Oleh: Indra Denny
Mempersiapkan seorang kadidat dalam perhelatan debat publik tidak semudah ketika melakukan simulasi, seorang kadidat dituntut menguasai materi atau beragam issue baik pada tataran lokal maupun nasional untuk kadidat tingkat Kabupaten atau Kotamadya.
Dan berbeda lagi materi untuk tingkat pemilihan gubernur bahkan lebih “jelimet” lagi pada tingkat pemilihan presiden.
Seorang kadidat berhasil tidak-nya di dalam debat publik bukan team pemenangan yang menentukan, melainkan kandindat itu sendiri yang menentukan.
Tim pemenangan hanya mempersiapkan beragam data untuk mempermudah kadindat menguasai materi atau issue yang menjadi “peluru” di dalam panggung debat tersebut.
Tema debat diberikan oleh penyelenggara dan yang sering membuat “gagap” kadindat dibatasinya waktu tanya jawab.
Pada akhirnya ber-muara pada titik yang paling menentukan, seorang kandindat berhasil tidak-nya menguasai forum debat terletak pada kesiapan mental.
Karena debat publik disaksikan berjuta mata bahkan publik internasional. Disini terkadang kandindat “drop” mental-nya, melihat puluhan media cetak elektronik beserta teropong lensa kamera yang siap menerjang sang kadindat.
Dalam forum debat publik hal yang lumrah untuk “mengintip” kelemahan masing-masing, disini letak menarik-nya publik menyaksikan dan belajar tentang demokrasi.
Di dalam debat publik bisa membuat “jatuh cinta” atau “putus cinta” kepada sang kadindat.
Dua jam paling menentukan bagi seorang kadindat, naik elektabilitas-nya dengan cepat atau sebaliknya.