Demokrat Hadir Melayani, Bukan Dilayani
(Risalahku pada Hari Pertama bersama Demokrat di Sulawesi Selatan)
Oleh: Ferdinand Hutahaean*)
Perjalanan kami bersama rombongan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat yang dipimpin Hinca Pandjaitan (Sekjen DPP Partai Demokrat) dimulai dari Jakarta dengan penerbangan merakyat (kelas ekonomi) menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Perjalanan kami tempuh dengan semangat yang terus bertumbuh. Kami berbincang tentang perjalanan Partai Demokrat dari sejak didirikan Susilo Bambang Yudhoyono , lebih dari 15 tahun silam. Ada keingintahuan besar dalam diri saya untuk mengikuti perjalanan Partai Demokrat yang bertajuk “Demokrat Keliling Nusantara”. Saya ingin menjawab rasa penasaran besar atas tajuk tersebut. Sebuah tajuk prestisius, menurut saya.
Perjalanan yang melelahkan kami mulai setiba di Makassar. Awalnya kami mengunjungi media ternama di Makasar, Fajar. Berbincang tentang Partai Demokrat dan demokrasi. Sambutan ramah kami rasakan dari manajemen Media Fajar. Perbincangannya pun sangat dekat dan akrab.
Kami juga menemukan jejak Pak SBY dan Ibu Ani saat mengunjungi media tersebut pada 2004. Foto besar dipajang di dinding yang kami lalui. Foto itu, meski diam, tapi bagi kami makna komunikasinya cukup besar: SBY dekat dengan media.
Dari Media Fajar, perjalanan kami teruskan mengunjungi Kelurahan (Kampung) Lette, Mariso, Kota Makassar. Di kampung itulah Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Sulawesi Selatan dilantik di hadapan rakyat pada 2 April 2017. Lette adalah sebuah perkampungan. Di daerah ini terdapat rumah susun. Di daerah ini perekonomian rakyat lemah. Rakyat Lette masih miskin dan layak mendapat subsidi dari pemerintah. Di tempat inilah Demokrat akan memberikan bantuan 10 ribu bingkisan sembako sebagai simbol Demokrat melayani rakyat dan mengajak rakyat nersama-sama membangkitkan nilai-nilai kehidupan. Sungguh sebuah peristiwa unik bagi saya dan tidak pernah saya temukan sebelumnya.
Tradisi baru berpolitik sedang dibangun Demokrat dengan meminta restu rakyat melantik pelayannya. Tradisi baru berpolitik, bahwa bagi Demokrat: rakyat adalah tuan yang harus dilayani dalam demokrasi dan dalam kehidupan.
Perjalanan kemudian kami teruskan tanpa istrahat menuju sebuah lokasi dimana telah menunggu tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Selatan untuk berbincang dengan Sekjen DPP Demokrat terkait politik dan olah raga. Singkatnya fairness dalam olah raga sangat relevan diterapkan dalam politik.
Tanpa lelah dan tak berlama-lama, agenda perjalanan kami teruskan menuju kantor media terbesar di Sulawesi Selatan dan masuk 4 besar media nasional yaitu Tribun Timur. Di sini kami mengikuti perbincangan cukup ramah, dan akrab tentang politik nasional, isu politik lokal dan tentu tentang Agus Harimurti Yudhoyono (AH), tokoh baru perpolitikan nasional pasca-Pilkada Jakarta.
Lepas dari Tribun Timur, kami melanjutkan perjalanan melelahkan menuju Celebes TV (stasiun televisi berita lokal untuk Sulawesi Selatan) dan kemudian ke redaksi Rakyatku.com (portal berita yang dibangun para jurnalis muda profesional danberpengalaman).
Tak terasa langit telah gelap. Begitupun saya tidak melihat semangat menurun dari rangkaian perjalanan hari ini. Luar biasa kerja politik yang dilakukan Demokrat. Dalam satu hari mampu melakukan rangkaian agenda melelahkan, namun tak sedikit pun terlihat semangat menurun.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 Waktu Indonesia Tengah (Wita). Agenda masih menyisakan perjalanan yang justru menjadi puncak rangkaian perjalanan hari ini: Kerja Politik Mengenalkan Demokrat kepada Generasi Muda.
Kami kemudian menuju sebuah tempat yang ramai dikunjungi masyarakat Sulsel. Sebuah daerah bernama Pasar Segar di Panakukang , Makassar . Di situ, saya menyaksikan bagaimana pengurus DPP-PD, DPD-PD Sulsel, anggota Fraksi PD DPRD Sulsel dan FPD DPRD kabupaten/kota se-Sulsel menjadi pelayan warga yang sedang berbelanja.
Demokrat melakukan gaya berpolitik baru dengan menjadi pelayan rakyat sembari mengenalkan Demokrat kepada pengunjung. Luar biasanya, Demokrat dapat sambutan cukup besar dari anak muda, generasi penerus. Mereka ingin berpolitik serta mengenal politik lewat Demokrat.
Ini kerja gila. Menjadi pelayan. Merendah tapi tidak hina. Demokrat menempatkan rakyat benar-benar menikmati posisinya sebagai tuan dan raja atas demokrasi.
Keunikan perjalanan dan kerja politik Demokrat, yang dipimpin Sekjen, sangat membuat saya kagum secara pribadi. Perjalanan melelahkan namun tak sedikitpun semangat menurun. Demokrat sedang melakoni gaya berpolitik baru: hadir melayani bukan untuk dilayani.
Di saat Jakarta bertempur, Demokrat membangun jiwa dan kehidupan masyarakat di seluruh Nusantara. Demokrat memahami: Indonesia bukan cuma Jakarta.*
Demokrat Keliling Nusantara
Makasar, 31 Maret 2017
*)Kader Demokrat, Pimpinan Rumah Amanah Rakyat, dan Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia
(dik)