Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara RI ke-6 Ani Yudhoyono di depan jembatan layang Jalan Kelok 9, Sumatera Barat. Jembatan ini diresmikan SBY pada Oktober 2013. (Foto: PolitikToday/Ist)

Sebagian orang mungkin menutup mata akan keberhasilan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama sepuluh tahun ia menjabat menjadi presiden RI. Apalagi jika memasuki tahun politik seperti saat ini. Semua pihak menyerang kiri dan kanan untuk memungkiri keberhasilan beliau.

SBY tidak hanya sukses membangun negerinya sendiri, ia juga menjadi inspirasi banyak negara dibelahan dunia baik dalam responbilty-nya maupun dalam hal kebijakannya yang pro rakyat. SBY diklaim sebagai satu-satunya presiden yang mampu membangun sumber daya manusia (SDM) berbarengan dengan pembangunan infrastrukturnya.

Dalam pembangunan manusia, SBY konsisten menjalankan amanah undang-undang yang memberikan kuota 20 persen dari APBN untuk Pendidikan. Dari awalnya ia menjabat besaran anggaran Pendidikan itu hanya 78,5 triliun sampai pada akhir dirinya menjabat pada tahun 2014 dirinya memberikan alokasi dana sebesar 375,4 triliun. Sebuah angka yang fantastis untuk perhatian pemerintah dalam bidang Pendidikan.

Selama 10 tahun masa menjabat, SBY telah membangun 169.897 unit bangunan untuk sekolah dasar dan setingkat (SD/MI), 48.912 unit untuk sekolah menegah pertama dan setingkat (SMP/MTs), 28.574 unit sekolah menengah utama dan setingkat (SMU/ SMK/ MA), serta 3.815 unit perguruan tinggi (PT).

Untuk bidang pembangunan infrastruktur, SBY tanpa liputan banyak media juga telah banyak bekerja nyata. Bukan hanya janji dan cawe-cawe di depan media, SBY berhasil membuktikan kinerjanya walaupun dirinya tak harus populer. Buktinya, perencanaan yang matang berjalan dengan baik di masa SBY.

Pada masa SBY, kapasitas listrik negara meningkat 100 persen. Dari sebelumnya tahun 2004 hanya sebesar 25.717 MW, di akhir kepemimpinannya dia bisa mempersembahkan ketersediaan listrik sebesar 48.101 MW pada tahun 2014. Artinya, lebih dari 10 ribu MW dia berikan dalam satu periode pemerintahannya. Ini sebuah pencapaian yang belum pernah bisa diwujudkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya.

Dalam pembangunan infrastruktur sarana transportasi juga demikian. Pertumbuhannya juga sangat fantastis. Angka 501.969 KM pertambahan infrastruktur jalan menjadi bukti kerja nyatanya. Selainitu pembangunan jalur kereta api sepanjang 1.360 KM menjadi saksi bisu dari keberhasilan dari pencapaiannya. Sarana kereta api sebagai salah satu moda transportasi darat meningkat 28 kali lipat dibandingkan dari pemerintah sebelumnya.

Untuk transportasi laut, baik barang maupun jasa juga tidak luput dari perhatiannya. SBY tahu betul bahwasanya transportasi laut menjadi saluran utama untuk saudara-saudara kita di wilayah timur untuk distribusi barang pangan, papan, dan papan. Semasa pemerintahannya SBY berhasil membangun 191 pelabuhan strategis, 41 pelabuhan perintis, dan 347 dermaga penyeberangan.

Yang terakhir adalah pembangunan infrastruktur transportasi udara. Kemudahan akses dan kecepatan waktu tempuh yang ditawarkan oleh transportasi ini juga membuat SBY tidak lupa untuk membangunnya. Tercatat 61 bandara rampung pada masa SBY menjabat, dan 30 bandara di wilayah perbatasan sebagai sarana penjagaan kedaulatan wilayah NKRI juga dibangun olehnya.

Yang lebih mencengangkan lagi keberhasilan SBY dalam membangun manusia bersamaan dengan infrastrukturnya ini di tengah kondisi yang tidak stabil. Bencana alam dimana-mana, gangguan dari terorisme dan separatis juga banyak terjadi, kondisi ekonomi di awal pemerintahannya yang mengenaskan, ekonomi global yang tengah bergejolak, dan tatanan social demokrasi kita yang masih absurd, berhasil ia lalui dengan bukti nyata dengan keberhasilan dan prestasinya yang banyak disorot media internasional.

Kita bisa saja menganggap SBY bukan siapa-siapa. Tapi SBY dengan dedikasinya tahu “apa” yang dibutuhkan rakyatnya. Ia hanya perlu kerja nyata walaupun tidak disorot terangnya lampu media. SBY menjadi terang karena dedikasi dan prestasinya. Ia bangun manusianya, ia bangun juga infrastrukturnya. Ia jadikan rakyat sebagai penguasa negerinya, bukan malah tamu atau babu dinegerinya sendiri.

(Berry Salam, pegiat Masyarakat Berkeadilan/PolitikToday/dik)