Ketua Umum Partai Demokrat Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono menyapa warga usai menandatangani banner raksasa bertuliskan “Stop Hoax dan Fitnah! Mari Kita Dukung Pers Yang Merdeka, Adil, dan Bertanggung Jawab” di jalan Udayana, Mataram, NTB, Minggu (7/5/2017). Acara itu berhasil masuk Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). (Foto: MCPD/Iwan K)

Oleh: Hilda Thawila

Sebelum memasuki Hari H Rakernas, Partai Demokrat mengadakan kegiatan bersama rakyat. Minggu, 07 Mei 2017, kami mengadakan kegiatan bersama rakyat dari mulai jalan santai, voli, futsal, petisi penandatanganan stop hoax & fitnah, serta kegiatan gotong royong di kampung nelayan di Kampung Banjar, Ampenan, Mataram, serta pembagian 100 bola kaki ke warga bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Segala persiapan sudah kami lakukan. Betapa padatnya jadwal kami, tapi kami saling keroyokan (bahu membahu) dalam mempersiapkan itu semua. Persiapan kegiatan ini langsung dipimpin Sekjen Partai Demokrat Hinca IP Pandjaitan yang tak mengenal lelah dan tak mengenal batas waktu dalam bekerja. Sabtu malam, sebelum pelaksanaan, kami selesai cek kesiapan di lapangan hingga Minggu pukul 01.00 Wita (dini hari). Minggu jam 04.00 Wita. kami sudah harus bangun untuk pelaksanaan rangkaian kegiatan bersama warga.

Kami memulai kegiatan jam 5 pagi. Dimulai dari jalan santai diikuti Tuan Guru Bajang (TGB), AHY bersama warga. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bermain voli bersama kader PD melawan warga. Usai Pak SBY bermain voli, kami saling bertemu di area car free day (hari bebas berkendaraan) di Jalan Udayana, Mataram.

Puncaknya saat penandatanganan petisi “Stop Hoax dan Fitnah. Mari Kita Dukung Pers Merdeka, Adil dan Bertanggung Jawab” di atas banner raksasa. Ada 10 banner penandatanganan petisi stop hoax dan fitnah. Banner terdiri 2 sisi. Di sisi kiri dan kanan yang terbagi 5, karena disisi kiri sudah ramai yang mengerjakan dan aku pun ambil jalur kanan. Tanpa dikomando semua dengan inisiatif sendiri, tak ada bintang lapangan kami semua sama sama bekerja, karena apabila semua dikerjakan secara bersama-sama pasti hasilnya pun akan jauh lebih baik.

Kami memulai dengan mengajak warga yang sedang jalan santai di saat car free day. Awalnya warga bingung penandatanganan apa ini? Tapi sedikit prolog (pembukaan), akhirnya banyak warga ikut tertarik  untuk berbondong bondong menandatangani petisi stop hoax. Tentu saja kami menjalankan tugas itu dengan wajah ceria dan konsisten tanpa mengenal lelah.

Yang jelas aku selalu ingat kata kata Abang Sekjen “Hilda .. dari semua kegiatan kita, Petisi penandatanganan Stop Hoax ini yang menjadi goalnya karena kita harus pecahkan rekor MURI. Kalau tidak sampai mendapatkan rekor MURI, malu kita dan mau ditaruh dimana muka kita,” kalimat Abang Sekjen itu yang terus terngiang di telingaku dan akupun memaksimalkan pekerjaan itu.

Aku juga dibantu teman-teman, salah satunya Mbak Ratih, Ketua DPC-PD Kota Surabaya. Banyak teman yang membantu sudah tak kuingat lagi, siapa saja. Yang jelas suasananya sangat ramai dan kami membaur dengan warga. Oya, banyak juga warga membantu kami saat petisi penandatanganan stop hoax.

Setelah semua selesai ada ritual penaikan bendera raksasa 42x 6 m. Ada 2 bendera. Pertama bendera merah putih raksasa dan satu lagi bendera bertusliskan “Partai Demokrat World Press Freedom Day”. Di situ aku menitikkan airmata terharu dalam balutan nasionalisme. Hatiku berbisik “tak ada usaha yang sia sia”.

Di ritual akhir saat SBY, Ibu Ani, TGB dan AHY menandatangani petisi spanduk stop Hoax aku hanya mendengarkan pengumuman Sekjen DPP PD Hinca IP Pandjaitan. Ia mau melihat secara langsung penandatanganan oleh bintang-bintang kami. Tetapi sudah tak mungkin karena puluhan ribu warga berjubel memadati area. Semua diluar dugaan. Enggak nyangka warga bisa sebanyak itu.

Aku dan masyarakat NTB yang ada di lokasi saling memberikan ucapan selamat dan berterimakasih atas kelancaran acara tersebut. Mereka mengucapkan terimakasih kepada Partai Demokrat, sebaliknya aku berterimakasih atas dukungan masyarakat NTB. Kami bersalaman dan berpelukan.

Saat pengumuman dan pembagian piagam rekor MURI dan pidato SBY, serta peluncuran Buku kumpulan twitter twitter SBY, aku sudah tak dapat lagi mengikutinya. Kami masih ada tanggung jawab lain di acara berikut yakni wartawan-wartawan lokal bertanding futsal melawan TGB dan AHY di tempat berbeda, berjarak 200 meterh dari area kegiatan petisi penandatanganan Stop Hoax.

Karena masih tanggung jawab kami sebagai Supporting acara kegiatan Futsal, aku dan Fira serta Bung Rifai Darus dan Bang Ramadhan Pohan buru-buru berjalan kaki menuju tempat futsal. Cek kesiapan sambil menunggu AHY dan TGB hadir.

Kami dibantu Jackson Kumaat dan Edwin Tandjung serta rekan rekan kader PD yang lain yang tak bisa kusebutkan satu per satu karena banyak sekali.

Saat futsal hampir selesai, aku jalan lagi bersama Sekjen Hinca IP Pandjaitan untuk acara berikutnya yakni AHY bertemu masyarakat nelayan di kampung Banjar, Ampenan. Kami mempersiapkan segala sesuatunya sebelum AHY datang.

Di Kampung Nelayan

Di kampung nelayan ini  warga sangat antusias menyambut kedatangan AHY. Dari hasil pertanyaanku kepada warga, mereka semua kenal AHY. Ada yang bilang anaknya Pak SBY dan ada juga yang bilang lawannya Ahok di DKI Jakarta. Wah berarti AHY ini sudah sangat terkenal.

Singkat Cerita AHY datang di kampung nelayan ini memakai motor air yang beriring iringan. Di kapal berbeda ada juga pemusik memainkan alatnya. Jadi kami dari kejauhan tahu, rombongan AHY datang. Bak laksamana pasukan Cheng Ho, AHY mendaratkan kaki di kampung nelayan tersebut.

Akhirnya, Alhamdulillah, semua kegiatan puncak dari rangkaian Rakernas berjalan lancar. Selebihnya kami bersilaturahmi dengan teman teman Kader PD yang telah hadir dari seluruh Nusantara untuk mengikuti Rakernas, pada Senin, 8 Mei 2017.

Salam Demokrat Jaya.

Lombok, 7 Mei 2017.

*) Sekretaris Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat

(wan/dik)