Jenazah Bupati Keerom, Drs. Celcius Watae, MH saat dinaikkan ke atas mobil ambulans untuk dibawa ke rumah duka dari RS. Bhayangkara, Rabu (10/1/2018). Bupati dinyatakan wafat karena penyakit jantung. (Foto: Alfred/Lingkar Papua)

Jayapura: Kematiannya yang mendadak, sempat menimbulkan tanda tanya di masyarakat Keerom, apalagi sehari sebelumnya Bupati Keerom, Drs. Celcius Watae, MH masih menjalankan aktifitasnya seperti biasa.

Setelah melakukan pemeriksaan intensif baik melalui rekam medik maupun fisik dan berdasar kepada ikhwal penyebab Drs. Celcius Watae masuk ke RS Bhayangkara, Rabu, (10/1/2018) dini hari, akhirnya tim medis RS Bhayangkara bersama Pemda Keerom dan pihak keluarga mengumumkan secara resmi penyebab wafatnya Bupati Keerom, Drs. Celcius Watae, MH, beberapa jam setelah dipastikan yang bersangkutan sudah tidak bernyawa lagi.

“Dari hasil diagnosis, Bupati Keerom mengalami penumpukan cairan di paru-paru yang disebabkan tidak berfungsinya jantung dengan baik, banyak sekali cairan di paru-paru, makanya sulit untuk bernapas”, kata dr. Joel Herbert Manurung, dokter spesialis jantung RS. Bhayangkara Furia, Kotaraja, Jayapura saat melakukan jumpa pers di RS Bhayangkara, Rabu (10/1/2018) bersama Wakil Bupati Keerom, Muh. Markum, SH dan pihak keluarga Bupati.

Pihak RS Bhayangkara memastikan bahwa meninggalnya Bupati Keerom disebabkan oleh penyakit jantung yang dialaminya, dimana berdasarkan hasil wawancara dengan pihak keluarga, dan juga berdasarkan rekam medic Bupati Keerom, yang bersangkutan memiliki riwayat penyakit jantung, bahkan tengah menjalani pemeriksaan rutin di RS. Harapan Kita Jakarta, bahkan sebelumnya Bupati Keerom pernah melakukan pemasangan stant jantung di RS. Omni Jakarta.

“Masuk tadi pagi, Rabu (10/1/2018), sekitar pukul 04.00 WIT, oleh teman sejawat di UGD dilihat sebagai pemburukan dari kondisi jantung beliau dan memang dari wawancara dengan keluarga memang Bapak punya riwayat penyakit jantung”, kata dr. Joel H. Manurung.

Selanjutnya pihak rumah sakit memutuskan untuk melakukan perawatan di ruangan Intensive Care Unit (ICU) dengan penanganan maksimal dan dalam monitor dokter. Hasil dari penanganan medis menurut dr. Joel, sempat membaik, dan yang bersangkutan mengaku sudah merasa lebih nyaman.

“Namun secara mendadak pada pukul 10.00 WIT, Bupati kembali mengalami sesak nafas, kita melakukan upaya dengan obat-obatan dan oksigenisasi yang cukup baik bahkan sampai pemasangan selang nafas untuk membantu Bapak, saat itu Bapak merasa sesak tapi jantungnya yang bermasalah, jadi kita bantu seoptimal mungkin, dengan melakukan pompa jantung selama kurang lebih 1,5 jam dan itu tidak bisa mengembalikan kondisi jantungnya. Bapak akhirnya kita pastikan telah meninggal pada pukul 14.10 WIT”, kata dr. Joel didamping Wakil Bupati Keerom.

Menurutnya dari hasil pemeriksaan diketahui sesak nafas yang dialami Bupati Keerom disebabkan masalah pada jantungnya, dimana menurut diagnosis dokter, Bupati Keerom memiliki faktor resiko untuk sakit jantung, hipertensi, dan diabetes.

“hasil evaluasi kita untuk menegaskan apakah sesaknya memang benar dari jantung, dengan beberapa pemeriksaan dan semuanya terkonfirmasi untuk satu serangan (masalah di jantung)”, kata dr. Joel.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Keerom, Muh. Markum, SH mengaku sangat merasa kehilangan dan berduka atas kejadian ini.

“Saya secara pribadi dan keluarga sangat merasa kehilangan dan sangat berduka atas kejadian ini, atas nama keluarga dan pemerintah kami turut berduka cita yang sangat mendalam”, kata Markum dengan mata berkaca-kaca tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Terkait rencana pemakaman, menurut Wakil Bupati masih akan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga.

“Kami sangat merasakan kehilangan dan sangat terpukul dengan kejadian ini, kami berduka sangat dalam atas berpulangnya Bapak Bupati, tentunya semua masyarakat, simpatisan dan ASN yang ada di Kabupaten Keerom akan mengantarkan beliau ke tempat perisitirahatannya yang terakhir, kami akan lakukan koordinasi dengan pihak keluarga terkait pemakamannya”, kata Markum lagi.

(lingkarpapua/dik)