Kebutuhan masyarakat atas BBM saat ini memang sangat tinggi, ketergantungan ini menjadi problem sendiri bagi masyarakat dan pemerintah, sampai saat ini negara juga masih ketergantungan impor BBM yang bersumber dari fosil, anehnya problem ini tidak direspon dan diurus oleh pemerintah secara serius dan sungguh-sungguh, yang ada selalu menaikan harga BBM. Ini menandakan bahwa upaya- upaya inovasi terhadap BBM untuk diversifikasi juga sampai saat ini tidak menuai hasil yang sempurna.
Kebutuhan BBM dalam negeri selama ini kurang lebih mencapai 1,3 juta barel per hari. Sedangkan kapasitas produksi BBM dalam negeri saat ini hanya mencapai 1 juta barel per hari. Artinya kebutuhan BBM dalam negeri minus 300 ribu barel per hari (ESDM), kekurangan ini harusnya ditangani dengan serius dalam rangka untuk mengurangi ketergantungan  impor BBM dari luar negeri, upaya-upaya yang mestinya dilakukan diantaranya adalah melakukan diversifikasi migas, konversi ke energi baru terbarukan BBG dan BBN, dari biofosil beralih ke biofuel, upaya tersebut segera dilakukan agar kita tidak tergantung pada BBM yang bersumber pada fosil dan tidak bergantung pada impor BBM terus menurus yang pada akhirnya menguras anggaran Negara.
Selain tidak ada upaya diversifikasi BBM, pemerintah juga tidak ada usaha untuk membuat atau menyelesaikan refinery sebagai upaya peningkatan jumlah dan kapasitas kilang minyak untuk menambah kapasitas produksi BBM secara signifikan, usaha tersebut demi mengurangi tingkat ketergantungan terhadap impor BBM. Selain itu perlu upaya untuk konversi BBM ke energi baru terbarukan seperti peningkatan penyediaan bahan bakar gas (BBG) dan bahan bakar nabati (BBN).
Upaya untuk menginisiasi pembangunan Refinery Unit juga tidak kunjung jadi, baik dengan perusahan migas ARAMCO maupun dengan Rosneft, apalagi rusia sampai saat ini masih perang dengan ukraina, selain pembuatan kilang baru untuk mengurangi ketergantungan impor BBM. Pengeboran berbasis off shore mestinya harus lebih digiatkan, alasannya sangat sederhana karena sumber-sumber didarat sudah semakin menipis dan langkah.
Selain itu, perlu upaya peningkatan pemanfaatan energi lain, di antaranya dengan penggunaan BBG dan penggunaan biofuel, terutama untuk sektor transportasi. Dari sisi regulasi dan kebijakan, perlu juga ada upaya untuk menerapkan Petroleum Fund dan Dana Ketahanan Energi untuk keberlanjutan penyediaan BBM domestik.
Jika kebijakan kenaikan harga BBM atau pengurangan subsidi tetap ngotot yang diambil oleh pemerintah maka ini menjadi tidak tepat dan mencekik kehidupan rakyat, kita semua tahu bahwa efek domino dari kenaikan BBM akan berdampak pada semua sektor karena pengaruh BBM ada pada berbagai variabel kehidupan. Baik ekonomi, kesehatan dan pendidikan maupun lainya, pemerintah harus berpikir tepat dan strategis, karena kebijakan menaikan harga BBM sama halnya mengorbankan kehidupan rakyat. Karena pada akhirnya rakyat yang akan menangung bebanya.
Jika BBM adalah penting bagi hajat banyak orang kenapa pemerintah tidak bisa menahan nafsunya untuk tidak melanjutkan duluh proyek IKN, dan anggaranya di relokasi ke subsidi BBM. Yang kedua kenapa pemerintah masih nafsu terus untuk mempertahankan program impor BBM, Kenapa strategi diversifikasi, konversi BBM fosil ke biofuel tidak dilakukan secara masif, ketiga kenapa pembangunan refinery dan offshore juga tidak segera dibangun untuk mengurangi ketergantungan impor, artinya publik pada akhirnya bisa menilai bahwa didalam proses impor ada transaksi dagang yang bisa menghadirkan keuntungan besar.
Disinilah apa yang dikatakan oleh max webber tentang impossible hand terjadi, ada upaya tangan-tangan hantu untuk mensekenario, mempermainkan transaksi besar dari impor BBM. Lalu pertanyaanya BBM ini sebetulnya kepentingan rakyat atau elit….? Jika rakyat kenapa posisinya selalu yang menjadi korban, krnapa rakyat tidak menerimah kemakmuran seutuhnya…?. Inilah pentingnya menginternalisasi lagi pancasila dan UUD 45, bahwa kesejahteran dan kemakmuran rakyat adalah misi bangsa Indonesia ini merdeka. Dan kami hanya bersaran agar kenaikan BBM tidak menjadi kebijakan yang harus diambil pemerintah demi menghadapi sengkarut harga crud oil dunia naik ini.
Pemerintah harus cari obsi-obsi lain dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah  dunia, jangan selalu menaikan harga BBM, jika tetap menaikan kebijakan tersebut adalah kebijakan yang monoton dan mencekik kehidupan rakyat, kita semua tahu bahwa kondisi ekonomi sekarang lesuh, daya beli rakyat rendah jangan sampai dibebani lagi dengan kenaikan harga BBM. Sangat tidak elok dan tidak etis jika rakyat yang jadi korban lagi. Semoga kesadaran para elit timbul demi rakyatnya.
Penulis : Qomaruddin Depertemen V kabiro PDT DPP PD
(Opini ini adalah sudut pandang penulis)