Jakarta: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk pertama kalinya mengisahkan cerita di balik majunya Agus Harimurti di pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Seperti apa ceritanya?
Semua bermula ketika Partai Demokrat bersama sejumlah mitra koalisi tak juga menemukan nama yang dianggap layak untuk maju di Pilgub DKI, bahkan hingga dua pekan sebelum pendaftaran cagub dan cawagub ditutup. Saat itu pekan terakhir September 2016. Partai Demokrat bersama PKB, PAN, dan PPP pun mulai panik.
“Dua minggu terakhir (menjelang penutupan pendaftaran) kita sudah mulai panik, wah jangan-jangan tidak punya calon,” kata SBY dalam perbincangan dengan detikcom di kediamannya, Jalan Mega Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Kamis (9/2/2017)
Hingga lima hari menjelang pendaftaran cagub dan cawagub ditutup, ada usulan untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono. Usul datang dari kader Demokrat, elite PPP, PAN, dan PKB. SBY, yang juga orang tua Agus Harimurti, mengabaikan usul itu.
“Terus terang, kami mengabaikan karena, sekali lagi, sama seperti pikiran banyak orang, Agus kariernya cemerlang di militer dan punya kans untuk sukses dalam karier yang bersangkutan,” papar SBY.
Namun, sampai hari pertama pendaftaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN tak kunjung mendapatkan nama yang akan diajukan. Permintaan agar SBY merelakan putranya maju dalam pilgub pun kian kuat.
“Nah, di situlah para pemimpin partai politik, termasuk kader-kader Demokrat, ‘Tolonglah, Pak, direlakan putranya.’ Tapi bukan soal rela atau tidak rela, ini kan masa depan Agus, dan orang tua juga tidak mungkin mendorong sesuatu yang tidak baik,” kata SBY.
Mendapat permintaan dari kader Demokrat dan petinggi partai mitra koalisi, SBY akhirnya menghubungi langsung Agus Yudhoyono yang tengah berada di Australia.
“Tanggal 21 (September 2016) tengah malam, saya berkomunikasi akhirnya, ‘Agus, pasti kamu kaget, surprise, tidak menyangka. Tapi ada berita begini.’ Saya ceritakan bahwa kita buntu untuk mencari kandidat sebagai Gubernur Jakarta. Empat partai politik mengangkat namamu untuk bersedia dicalonkan,” kata SBY.
“Saya tahu sangat berat bagi Agus. Karena itu, saya dan Ibu Ani sama sekali tidak memaksa, tidak mendorong Agus untuk langsung menerima. Pikirkan baik-baik, ini masa depanmu, ini kariermu,” tambahnya.
Menurut SBY, setelah menerima telepon itu, Agus tak bisa tidur semalaman. Pagi harinya, tanggal 22 September 2016, SBY kembali menghubungi Agus.
“Pagi harinya, tanggal 22, kami berkomunikasi lagi, Agus menjawab, ‘Tidak tepat dan tidak siap untuk mengemban tugas seperti itu. Biarlah saya melanjutkan karier militer saya.’ Saya menggunakan face time, sehingga Ibu Ani bersama-sama saya berkomunikasi langsung,” kisah SBY.
Mendapat jawaban seperti itu, SBY dan Ani Yudhoyono mengaku senang. Mereka juga memahami argumentasi dan pandangan Agus. Namun beberapa jam setelahnya, tepatnya tengah hari itu juga, Agus balik menghubungi SBY dan Ani Yudhoyono.
Agus, kata SBY, penasaran dengan apa yang terjadi di Jakarta sehingga namanya yang diajukan dalam Pilgub DKI.
“Agus penasaran, ‘Apa yang terjadi sebetulnya dan mengapa saya? Ada apa dengan Pilkada Jakarta?'” cerita SBY.
Dibantu oleh pimpinan Angkatan Darat, pimpinan Kodam, Agus kembali ke Indonesia dari Australia. Kebetulan saat itu latihan Agus dan pasukannya di Australia sudah selesai.
Sampai di Jakarta, Agus mendengar langsung penjelasan dari Ketua Umum PAN, PKB, dan PPP soal alasan mengajukan namanya dalam Pilgub DKI. Di situlah, kata SBY, terjadi pengambilan keputusan yang dramatis dan tidak diduga sebelumnya.
“Ketika disampaikan para pimpinan partai politik itu, kurang-lebih menurut ingatan saya pukul 01.00 WIB, Agus merespons dengan suara bergetar dan perasaan yang sangat tidak mudah. Bahkan mengangkat betapa bangganya dengan TNI, dengan prajurit, dan lain-lain. Kita hening betul. Saya dan Ibu Ani sudah menahan perasaan, saya tahu betapa tidak mudah bagi dia. Saya juga mengalami dulu tiba-tiba harus meninggalkan TNI. Tetapi, bagaikan sudah takdir Allah, takdir Tuhan, Agus sekitar pukul 01.30 WIB atau pukul 02.00 WIB, ‘Kalau memang ini takdir saya, panggilan tugas saya, saya rela meninggalkan pengabdian di dunia militer dan saya siap untuk di dunia politik dan pemerintahan,'” papar SBY.
“Mendengar itu, semuanya ceria, kecuali saya dan Ibu Ani terdiam karena, sekali lagi, berat bagi dia mengucapkan dengan suara bergetar,” tambah SBY.
(detik/dik)