Jakarta: Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menegaskan, keputusan pemerintah untuk memberikan bailout (dana talangan untuk mencegah kehancuran) terhadap Bank Century (kini Bank Mutiara) terbukti lebih baik daripada melakukan penutupan terhadap bank tersebut.
“Banyak yang tak tahu bahwa Bank Mutiara, dulu Bank Century pada akhir 2014 telah dijual oleh LPS (Lembaga Penjaminan Simpanan) dengan harga Rp 4,4 triliun ,” ujar Andi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/04).
Mantan Staf Khusus Presiden RI-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu menyatakan, sesuai aturan UU, LPS memang harus menjual bank yang diselamatkan dalam waktu 5 tahun setelah diambil alih.
“Dari penjualan itu terbukti sudah, kebijakan bailout pada waktu 2008 itu jauh lebih baik ketimbang sekedar menutup Bank Century,” ujar Andi.
Ia mengatakan, dengan dijuallnya Bank Mutiara seharga Rp 4,4 triliun, maka biaya bailout yang dikeluarkan pemerintah adalah Rp 2,3 triliun. Dimana, Rp 6,7 triliun dikurangi harga jual Rp 4,4 triliun.
Angka itu pun belum dikurangi uang gugatan-gugatan di luar dari pemilik lama, yakni sebesar sekitar Rp1,8 triliun. Yang berarti biaya riil untuk bailout Bank Century sebenarnya hanyalah Rp 500 miliar.
“Dari sisi efisiensi, coba bayangkan dan bandingkan, bila waktu itu Pemerintah justru memilih langkah sebaliknya, yakni menutup Bank Century. Menurut LPS, penutupan akan meminta biaya sebesar Rp5,4 triliun dan uang itu tak akan bisa balik, alias uang penjaminan itu hilang begitu saja,” Andi Arief memungkasi.
(harianlampung.com/dik)