Oleh: Jemmy Setiawan*)
Sempat saya terganggu untuk istirahat sebelum keberangkatan menuju Pulau Bawean.
Malam itu, tanggal 7 Maret 2019, sepulang saya dari Dusun Dedengan, Kabupaten Lamongan, berkali-kali saya bertanya kepada sekretaris saya.
“Mbak Hartini, tolong sekali lagi dicek, bagaimana gelombang esok pagi?”
Kebetulan saya ini tidak terlalu kuat dengan gelombang besar, namun sekretaris saya menyampaikan, “Aman, Bang. Besok gelombang baik kok.”
Keesokan harinya, saya berangkat menuju Pelabuhan Gresik dan menaiki kapal laut menuju Pulau Bawean.
Alhamdulillah, akhirnya saya sampai dengan selamat. Hanya mual-mual kecil, mungkin karena sudah puluhan tahun tidak naik kapal laut.
Dari pelabuhan, saya menuju kediaman Pak Subki, Anggota DPRD dari dapil Gresik. Tidak lama berselang, kami sudah langsung warming up, melakukan komunikasi dan pertemuan dengan kader kader Partai Demokrat serta tim sukses dari Pak Subki.
Saya terkejut, ternyata banyak kawan-kawan di Bawean sudah cukup familiar dengan saya. Kata mereka, mengenal saya dari profile APK (alat peraga kampanye) dan profile di aplikasi WhatsApp (WA).
Pertemuan kami singkat namun banyak canda tawa yang terjadi di sana karena sedang sama-sama menyamakan frekuensi. Baik cara berpikir dan tata bahasa saya yang sedikit banyak harus melakukan penyesuaian cepat.
Setelah pertemuan tersebut, saya berpindah lokasi pertemuan di kediaman Bapak Ahkwan, Caleg DPRD dari Bawean. Pertemuan, kurang lebih, dihadiri 25 orang.
Tema yang saya dalami, kami berbagi cerita. Meskipun masih terhitung jam, ternyata kami langsung bisa akrab dan dekat.
Setelah pertemuan itu, saya kembali ke penginapan yang sangat nyaman di pinggir sawah hijau. Atmosfir suasananya luar biasa.
Di penginapan itu, silih berganti sahabat-sahabat datang menjenguk saya di penginapan.
Memang saya akhirnya baru membuktikan sendiri. Kata orang di Gresik, kawan-kawan dari Bawean itu sangat ramah dan mulia hatinya saat bersahabat dengan seseorang yang dia anggap apa adanya juga. Ternyata pernyataan banyak kawan itu terbukti benar. Bawean dengan kultur masyarakatnya yang kental religius, serta apa adanya, membuat saya ingin tinggal berlama-lama di sana.
Tanggal 9 Maret 2019, pukul 11.00 siang, saya meluncur menuju Kecamatan Tambak yang jaraknya sekitar 25 km.
Jalan utama di Pulau Bawean menyatu dan melingkar. Jalan utama itu mengelilingi Pulau Bawean dari Kecamatan Sangkapura sampai Kecamatan Tambak.
Sesampainya di Tambak, saya berjumpa dengan keluarga besar Partai Demokrat di sana.
Sambil menikmati kelapa muda di pinggir pantai, kami bertukar pikiran dan saling menyarankan untuk mencapai kemenangan. Tentu berbagai masukan tersebut saya terima. Apalagi masukan itu disampaikan keluarga besar bintang mercy di Kecamatan Tambak yang dikomandoi Bapak Zulfa.
Pak Zulfa ini tidak asing dengan saya karena ponakan beliau pernah ikut dengan saya di Jogjakarta. Ia ikut saya sampai menikah. Jadi saya pribadi dan beliau sudah seperti saudara, hanya belum pernah berjumpa secara fisik.
Setelah pertemuan itu, saya kembali menuju Sangkapura.
Saat menuju hutan bakau di Desa Daun, Sangkapura, saya penasaran akan cerita orang mengenai hutan bakau tersebut. Konon, ceritanya, hutan bakau itu begitu indah sampai keluar sebagai juara hutan bakau se-Provinsi Jatim.
Perjalanan menuju hutan bakau ternyata tidak bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4. Kami berganti kendaraan roda 2 melewati jalan setapak di pematang sawah.
Tapi apa yang terjadi? Ternyata tanah Bawean ingin saya menyatu bersamanya. Dedy, sahabat saya (yang jadi pengemudi/joki sepeda motor) mengajak saya nyungsep, mencium harumnya padi di sawah serta aroma lumpur yang menempel di seluruh badan saya.
Saya tertawa bersama kawan-kawan tiada henti. Dan keakraban kami semakin bertambah erat.
Sesampainya di hutan bakau, ternyata istri dari Mas Suprapto dan Mbak Eva telah memasak ikan bakar yang luar biasa nikmatnya. Kami memang dijamu keluarga Mas Suprapto dan sahabat-sahabat lain di sana. Hingga, akhirnya
kami harus menyelesaikan beberapa pertemuan dan silaturahmi sampai larut malam.
Begitu banyak saudara-saudara baru dari Bawean yang harus saya kunjungi satu per satu. Namun karena waktu yang tidak memungkinkan, banyak tempat yang belum sempat saya singgahi.
Malam sudah larut, sedangkan keesokan harinya saya bersama rombongan sudah harus kembali ke Gresik, karena sorenya saya harus mengejar pesawat menuju luar kota dari Bandara Juanda.
Sambil menikmati secangkir kopi pahit di salah satu kafe di terminal 1B Bandara Juanda, saya menulis cerita singkat saya mengenai perjalanan saya di Pulau Bawean.
Bawean terima kasih. Energimu membuat saya yakin menapaki perjuangan ini dengan baik. Sebab ada doa-doa tulus dari hati yang dipanjatkan semua saudaraku di Pulau Bawean.
Salam hormat saya selalu
*)Ketua Departemen Urusan KPK DPP-PD dan Caleg DPR-RI dari PD di Dapil Jatim 10 (meliputi Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan)