Oleh: Farkhan Evendi*)

Seorang anak berteriak ke ayahnya, “Pak awas kalau nyetir mobil jangan ugal-ugalan di jalan. Nanti nabrak dan bisa berakibat fatal bahkan mengundang kematian.”

Namun kakak-kakaknya langsung bereaksi memarahi sang adik yang dibilang berlebihan alias lebay karena mengganggu bapaknya yang sedang menyetir mobil.

Seperti itulah analoginya kritikan Ketua Fraksi Demokrat DPR-RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan dikuatkan statement Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Kritikan itu disambut oleh partai pendukung pemerintah dengan nada yang terkesan sinis dan tidak mau menerima kenyataan yang ada; dan para buzzer pun bergerak untuk membela yang bayar demi sesuap nasi dan semangkuk berlian.

Failed Nation atau negara gagal tentunya bisa merusak cita-cita para pahlawan pendiri bangsa. Apakah ini kado terindah yang akan kita berikan menjelang hari Kemerdekaan RI di bulan Agustus nanti?

Ini adalah penghinaan terhadap cita-cita luhur para pahlawan yang telah berjasa mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Setelah diantar ke pintu gerbang, lalu kewajiban selanjutnya adalah mengisi kemerdekaan yang tujuannya adalah membawa masyarakat Indonesia menjadi adil, makmur dan sejahtera.

Inilah keprihatinan kita semua, bahwa UUD 45, Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi landasan bangsa Indonesia dalam bernegara jika dijalankan oleh para pemimpin yang lemah dalam mengendalikan roda pemerintahan, maka rakyat berhak bertanya:

Mau dibawa ke mana sebenarnya bangsa Indonesia saat ini? Apakah pemerintah masih mampu untuk menjalankan tugasnya ?

Pertanyaan ini tentunya tidak bisa dijawab dengan bantahan atau ancaman pada rakyatnya sendiri. Sebab sikap yang reaktif dan emosi yang ditunjukkan oleh para partai pendukung pemerintah saat ini, maka wajar saja Jika muncul kekhawatiran akan adanya konflik sosial sebagai akibat dari segala kesusahan ekonomi yang dialami rakyat di mana-mana.

Demokrat telah memberi warning atau alarm tanda bahaya di saat yang lain tidur. Demokrat telah berbagi kesadaran di saat yang lain terlena oleh bagi-bagi kekuasaan. Demokrat telah berbicara dengan rendah hati meski kemudian yang lain merespons dengan nada meninggi dan terlihat pongah.

Demokrat ingin agar seluruh rasa dan karsa pemerintah kembali ke jalur perjuangan menyelamatkan rakyat. Demokrat mengingatkan kembali tentang apa maksud dari kalimat perkataan para pendiri bangsa yaitu bersedia menanggung amanah penderitaan rakyat.

Indonesia saat ini dalam penanganan covid 19 dan langkah untuk mewujudkan cita-cita kemakmuran rakyat Indonesia bisa dikatakan gagal untuk melakukan lompatan maju ke depan, seperti yang diucapkan Jokowi di awal pidato pasca terpilih periode kedua.

Rakyat kembali bertanya, tidakkah langkah pemerintah saat ini berjalan mundur? Kalau lari cepat kita justru senang, tapi ini jangankan lari, berjalan biasa bahkan merangkak saja belum tentu mampu. Apakah ada para pemimpin negara yang menginginkan jalan negaranya mundur? Dan ini berbahaya bisa menjadikan negara ini failed nation. Buktinya saat ini reputasi pemerintah yang nyata adalah Indonesia anjlok turun kelas sebagai negara yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Jika terjadi failed nation maka cerita tentang negara ini bakal menjadi novel bacaan anak cucu kita kelak. Apabila pemerintah tetap keras kepala termasuk partai pendukungnya dalam menyikapi kondisi negara saat ini.

Kita tidak sedang menyebar rasa pesimisme, kita akan menghargai yang sudah bekerja dengan sepenuh hati, tapi kerja mereka seperti diabaikan oleh elite negeri yang mengambil kebijakan anti rakyat seperti enggan menutup bandara, krisis oksigen, obat-obatan dan lainnya. Lagi-lagi reputasi yang didapatkan adalah; Indonesia menempati ranking tertinggi dunia wabah covid 19. Semoga tetap menjadi semangat.

*)Ketua Umum Bintang Muda Indonesia