kapasitas sebagai Capres atau Cawapres? Kita tunggu ke depan sejarah mencatatnya.
Jakarta, 22 Juni 2017
*)Komunikator Politik Partai Demokrat