Oleh: Ramadhan Pohan*)
MINGGU 7 Mei 2017. Sekira 40 ribu orang berada dalam lingkaran atau alur panjang dan melebar Bumi Gora, Mataram. Sebagian besar peserta jalan sehat bertajuk Jalan Sehat AHY-TGB. Matahari mulai bersinar terik dan semua orang bersimbah peluh.
Di depan Taman Udayana, spanduk panjang digelar, ribuan orang tumpah ruah. Penulis yang ikut berjalan dari Taman Sangkareang, karena padatnya peserta jalan sehat, jadi terpisah dengan tokoh PD Nachrowi Ramli, dan Wagub NTB H. Muhammad Amin. Arus manusia di sepanjang jalan terlalu berjubel.
Presiden Ke-6 RI Prof DR H. Susilo Bambang Yudhoyono berdiri tepat di spanduk panjang bertuliskan “Stop Hoax & Fitnah”. Di bawahnya diikuti kalimat: Mari Kita Dukung Pers yang Merdeka, Adil dan Bertanggung Jawab. Di sebelah kanan SBY tampak Ibu Ani Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Lalu Gubernur NTB DR Zainul Majdi Tuan Guru Bajang (TGB).
Pada kesempatan itu, SBY juga mengajak masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk mengumandangkan gerakan nasional dan internasional stop hoax dan fitnah.
“Melalui NTB, saya mengajak masyarakat mengumandangkan gerakan nasional dan internasional stop hoax dan fitnah. Mari kita dukung pers yang merdeka adil dan bertanggung jawab,” tegas SBY.
SBY mengatakan Indonesia adalah negara kebenaran, keadilan, beretika dan negara hukum. Jadi Indonesia bukan negara fitnah dan bukan pula negara hoax. Karenanya, imbuh SBY, semua komit memerangi hoax dan fitnah.
Hoax dan fitnah tidak boleh dibiarkan merajalela. Maka penegakan hukum pun jadi keharusan. Para pelanggarnya harus dimintai pertanggungjawaban hukum. Pemberantasan pelaku hoax dan fitnah, ujar SBY, harus tegas dan jangan tebang pilih.
Setiap seruan SBY di atas kerap disambut koor setuju massa. Selain merespon dengan “Setuju”, dan “Betuuul” ada juga menyambut dengan tepuk tangan. Tak bisa dipungkiri respons tinggi pada SBY sebagian mungkin ungkapan kerinduan pada Presiden Ke-6 RI. Sepuluh tahun pemerintahan SBY 2004-2014 yang stabil di semua lini, politik, ekonomi, sosial, keamanan, merupakan kerinduan tersendiri bagi NTB.
Sekira 40 ribu warga memadati sepanjang dua ruas jalan dan seantero area, suasana begitu meriah. Publik nyata riang gembira. Tanpa ada teriakan mencela protes apalagi menginterupsi. Tanpa setitik nokta insiden apapun. Luar biasa. Subhanallah…
Masing-masing ketiga tokoh, SBY, AHY dan TGB kemudian membubuhkan tandatangan mereka di atas spanduk itu. Sekjen Hinca yang juga tokoh sepakbola nasional dan tokoh pers nasional juga menorehkan tandatangan dan dukungannya di lembar putih spanduk.
Setelahnya, beribu-ribu orang mengikuti, menerakan tandatangan di tempat yang disediakan berikut nomor penandatangannya. Antusias sekali. Kendati padat massa dan berjubel, warga NTB begitu tertib menunggu giliran membubuhkan nama dan dukungan mereka. Beberapa petugas yang disiapkan juga sigap membagikan spidol pada mereka yang bersiap meneken.
Sekjen DPP Partai Demokrat DR Hinca Panjaitan menarasikan momentum dan jalannya pendatanganan petisi Anti Hoax. Dengan suara khasnya, bergelora, gegap-gempita. Suasana pun senantiasa hidup.
Kata Hinca, momen Ahad spektakuler yang dilakukan ketiga tokoh besar bersama beribu-ribu orang penandatangan petisi menjadi simbol sikap tegas menolak hoax. Juga menolak fitnah.
“Kalau bapak-ibu dan saudara semua bersepakat dengan sikap bersama menolak hoax dan berita fitnah, silakan tandatangan,” kata Hinca, beberapa kali terdengar diulang sosok yang juga motivator ulung ini.
“Tolong yang sudah meneken menepi ya, kasi ruang pada mereka yang belum. Kalau sudah tandatangan sekali, cukup ya, jangan dobel,”demikian Hinca, kerap mengingatkan para pembubuh dukungan petisi.
Waktu tepat menujukkan jam 09.00, matahari mulai meninggi. Sungguh tak disangka. Jumlah penandatangan sudah mencapai angka 9709. Wow! Ini berarti sudah memecahkan rekor sebelumnya di Samarinda: tandangan 3 ribu orang. Berarti capaian NTB ini terlalu jauh meninggalkan catatan rekor yang dicetak Pemprov Kaltim bulan lalu.
Dukungan petisi belum memperlihatkan tanda-tanda berakhir. Pembubuh tandatangan masih mengalir deras. Beberapa gadis muda menghampiri petugas, meminta spidol. Sekelompok anak muda menghampiri penulis, menanyakan spidol. Tidak putus-putusnya.
Tandatangan dukungan petisi Anti Hoax dan Anti Fitnah terus memenuhi spanduk putih. Kini dukungan menyentuh angka spektakuler: 10.575. Matahari makin garang, jam menunjukkan angka 11.00. Pendukung petisi tetap belum berhenti.
Tapi rupanya pihak MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) membatasi hingga capaian jam 09.00 saja. Yaitu di angka rekor baru 9709 penandatangan.
Pada saat jamuan ramah-tamah dibingkai Malam Kebudayaan, Gubernur NTB Dr M. Zainul Majdi TGB sembari berkelakar menyebut angkat dukungan petisi 20 ribu, jika waktunya diperpanjang.
Sukses Partai Demokrat memecahkan rekor MURI ini cukup membanggakan. Selain meneguhkan parpol yang komit terhadap Kebebasan Pers dan Anti Hoax dan Anti Fitnah, rekornya juga spektakuler. Belum ada parpol di dunia ini, apalagi di Indonesia, berinisiatif menggalang komitmen tinggi di atas. Sekjen Hinca yang menerima langsung Piagam MURI, sumringah. Sekira 2 ribu pengurus Demokrat dari seantero negeri yang datang ke Mataram hadiri Rakernas, ikut senang. Bangga.
Penandatanganan Petisi ini berlangsung di sela-sela event dua tahunan Rakernas dan pelbagai agenda giat Partai di NTB ini. PD pun turun full team. Dari Ketum SBY, Sekjen Hinca, Waketum Syarief Hassan, Ketua Dewan Pembina EE Mangindaan, Ketua Dewan Kehormatan DR Amir Syamsudin, Bendum Indrawati Sukadis, Ketua DPP Pramono Edhie Wibowo, dan para ketua DPD dan Ketua DPC PD dari seantero Indonesia.
*)Ramadhan Pohan adalah wartawan, penulis, mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat