Oleh: M. Zakiy Mubarok
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Ibu Negara (2004-2014). Ibu kita semua. Ibu Bangsa Indonesia. Ani Yudhoyono. Lengkapnya Hj. Kristiani Herrawati, S.Ip. Tanggal 1 Juni 2019, kembali ke pangkuan-Nya. Setelah 67 tahun sejak kelahirannya di Yogyakarta 1952.
Orang beriman meyakini, Tuhan sebagai sangkan paraning dumadi. Asal usul dan tujuan kehidupan. Manusia berasal dari Tuhan, dan akan kembali pada Tuhan. Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun.
Namun demikian, meski tetap ikhlas, tentu sangat manusiawi kalau Pak SBY, Mas AHY dan Mas Ibas serta seluruh keluarga besar, berat untuk melepaskan Bu Ani kembali. Seperti penuturan Pak SBY yang saya baca dari laman media sosial Mas Dinno Patti Djalal beberapa saat setelah Bu Ani kembali pada-Nya.
Sejak Bu Ani ke pangkuan-Nya, akun media sosial dari keluarga terdekat, para kader Partai Demokrat, maupun tokoh-tokoh masional yang mengenal Bu Ani dengan dekat, hampir tak pernah berhenti memposting foto dan tulisan/kalimat tentangnya. Kesemuanya mengungkapkan masa-masa penuh kebahagiaan bersama Bu Ani yang dikenal sebagai pribadi yang hangat.
Tanggal 10 Juli 2019, adalah hari ke-40 Bu Ani ke pangkuan-Nya. Kembalinya Bu Ani, bukan berarti kehidupannya berhenti. Bu Ani hanya mengalami perpindahan dimensi waktu dan dimensi alam. Bu Ani masuk pada tahapan menuju penyempurnaan dan peningkatan kualitas hidup yang lebih tinggi. Menjadi manusia atau insan yang sejati.
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda “kalian diciptakan untuk keabadian, bukan mengalami kemusnahan. Kematian sesungguhnya adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah lain” – yakni rumah dunia ke rumah akhirat.
Kita semua, menjadi saksi. Betapa Bu Ani semasa hidupnya di dunia adalah pribadi yang baik. Pribadi yang penuh kehangatan dalam pergaulan. Kepada siapa saja dan dimana saja. Kesaksian itulah yang terekspresikan dari beragam postingan di media sosial sejak kembalinya Bu Ani ke pangkuan-Nya.
Suatu hari, saya pernah menulis tentang Bu Ani yang termuat di www.demokrat.or.id. Tulisan itu menuturkan rasa simpati saya kepada Bu Ani yang dengan tekun mendengarkan dan menulis paparan Pak SBY dihadapan Tim Komunikator Politik Partai Demokrat. Sungguh diluar dugaan saya, melalui seorang senior di Partai Demokrat, Bu Ani menyampaikan apresiasinya terhadap tulisan singkat itu keesokannya. Sebagai kader Partai Demokrat yang ada di daerah, tentu saja apresiasi Bu Ani itu sangat luar biasa untuk saya.
Terimakasih Bu Ani. Ibu akan selalu bersama di hati kami. Al Fateha untuk Ibu. Doa kami mengiringi agar Ibu bahagia di sisi–Nya. Menjadi jiwa yang tenang dan di ridhoi. Aamiin.*
*)Penulis adalah Kader Demorat di Provinsi NTB