Jakarta: Industri penerbangan adalah salah satu sektor yang sangat terdampak di era pandemi Covid-19. Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti bahwa industri penerbangan saat ini menghadapi tantangan terbesarnya.
“Ketika jumlah penumpang dibatasi, hal itu berdampak pada alur cashflow maskapai penerbangan, yang kemudian menyebabkan banyak penerbangan yang juga harus di dibatalkan. Jika itu terjadi, maka kegiatan operasional juga banyak yang harus berhenti, padahal kita tahu kualitas pesawat dan maintenancenya seperti mesin dan alat-alat kelengkapan lainnya harus terus dirawat,” kata AHY saat membuka webinar nasional bertajuk “Keselamatan Transportasi Udara”.
Webinar in diselenggarakan atas kerja sama DPP IMDI (Insan Muda Demokrat Indonesia) dan Departemen V DPP Partai Demokrat yang dilaksanakan secara virtual pada Rabu (24/2) siang.
Ketika banyak pilot dan kru yang dirumahkan, menurut AHY, hal itu juga berpotensi menyebabkan adanya human error, karena jam terbang, keterampilan, dan insting dari seluruh elemen yang terlibat menjadi sangat terbatas. Padahal, menurutnya elemen-elemen tersebut berperan signifikan terhadap keselamatan bagi para penumpang di pesawat. Ketum AHY berharap keterampilan dan insting pilot, kru dan navigator harus terus dipelihara untuk mengatisipasi human error tersebut.
“Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun, karena semuanya berakibat fatal. Itu yang perlu kita ketahui dan terus kita suarakan. Regulasi harus terus dibenahi, penegakan juga harus dikawal, maintenance harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan manajemen harus dilakukan dengan efektif. Kita berharap penerbangan Indonesia semakin maju, dan kita semua selalu selamat dan merasa nyaman berpergian,” harap Ketum AHY.
Ia juga mengajak para kader Partai Demokrat dan masyarakat untuk memberikan kontribusinya dengan mengawal dan terus mengikuti perkembangan isu-isu transportasi udara.
Ketum AHY juga sempat menyinggung kecelakaan pesawat yang baru-baru ini terjadi.
“Rakyat kita kembali menangis ketika kecelakaan Sriwijaya Air terjadi di Kepulauan Seribu. Lagi-lagi, kita harus jadikan kejadian ini sebagai wake up call yang melecut kesadaran kita semua untuk menyadari betapa pentingnya peningkatan standar keselamatan transportasi di Indonesia, khususnya udara,” tegas Ketum AHY.
Ketum AHY sepaham dengan pernyataan Ketua Umum IMDI Michael Wattimena yang menjelaskan bahwa webinar ini ditujukan bukan untuk mencari kesalahan, melainkan memunculkan pembahasan yang bersifat solutif terhadap peningkatan keselamatan transportasi udara di Indonesia.
“Sebagai pengguna pesawat, saya memiliki kepentingan untuk menyuarakan betapa pentingnya untuk meningkatkan standar keselamatan transportasi udara,” jelas Ketum AHY.
“Dilemanya adalah, sektor penerbangan sipil sebetulnya telah tumbuh secara signifikan. Di tahun 2000 jumlah penumpang pesawat di Indonesia kurang lebih 10 juta orang, kemudian di tahun 2018 jadi 115 juta orang, naik lebih dari sebelas kali lipat dalam kurun 18 tahun saja. Bahkan Asosiasi Transportasi Udara Internasional/International Air Transport Association (IATA) memperkirakan bahwa pada tahun 2039, pasar maskapai penerbangan komersil di Indonesia akan menjadi nomor empat terbesar di dunia,” tambah Ketum AHY.
Baginya, prediksi tersebut sangat mungkin terjadi mengingat betapa besarnya dan berkembang pesatnya populasi di Indonesia.
Ketum AHY kemudian menyoroti pentingnya industri penerbangan untuk terus meningkatkan standard keselamatan guna mengimbangi prediksi pertumbuhan yang ekpslosif tersebut.
“Yang saya ketahui, berdasarkan data Aviation Safety Network (ASN) pada Januari 2021, akumulasi kecelakaan fatal di Indonesia mencapai 153 kasus sejak 1919, dengan total korban jiwa mencapai lebih dari 3000 orang. Sedangkan dalam 10 terakhir ini (2011-2021), jumlah kecelakaan udara fatal di Indonesia mencapai 18 kasus dengan total 697 jiwa. Ini termasuk penerbangan militer dan pesawat pribadi” kata AHY.
Di awal acara Ketum IMDI Michael Wattimena yang akrab disapa BMW menjelaskan bahwa transportasi memiliki fungsi derajat yang strategis dalam pembangunan untuk mendukung pembangunan nasional di segala aspek dan bidang, baik untuk angkutan penumpang maupun angkutan barak.
“Hal ini telah diatur dalam regulasi, baik menyangkut aturan penyelenggaraanya maupun aturan yang memberikan proteksi bagi para penumpang atau pengguna jasa transportasi udara melalui undang-undang nomor 1 tahun 2009, tentang penerbangan” kata BMW.
Namun kenyataannya, kecelakaan angkutan udara masih sangat kerap terjadi di Indonesia.
“Untuk itu keselamatan, efesiensi, dan keteraturan dalam angkutan udara merupakan hal hal yang mutlak untuk dipenuhi,” tambahnya.
CEO Lion Air Edward Sirait yang hadir sebagai pembicara menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan kecelakaan pesawat, yaitu kesiapan alat pesawat, cuaca, human error dan sabotase.
“Semua faktor ini menyangkut alat transportasinya dan alat pendukungnya. Sebenarnya kembali lagi bahwa faktor alat itu akan terjaga apabila orang atau petugas yang merawat pesawat itu disiplin, teliti dalam melaksanakan perawatan,” ujar Edward.
“Manusia harus taat pada prosedur pelaksanaan dan keselamatan. Ini termasuk terhadap infrastruktur pendukungnya, juga ketaatan catatan-catatan yang diberikan pabrik pesawat,” terusnya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Dadun Kohar selaku Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara yang hadir mewakili Dirjen Udara Kementerian Perhubungan juga menyampaikan pendapatnya. Merujuk pada data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) faktor human error berada di tingkat teratas faktor terjadinya kecelakaan di udara.
“Faktor terjadinya kecelakaan pesawat disebabkan human error/factor (kurangnya pendidikan, pelatihan serta terjadinya kelalaian dalam mengambil keputusan) sebesar 48 persen, diikuti dengan faktor aircraft system (unsur kerusakan pada komponen udara termasuk mesin pesawat) 30 persen, faktor organisasi (tidak memberikan edukasi yang cukup untuk personelnya, ketidaksiapan prosedur yang memadai untuk operasional) 7 persen, faktor environment (kondisi cuaca yang buruk) 7 persen, faktor fasilitas airport (fasilitas yang tidak memenuhi standar keselamatan) 4 persen dan air navigation (pengaturan lalu lintas udara yang tidak memenuhi standar keselamatan) 4 persen,” terang Dadun.
Hadir pula sebagai pembicara dalam webinar ini diantaranya Pakar Transportasi Ellen Sophie Wulan Tangkudung, Kapoksi Fraksi Partai Demokrat Komisi V DPR RI Irwan. Hadir pula beberapa jajaran pengurus DPP Partai Demokrat serta fungsionaris pengurus IMDI pusat yang juga turut menghadiri webinar ini secara virtual.
(adw/csa)