Oleh: Ferdinand Hutahaean*)
Langkah politik Demokrat bersama SBY seminggu terakhir dan langkah cerdas sang Direktur Eksekutuf The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tampaknya membuat sebagian kecil pihak merasa terganggu. Namun dipihak lain, amatlah banyak pujian terhadap langkah politik Demokrat dan langkah cerdas AHY di panggung nasional.
Mendukung Perpu Ormas untuk kemudian direvisi adalah langkah politik taktis untuk melindungi dan menyelamatkan Demokrasi, menyelamatkan proses penegakan hukum, menyelamatkan kesempatan ormas untuk berhak hidup dan dibina dan menyelamatkan sekitar 350 Ribu lebih ormas di Indonesia dari potensi pembubaran semena-mena yang hanya berlandaskan keputusan subjektif Menteri yang kebetulan saat ini dijabat oleh politisi.
Pilihan merevisi Perpu Ormas hanya bisa dilakukan setelah Perpu disahkan menjadi Undang-Undang. Pilihan itu menjadi pilihan terbaik daripada sekedar menolak tanpa kompromi karena hanya akan memuluskan Perpu Ormas jadi Undang-Undang tanpa peluang merevisinya. Tentu siapapun tidak ingin itu terjadi, maka Demokrat memilih jalan yang mungkin tidak popular secara opini, tapi langkah itulah yang justru bisa menyelamatkan kesempatan hidup bagi ormas secara baik.
Pasca-Paripurna DPR, SBY gerak cepat menemui Presiden Jokowi untuk memastikan komitmen Pemerintah untuk revisi UU Ormas yang baru disahkan. Besoknya AHY bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Makassar untuk program kemanusiaan gerakan Donor Darah Nasional karena memang Pak JK sekaligus Ketua Umum Palang Merah Indonesia.
Dua pertemuan itu kemudian menyulut analisis dan pendapat serta penilaian dari banyak pihak. Tidak aneh jika kemudian banyak yang berprasangka macam-macam. Ada yang menilai bahwa 2019 Jokowi akan berpasangan dengan AHY, ada juga yang menduga bahwa AHY akan jadi Menteri, dan yang paling negatif adalah menilai Demokrat berpolitik Dua Kaki. Yang terakhir ini justru pendapat yang meremehkan langkah strategis dan taktis berpolitik Partai Demokrat.
Tuduhan berpolitik 2 Kaki itu sangat tidak tepat dituduhkan karena Demokrat berpolitik banyak kaki, bukan hanya 2 kaki. Demokrat kakinya ada di tengah rakyat hadir dengan keperdulian dan membawa solusi, kaki Demokrat juga ada di pihak penyeimbang yang akan selalu kritis pada pemerintah jika tidak berpihak pada Rakyat, kaki Demokrat juga ada dan siap mendukung kebijakan Pemerintah jika baik dan pro Rakyat, kaki Demokrat juga ada bersama pihak oposisi pemerintah, kaki Demokrat ada di mana-mana karena sesungguhnya ada banyak opsi dalam berpolitik sehingga harus banyak kaki, tidak cukup dua kaki. Jadi tuduhan Demokrat bermain 2 Kaki adalah salah dan tidak tepat.
Berbicara tentang sikap Demokrat juga sering di identikkan oleh sebagian kecil pihak sebagai sikap abu-abu. Inipun salah, karena sikap Demokrat jelas dan tegas hadir dengan solusi bukan sekedar hadir mengambil keuntungan dari opini sesaat, tapi hasilnya bagi kemaslahatan bangsa nihil. Demokrat ingin menjadi kekuatan yang membawa solusi bagi penyelesaian masalah bangsa dan negara, bukan hanya sebagai kekuatan yang memikirkan dirinya saja, kelompoknya saja, tapi Demokrat menempatkan bangsa dan negara di atas segalanya.
SBY pernah menyampaikan bahwa ada banyak opsi bagi Demokrat, bukan hanya 2 opsi. Maka menjadi wajar Demokrat berpolitik banyak kaki. Demokrat tidak ingin menjadi bagian polarisasi kekuatan politik yang membuat polarisasi di tengah masyarakat. Demokrat ingin berteman dan merangkul semua pihak komponen bangsa. Itulah mengapa Demokrat memilih politik jalan tengah agar menjadi jembatan komunikasi antara komponen bangsa yang terpolarisasi. Demokrat tidak ingin bangsa ini tercabik, pecah karena polarisasi dan menajamkan perbedan politik.
Bagi Demokrat, menjalin komunikasi yang baik dengan Pemerintah adalah baik dan benar. Menjalin komunikasi dengan pihak oposisi juga baik. Tidak ada yang salah dengan itu, karena memang Demokrat adalah penyeimbang, bukan pendukung pemerintah juga bukan oposisi. Maka wajar berpolitik banyak kaki agar bisa menyeimbangkan seluruh kekuatan politik yang ada.
Analisis dan dugaan terkait gaya berpolitik itu memang layak diapresiasi dan dihormati. Dugaan pasangan Jokowi-AHY 2019 juga patut hormati. Karena tentu tidak ada yang salah dengan pasangan itu. Atau pun berpasangan misalnya dengan Prabowo juga tidak ada yang salah. Atau bahkan AHY berpasangan dengan sosok lain tidak ada masalah. Semua sah secara politik, dan pilihan kembali kepada hak demokrasi setiap orang.
Demokrat berpolitik untuk memimpin, untuk menjadi solusi bagi bangsa, maka untuk mencapai tujuan itu Demokrat berpolitik dengan cara yang elegant, bersahabat dengan semua dan tidak memusuhi kelompok manapun.
Berpolitik bukan dua kaki tapi berpolitik dengan banyak kaki, karena itu yang terbaik demi Indonesia yang makmur sejahtera. Kaki Demokrat ada di mana-mana.
Jakarta, 30 Oktober 2017
*) Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat