Wajahnya putih bersih, seolah bersinar di subuh yang hening, di masjid Raudhatul Muchlisin, Jember. Usai sholat subuh, jamaah masjid spontan menyalami dan mencium tangannya. Ia memang masyhur. Namanya KH. Muhammad Balya Firjaun Barlaman (54) atau akrab dipanggil Gus Firjoun. Pimpinan pondok pesantren As-Shiddiqi Putra, Talangsari, Jember ini, juga menjabat sebagai Wakil Bupati Jember (2020-2024).
Subuh itu, Gus Firjoun sengaja sholat di Raudhatul Muchlisin untuk membersamai Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga sholat subuh di masjid yang sama, untuk berziarah ke pesarean Mbah Shiddiq. Pesarean ini jaraknya hanya 400 meter dari Masjid. Usai sholat subuh, suasana agak heboh karena jamaah bergantian menyalami keduanya. Gus Firjoun dan AHY naik mobil yang sama ke pesarean.
Mbah Shiddiq, atau nama lengkapnya KH. Muhammad Shiddiq (1854-1934), dikenal sebagai ulama masyhur, salah satu ulama yang dimintai restu atas pendirian Nahdhatul Ulama, penyebar Islam di Jember serta serta dikenal juga karena anak-keturunannya banyak yang menjadi ulama terkenal dan tokoh terkemuka, yang kemudian sering disebut sebagai Bani Shiddiq.
Salah satu putra Mbah Shiddiq adalah KH. Achmad Shiddiq (1926-1991), Rais Aam PBNU (1984-1991) yang merumuskan penerimaan NU atas Pancasila. Ikhtiar ini mencairkan ketegangan antara pemerintah dan umat Islam pasca pemberlakuan asas tunggal pada era Orde Baru.
Gus Firjoun adalah salah satu putra dari KH. Achmad Shiddiq, dan satu-satunya keturunan yang menggeluti politik, sebagai anggota DPRD Kab. Kediri, DPRD Provinsi Jatim dan kemudian memenangkan Pilkada Jember sebagai Wakil Bupati, berpasangan dengan Bupati Hendy Siswanto. Ini dilakukannya sambil tetap memimpin ponpes As-Shiddiqi Putra (Asthra) di Talangsari, kawasan pusat kota Jember.
Pesarean Mbah Shiddiq terletak di tepi jalan raya, berbentuk bangunan sederhana. Di sebelahnya ada musholla. Sepagi itu, pesarean masih sepi, terang dan bersih.
Dengan takzim, Gus Firjoun duduk di tepi kepala nisan. AHY duduk di sebelahnya. Lalu dengan khusyuk, Gus Firjoun membacakan doa, dzikir dan shalawat. Tak terasa air mata menitik ketika Gus Firjoun sampai pada zikir istighfar. Waktu serasa berhenti. Yang terdengar hanya gumam doa di pagi yang hening itu.
Tiba-tiba, Gus Firjoun setengah berbisik, mempersilakan AHY untuk melanjutkan memimpin doa, “Ayo doa mas AHY. Doa apa saja. Nanti kita aminkan.” Melihat AHY agak ragu, Gus Firjoun melanjutkan, “Dalam bahasa Indonesia juga boleh. Ayo,” sambil menyerahkan mikrofon.
AHY menarik nafas panjang.
“Ya Allah, semoga diberikan jalan terbaik bagi Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 dan berikanlah rakyat kami kekuatan, kesabaran dan juga kemampuan untuk bisa menjalankan kehidupan yang semakin baik lagi ke depan dan tentunya, kemakmuran juga kesejahteraan bagi kami semua,” ujar AHY lirih.
“Amin,” kata Gus Firjoun dan peziarah lainnya. Gus Firjoun kemudian mengakhiri ziarah dengan doa dan sholawat.
Gus Firjoun menyempatkan diri memberikan sejumlah buku pada AHY sebelum berpisah. “Sebagai kenang-kenangan, Mas,” kata Gus Firjoun sambil menyalami.
Persis menjelang pukul enam pagi, Gus Firjoun berpisah dengan AHY. Ini memang permintaannya, karena pagi itu ia ada jadwal mengajar di pesantrennya.
Terima kasih Gus Firjoun.
Penulis: Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo