Oleh: Haidar Majid*)
17 tahun adalah usia yang paling dinanti-nantikan, sangat spesial. Ada semacam kegembiraan, keceriaan dan kebahagiaan ketika tiba di usia ini. “Sweet seventeen”, begitu simbol yang sering disematkan, sebagai ekspresi ‘romantisme’ langkah, dari remaja ke dewasa.
Sebagai seorang kader, saya bersyukur bisa menjadi saksi dan bagian dari proses lahir, tumbuh dan berkembangnya partai ini hingga usia 17 tahun, terkhusus di Sulawesi Selatan. Mulai dari jaman Pak A. Reza Ali sebagai pendiri, sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan pertama, sampai dengan masa kepemimpinan Bung Ni’matullah.
Sejak awal, kami terbiasa hidup sebagai partai modern, baik itu dari segi platform, struktur juga cara bersosialisasi.
Saya ingat persis, mungkin kamilah yang pertama kali memanfaatkan kepingan compact disc (CD) atau cakram padat, berisi rekaman pidato Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri partai, yang ‘di share’ ke masyarakat, agar masyarakat bisa mengetahui apa yang menjadi latar belakang berdirinya Partai Demokrat.
Dengan kepingan CD itu, masyarakat bisa menyaksikan dan mendengar langsung penjelasan yang disampaikan oleh Bapak SBY. Tak jarang kami menggelar semacam ‘nonton bareng’ di Sudirman 72, mengundang beberapa elemen masyarakat, sekaligus melakukan diskusi tentang isi dan arah dari pidato Pak SBY tersebut. Di sela-sela diskusi, sering kami mendengar kalimat, “ini partai yang kita tunggu”.
Sejak awal pula, kami diajarkan untuk “berpolitik cerdas dan santun”, mengedepankan nalar dan logika, serta tidak emosional dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Menghargai dan menghormati setiap pendapat, serta selalu punya solusi untuk setiap masalah dan tidak menjadi bagian dari masalah itu sendiri.
Dalam konteks kekinian, cobalah sesekali mengamati lalu lintas percakapan di “lini masa”. Kita tidak akan menemukan ada kader yang ‘asal-asalan’ dalam membuat status atau cuitan, semua terukur dan disertai fakta. Dan pada bagian tertentu, ketika kami “dihujat”, kami tetap saja pada posisi santun dalam menjawab, tidak ikut-ikutan menjadi ‘haters’.
Di usia ke 17 ini pula, kami konsisten di jalur “peduli dan beri solusi”. Setiap saat kami diingatkan untuk membantu, mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Setiap saat, seluruh kader bahu-membahu, turun ke masyarakat, menanyakan berbagai persoalan yang dihadapi, sekaligus mengambil langkah konkrit dalam proses penyelesaiannya.
Langkah tersebut bersifat serentak. Mulai dari tingkat pusat sampai ke anak ranting, sebagaimana kalimat yang disampaikan Pak SBY di foto itu, “Para Kader Demokrat, Mari Bantu Atasi Kesulitan Rakyat”, sebuah kalimat yang menunjukkan keberpihakan, sebuah kalimat yang senantiasa menyertai langkah pengabdian.
Insya Allah, kami akan terus merawat dan menjaga konsistensi Partai Demokrat sebagai partai yang cerdas, santun, peduli dan beri solusi. Kami akan selalu ada di tengah-tengah masyarakat untuk membantu mengatasi berbagai persoalan dan kesulitan yang dirasakan, karena kami memang hadir untuk mengabdikan diri demi kepentingan rakyat.
Jakarta, 8 September 2018
Salam #marikiterusbersama #akumemilihsetia
*)Ketua FPD DPRD Prov. Sulsel