Oleh: Benny Minarsono*)
Take me back (bawa saya kembali ke zaman itu). Judul tulisan ini kalimat yang sering saya ucapkan dalam hati atau ketika berkumpul bersama sahabat saat kami mengenang masa-masa di Melbourne, Australia tempat kami menimba ilmu.
Dan kalimat itu juga sering saya gumamkan saat mengenang 2004-2014 ketika SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) memimpin republik tercinta ini.
Saya seringmengucapkan “take me back” sebagai kalimat sakti, saat mengenang semua kejayaan partai dan masa muda yang penuh lika liku bahagia. Semua terasa mudah dan indah, apapun tentu lebih ringan saat kita menang. Ini tidak bisa dipungkiri, mungkin tanpa sadar ada juga jumawa saya.
Tapi kekuasaan Tak abadi. Tahun 2014 Partai Demokrat turun drastis elektabilitasnya sisa 10 persen dari sebelumnya 21 persen. Kekuasaan berganti, Presiden bukan lagi dari Partai Demokrat. Sebagai kader Demokrat saya terpukul. Ya, saya kader Demokrat tidak punya lagi wakil di Istana yang memimpin negara dengan ribuan pulau ini. Terpukul bukan main, kaget, tak bisa menerima kenyataan, dan perlu adaptasi. Sama persis ketika saya harus kembali pulang setelah lama belajar di negeri kangguru, adaptasi akan semua keadaan.
Pemberitaan tidak seimbang, umpatan di sosial media, dan pandangan orang sekitar membuat saya harus adaptasi keras. Tapi hal ini tidak pernah membuat saya berkecil hati akan kebangaan saya terhadap BIRU, partai pertama saya yang juga akan menjadi partai terakhir saya, Demokrat. Semua kader saya rasa merasakan cobaan yang sama, tetapi tak luntur kebanggaan kami akan partai ini.
Tanggal 23 September 2016, sekitar pukul 3 pagi saya menerima kabar, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju sebagai cagub DKI. Semangat datang lagi, tetapi setelah berjuang keras apa daya kami kalah di putaran pertama. Semua harus menerima dengan lapang dada. Jujur saya agak susah dan lama beradaptasi akan kekalahan itu.
Look forward. Ya, itu saya sekarang. Saat saya merasa masih terpuruk akan hasil pilkada tetapi hati saya gundah gulana. Saya tahu kehadiran AHY, akan membuat perubahaan besar di setiap diri pemuda pemudi. Ia mewakilkan kami generasi generasi muda. Hal itu membuat saya bangkit untuk semangat, mencoba meniti lagi waktu-waktu yang hilang dan kembali ke waktu dan nalar yang normal. Tapi apa yang bisa saya lakukan?
Tiba-tiba Sekretaris Jenderal (Sekjen) Demokrat Hinca Pandjaitan melakukan gebrakan pelantikan pelantikan pemimpin Demokrat di daerah yang disebutnya Demokrat Keliling Nusantara. Menghantarkan Demokrat ke depan pintu pintu rumah warga negara. Melakukan pelantikan di depan ribuan bahkan ratusan ribu massa bak melantik raja katanya. Raja dilantik harus disetujui rakyat, begitu ia berucap. Terobosan dari cara lama partai melantik di gedung mewah dan hotel berbintang ditinggalkan. Hati saya berpikir, ini seperti AHY, bisa bersinar dan mengabdi rakyat tanpa menunggu bintang di pundak.
Alhamdulillah, saya berkesempatan ikut serta di Pelantikan DPD Demokrat Provinsi Kepulauan Riau. Tempat yang tak asing sebenernya buat saya karena sering berkunjung. Di sini saya merasakan pengalaman luar biasa sebagai kader.
Saya akhirnya melihat sendiri Sekjen Hinca melakukan hal-hal yang luar biasa menurut saya. Bergerak tanpa henti. Lelah? Jangan ditanya. Melelahkan buat saya. Tapi saya senang. Saya Tak menyangka mesin partai bergerak sangat dinamis di pelosok negeri. Saya berani katakan pengalaman di Kepri “one of the best moments in my life”. Lelah tetapi bangga luar biasa. Lelah terasa hilang karena semakin bangga bahwa ini partai besar yang dicintai rakyat.
Ditambah lagi kebanggaan dapat ikut serta melihat AHY di tengah kerumunan rakyat dan meresmikan Komunitas Indonesia Berlari 2045. Tak dapat saya tuliskan bagaimana rasa luar biasa bangganya dapat menjadi bagian dari partai ini. Sesuatu perasaan yang sangat beda yang saya rasakan walaupun saya sering berkunjung ke sana.
Kembali ke Jakarta masih terngiang hiruk pikuk masyarakat Kepri menyambut Partai Demokrat dan AHY. Flash back mengingat bangganya masyarakat memakai baju AHY dan berlari bersama sosok muda cemerlang ini. Flash back bangganya melihat pengurus partai ketika dilantik memakai jas biru Demokrat. Bangga melihat gelegar semangat dari kader-kader Demokrat dari pusat dan daerah. Semua sama dan bersatu. Titik awal perjuangan telah dilahirkan kembali, saya yakin kerja keras semua ini akan menjadi kemenangan yang nyata. Yes, watch out, we are back!
Look forward, take me back or sit back? It’s your choice. Saya pilih sedikit berbeda, Look Forward, Fight and Take That. Bersama berjuang. Bersama kita menang. Pemimpin baru telah hadir. Partai Demokrat ini partai besar, Bung, dan saya bangga!
*)Pengurus Divisi Hubungan Luar Negeri DPP Partai Demokrat