Namanya Michael. Lengkapnya Michael Edy Hariyanto. Nama dan penampilan fisiknya jauh dari stereotip kebanyakan Muslim di Indonesia. Tapi malam itu, di atas panggung di pondok pesantren Ibnu Sina, Banyuwangi, Michael, mengenakan sarung dan berpeci, dengan fasih mengucapkan nama-nama 13 Kyai di empat penjuru Banyuwangi, yang menggagas berdirinya Forum Komunikasi Kyai Langgar (Fokkal) Se-Banyuwangi. Total ada 313 kyai yang kemudian bergabung.
Kenapa 313? Bukan sekadar mengulang akronim tanggal yang kemudian menjadi gerakan sosial, seperti 411 dan 212. “313 adalah jumlah sahabat Nabi Muhammad saw yang ikut perang Badar,” kata KH. Maskur Ali, pimpinan ponpes Ibnu Sina, saat menjelaskan latar belakang berdirinya Forum ini. Ia ulama yang dihormati. Selama 15 tahun KH. Maskur Ali menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyuwangi.
Forum ini sudah digagas cukup lama oleh KH. Maskur Ali. Tujuan utamanya adalah memberdayakan para Kyai Langgar. “Anak-anak kita belajar Quran dari para Kyai langgar di kampung,” kata KH. Maskur, “Santri-santri kita, bahkan para kyai kita, sewaktu muda, juga belajar Islam pertama kali di langgar, tapi alhamdulillah, selama ini mereka menerima imbalan sekadarnya, hidup a la kadarnya.”
“Michael ini bahasa Arabnya Mikail, nama salah malaikat,” kata KH. Maskur, “Tugas Malaikat Mikail adalah memberikan rizki kepada makhluk yang ada di dunia. Terima kasih mas Michael sudah membantu memfasilitasi Forum Komunikasi Kyai Langgar ini.” Hadirin bertepuk tangan riuh.
Semula Fokkal akan diresmikan bertepatan dengan malam Nuzulul Quran, tanggal 17 Ramadan 1443 H. Tapi mendengar Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan bertandang ke Banyuwangi, KH. Maskur dan Michael sepakat mengundurkannya menjadi tanggal 24 Ramadan. Selain pengusaha, Michael juga Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Banyuwangi, serta salah satu pimpinan DPRD Kab. Banyuwangi dari Fraksi Demokrat
Kehadiran AHY disambut meriah para santri dan kyai. AHY berjalan tersendat-sendat sejak turun dari kendaraan menuju rumah KH. Maskur, karena melayani salaman dan cium tangan dari para santri yang menunggu sejak tadi. Para pesilat Pagar Nusa NU dengan sigap membentuk barikade, tapi kemudian mereka membiarkan massa membaur dengan AHY.
Dari rumah, KH. Maskur kemudian menggandeng AHY ke panggung yang sudah disiapkan di tengah pesantren. Sound system menggelegar menyuarakan zikir dan sholawat, serta Gambus Mayami. Michael memang punya perhatian khusus pada sistem tata suara. Untuk AHY, ia menyiapkan satu mikrofon khusus. “Titip mikrofon ini ya Mbak untuk mas AHY. Hati-hati, harganya sama seperti satu mobil,” cerita salah satu staf AHY yang dititipi oleh istri Michael.
Pelantikan Fokkal dilakukan oleh KH. Maskur Ali, sebagai penggagas dan juga Ketua Dewan Pembina. Michael memberikan sambutan sebelum KH. Maskur melantik. Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak juga didaulat memberi sambutan. AHY diberi kesempatan paling akhir untuk menyampaikan sambutan.
KH. Maskur Ali menerima AHY dengan hangat bukan tanpa alasan. “Hal ini tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) dan tidak simsalabim tahu-tahu bergabung begitu saja. Alasannya, Partai Demokrat memiliki kesamaan garis politik dengan Nahdatul Ulama (NU) yaitu Nasionalis Religius,” jelas KH. Maskur, “NU selama ini berpihak pada kejujuran dan keadilan, bukan pada kekuatan dan kekuasaan. Partai Demokrat dalam hal ini koalisinya tidak dengan kekuatan dan kekuasaan, tetapi koalisasinya dengan rakyat. Wong NU mlebu Demokrat, ora batal wudhu (Orang NU masuk Demokrat tidak batal wudhunya).”
KH. Maskur juga menjelaskan tiga syarat kesepakatannya dengan Michael untuk mendirikan Fokkal: 1) penguatan Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja), 2) penguatan administrasi Langgar, 3) pemberdayaan ekonomi Langgar, Musholla, Masjid dan Pesantren.
Dalam sambutannya, AHY menyambut baik inisiatif pemberdayaan ekonomi para Kyai Langgar ini. Pada bagian lain, memanfaatkan momen berada di bumi Banyuwangi yang terkenal dengan keberagamannya, AHY mengingatkan, “Hati-hati dalam mendefinisikan keberagaman dan kebinekaan, jangan dieksploitasi, karena sesungguhnya kita punya banyak kesamaan satu sama lain. Kita hidup dalam negara yang harusnya jadi milik semua. Indonesia for All, Indonesia untuk semua.” Malam itu, AHY tampil elegan dengan sarung batik buatan Surabaya, blazer biru gelap, dan peci Awing, buatan UMKM asal Gresik.
AHY menyampaikan keprihatiannya karena sesama umat Islam sering juga dibentur-benturkan. “Semua mungkin bisa merasakan, hanya karena beda aliran politik, hanya karena beda pilihan capres-cawapres, tiba-tiba kita jadi bermusuhan satu sama lain. Kemudian berkepanjangan, padahal sudah lewat pemilunya. Tapi setelah bertahun-tahun masih terasa gesekan diantara kita sendiri,” tutur AHY.
“Padahal yang waktu itu berkontestasi, saling berkompetisi, justru sudah tidak ada masalah, sudah bergabung juga. Entah kenapa kemudian umat terpecah belah, masyarakat juga tersekat-sekat. Inilah yang harus kita perjuangkan bersama,” lanjutnya. Kemeriahan malam itu ditutup dengan ajakan spontan AHY menyanyikan Ya Lal Wathon, lagu yang populer di kalangan Nahdliyin, yang diciptakan KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1916 untuk membangun semangat nasionalisme para santri.
Esok harinya, dalam kesempatan ngobrol menjelang pulang, saya bertanya pada Michael bagaimana caranya bisa meyakinkan KH. Maskur Ali untuk mendirikan Fokkal. Ia menjawab spontan penuh semangat, “Itu inisiatif KH. Maskur Ali sendiri dan 12 kyai lainnya. Saya hanya membantu memfasilitasi karena ini gerakan yang baik, untuk memberdayakan ekonomi para Kyai Langgar yang selama ini cenderung terabaikan. Ini gerakan dari para kyai, untuk para kyai, agar bisa sejahtera bersama.”
Michael memang selalu penuh semangat. Apalagi untuk Demokrat. Saat menjamu AHY dan rombongan kecilnya untuk makan bersama sehabis buka puasa di Masjid Rogojampi, Michael menggelar karpet besar dengan lambang Demokrat yang ia pesan khusus. Kursi-kursi di ruang pendopo tempat makan, diberi warna biru Demokrat.
“Untuk Demokrat dan mas AHY, saya selalu penuh semangat, Mas,” kata Michael.
Penulis: Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo