Jakarta: Dalam proses transformasi partai, kaderisasi merupakan salah satu proses penting yang harus senantiasa dijalankan. Regenerasi menjadi kunci untuk menjaring calon-calon pemimpin berpotensi. Seperti yang dilakukan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan menggagas berdirinya Akademi Demokrat.
Kala itu AHY masih menjabat sebagai Komandan Kogasma (Komando Satuan Tugas Bersama) Pemenangan Pemilu 2019 untuk Partai Demokrat. Pendidikan Akademi Demokrat angkatan pertama ini dikhususkan bagi anggota tim kampanye para calon anggota legislatif Partai Demokrat yang berjuang di daerah pemilihan masing-masing pada Pilkada serentak 2018 lalu.
Politisi, selain bersifat politis, juga merupakan profesi, yang memerlukan standar profesionalisme tertentu. Untuk itu, AHY berpandangan bahwa diperlukan pendidikan profesional. “Saya pernah berdiskusi dengan Ketua Umum Bapak SBY, ingin menghadirkan semacam AKABRI-nya Partai Demokrat,” ujar AHY dalam acara Malam Budaya Nusantara di Mataram, NTB, pada 7 Mei 2017 silam. Gagasan ini akhirnya diwujudkan dalam bentuk Akademi Demokrat.
Akademi Demokrat dibentuk sebagai ujung tombak transformasi Partai Demokrat menjadi partai modern yang berasaskan nasional-religius melalui pendidikan profesional dan merit system. Jati diri Akademi Demokrat adalah sekolah pejuang, patriot, dan kader pemimpin bangsa. Akademi Demokrat adalah bagian dari pendidikan politik dan cara Partai Demokrat dalam melakukan transformasi kepartaian ke arah yang lebih baik. Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul menggunakan sistem Tri Pola Dasar, yaitu pelatihan secara fisik, mental, dan intelektual. Pendidikan ini gratis, tidak dikenakan biaya untuk para siswa-siswinya.
“Gagasan Akademi Demokrat ini merupakan bagian besar dari blueprint Partai Demokrat untuk menjadi partai yang maju dan modern di masa depan, yang diawaki oleh kader-kader yang memiliki kapasitas dan integritas,” jelas AHY.
Siswa-siswi pendidikan Akademi Demokrat disebut dengan panggilan Taruna, kepanjangan dari Tunas Muda Harapan Bangsa. Di angkatan pertama ini, untuk mencapai kelulusan para Taruna harus melalui tiga tahapan pendidikan. Tahap Pratama (Pendidikan Dasar) berlangsung selama 14 hari. Di sini, Taruna belajar bagaimana menyelenggarakan kampanye yang efektif dan efisien (how to run a political campaign). Pendidikan dilaksanakan di luar dan dalam ruangan, di Ciburial, Jawa Barat.
Setelah melewati tahap pertama, Taruna melanjutkan pendidikan ke Tahap Madya (pendidikan lapangan), yang dilakukan selama lima bulan. Pada masa ini, Taruna menjadi bagian dari tim sukses para caleg di masing- masing dapil serta melaksanakan pembelajaran jarak jauh (distance learning).
Dari tanggal 5 Desember 2019 hingga satu minggu ke depan, para Taruna yang lolos pendidikan Tahap Pratama dan Tahap Madya, akan dilatih, dididik dan dibekali dengan berbagai materi yang berguna dalam menjalankan tugas mendampingi para Anggota Legislatif melaksanakan tugas sehari-hari.
Para pengajar Akademi Demokrat adalah kader atau profesional dengan strata pendidikan S-2 dan S-3. Mereka adalah lulusan terbaik dalam dan luar negeri dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Harvard University AS, Curtin University Australia, Nanyang Technological University Singapura, Norwich University AS, Queensland University Australia, King’s College Inggris, Webster University AS dan London School of Economic and Political Science (LSE) Inggris.
“Mereka kita siapkan dengan baik, juga dengan pelatihan dan penugasan di lapangan. Mudah-mudahan mereka bukan lagi sebagai penonton dalam panggung politik, namun juga menjadi pemain utama dalam tingkat nasional maupun daerah,” tutur AHY.
(bcr/csa/rilis/dik)