Oleh: Jansen Sitindaon*)
Rakyat Menjadi Saksi #DemokratJuara, Sumsel “membiru”.
Jembatan Ampera, Sungai Musi dan ratusan ribu rakyat Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi saksi. Ya, itulah yang terjadi di pagi hari. Kala matahari baru saja terbit dan sedang hangat-hangatnya di 26 Februari 2017. Dalam pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat (DPD-PD) Sumsel periode 2016-2021.
Bertempat di pelataran terbuka Benteng Kuto Besak yang historis. Sebuah benteng yang dibangun langsung oleh “wong” Palembang di masa Sultan Mahmud Badaruddin I. Jadi bukan oleh Belanda. Sehingga benteng ini berbeda dengan benteng lain yang ada di Indonesia, yang biasanya dibangun dan peninggalan Belanda. Dengan arsitekturnya yang “khas” bernuansa daerah Palembang sehingga membuatnya berbeda dengan benteng lain yang bergaya Eropa. Berhadapan langsung dengan Sungai Musi. Ishak Mekki selaku Ketua DPD-PD Sumsel beserta jajaran pengurus lainnya, dilantik langsung oleh Sekjen Partai Demokrat Dr. Hinca IP Pandjaitan. Di hadapan ratusan ribu masyarakat Sumsel.
Sakral. Itu kesan yang pertama terasa. Terlihat seperti seorang “Raja” dimahkotai dan detik itu juga langsung diperkenalkan kepada rakyatnya. Tidak ada “delay”. Langsung. “Live” di tempat.
Pasca-menerima “pataka dan bendera” Demokrat dari Sekjen Dr. Hinca Panjaitan untuk “dikibarkan” ke seluruh penjuru Sumsel. Kemudian Ishak Mekki “Raja Demokrat Sumsel” tersebut maju ke depan. Berhadapan langsung dengan ratusan ribu rakyatnya yang telah menunggu. Kemudian dia menyampaikan janji dan komitmennya. Serta apa yang akan dia lakukan bersama pengurus di bawahnya pasca-menerima mandat tersebut. Dan rakyat langsung mencatatnya.
Dengan pelantikan sejenis ini, rakyat tidak lagi “testimonium de auditum”. Mendengar janji tersebut dari orang lain. Kemudian menceritakannya kembali. Atau baru besok harinya membaca janji tersebut di koran dan media massa. Baru kemudian menceritakannya kembali ke orang lain. Namun dalam pelantikan Ishak Mekki ini, ratusan ribu rakyat Sumsel langsung menjadi saksi. Mereka melihat langsung. Mendengar dan mengalami langsung kejadian tersebut. Dan berhak menagih langsung apabila janji-janji tersebut tidak ditepati.
—
Kalau bukan “extraordinary”, ini tentulah sebuah prosesi dan jenis pelantikan yang “unik” dan tidak biasa. Karena umumnya kita melihat, pelantikan pengurus partai (entah partai apa pun itu) selalu diadakan di ruang tertutup. Bersifat “indoor”. Bisa di hotel. Gedung serbaguna. Atau gedung pertemuan di kota tersebut. Biasanya ruangannya ber AC. Dingin. Yang hadir, wangi tidak berkeringat. Makanannya “prasmanan”. Layaknya kita datang ke resepsi perkawinan saja. Yang menonjol akhirnya adalah kesan eksklusifnya. Malah sering terjadi kalau diadakan di hotel, keriuhan pelantikan sejenis ini akan mengganggu tamu hotel yang sedang menginap di tempat tersebut. Padahal yang akan diperjuangankan oleh “orang-orang yang dilantik” ini adalah kepentingan rakyat. Namun pelantikannya sendiri “dijauhkan” dari rakyat dan masyarakat. Atau malah mengganggu masyarakat.
—
Selain pelantikan yang dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan langsung di hadapan rakyat, banyak lagi yang unik namun sangat positif dalam pelantikan pengurus Demokrat Sumsel ini. Biasanya pelantikan pengurus partai (atau pengurus organisasi apa pun namanya) hampir tidak pernah diadakan di “pagi hari”. Kala matahari baru saja terbit dan sedang hangat-hangatnya. Kalau tidak siang menjelang sore, “banyak-banyaknya” pelantikan sejenis ini, diadakan malah malam hari. Gurauan yang biasa kita dengar, katanya, karena para “aktivis” ini susah bangun pagi. Maka tidak mungkinlah kita adakan “acaranya di pagi hari” katanya.
Namun yang terjadi di pelantikan DPD-PD Sumsel ini, berbeda. Partai Demokrat menerobos kebiasaan lama tersebut. Selain dilantik di pagi hari, di tengah hangat dan panasnya matahari. Sebelum pelantikan, para calon pengurus ini “disuruh” dulu olahraga (jalan santai) bersama masyarakat. Mereka membaur dulu dengan masyarakat yang akan mereka pimpin. Berkeringat bersama. Baru pasca itu dilantik di hadapan masyarakat yang telah mereka “bauri” tersebut.
—
“Engkau berasal dari masyarakat. Dilantik di hadapan masyarakat. Dan akan berbuat untuk masyarakat. Bagaimana engkau akan “peduli dan siap beri solusi”, seperti janji partai kita, kalau engkau sendiri tidak membaur bersama rakyat dan masyarakatmu tersebut?”
Mungkin itulah pesan yang ingin dikirimkan Sekjen Demokrat Dr. Hinca Pandjaitan melalui pelantikan sejenis ini. Dan itu sangat positif dan menggetarkan.
—
Dalam pelantikan DPD-PD Sumsel ini jelas terlihat. Kalau proses “pembauran” dengan masyarakat ini telah dilakukan sejak awal melalui “tindakan aksi” olahraga pagi bersama. Baru kemudian pengurus tersebut dilantik. Ke depannya, “politik membaur” bersama rakyat yang telah dimulai ini, harus terus dijaga dan dikembangkan oleh pengurus yang telah dilantik dengan jenis dan model yang lain. Sesuai dengan kebutuhan kota dan wilayah masing-masing. Seperti misalnya (namun tidak terbatas): pengurus Demokrat “bersih-bersih kota bersama rakyat”, bisa juga “menghijaukan gunung bersama rakyat”, “sepeda santai bersama rakyat”, atau menjalankan ide yang digagas Pak Sekjen “kendurian bersama rakyat”. Dan berbagai tindakan aksi lainnya sesuai kebutuhan, kearifan dan budaya lokal yang hidup di masing-masing daerah.
—
Inilah bukti. Belum berselang lama. Baru saja pilkada serentak putaran dua selesai. Tanpa menunggu lama. Demokrat kembali “menghidupkan mesinnya” melakukan kerja-kerja politik penguatan struktur ke dalam.
Semoga pelantikan pengurus di tempat terbuka dan langsung di hadapan rakyat ini terus menjalar ke seluruh Indonesia. Seperti halnya Sumatera Selatan. Dimana ratusan ribu rakyat yang melihat langsung pelantikan tersebutlah yang menjadi “corong” langsung berita pelantikan tersebut. Mereka akan berceritanya kepada keluarganya. Teman sekantornya. Teman kuliahnya. Dan orang-orang di lingkungannya. Mengenai pelantikan yang telah mereka lihat langsung.
Demokrat sekarang terbuka. Bahkan sangat terbuka. Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Bahkan sebelum esok harinya diberitakan media pun. Tanpa menunggu lama. Hari itu juga masyarakat sudah lebih dahulu tahu siapa pengurus Demokrat di wilayahnya. Dan apa yang akan dilakukan para pengurus tersebut bagi wilayah dan rakyatnya pasca-mendapat “mandat” dari Dewan Pimpinan Pusat.
Setelah Sumatera Selatan yang “extra ordinary”, telah menunggu Kalimantan Timur dan daerah lainnya di seluruh Indonesia untuk dilantik.
Jayalah Demokratku.
Jayalah Indonesiaku.
Sehat terus Pak SBY-ku untuk memimpin kami, kader-kadermu…
Maju terus, Pak Sekjen, untuk pelantikan di tempat terbuka dan langsung di hadapan rakyat. Yang menggetarkan Indonesia! Dan menunjukkan, Demokrat siap “perang” dalam tingkatan politik elektoral apa pun.
Jakarta, 28/02/2017
*)Ketua Departemen Urusan DPR DPP Partai Demokrat