Ketua Umum DPP-PD Susilo Bambang Yudhoyono serta Ketua Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum DPP-PD Jansen Sitindaon (Foto: Dokpri)

Oleh: Jansen Sitindaon*)

Tulisan ini khusus dibuat dan didedikasikan untuk menyambut Muscab Serentak Partai Demokrat se-Provinsi Banten, 22 Januari 2018.

Selamat datang di “negeri” 7,7 juta pemilih!

Ya, itulah jumlah Daftar Pemilih Tetap di Provinsi Banten berdasar penetapan KPU pada pemilihan Gubernur 2017 kemarin, yang akan diperebutkan seluruh Partai. Di Pemilu 2019 nanti, saya yakin angka ini pasti akan bertambah lagi.

Pertanyaannya: dari 7,7 juta pemilih ini, berapakah target kita yang akan memilih Demokrat di Pemilu 2019 nanti? Jika misal (ini masih sekadar contoh) target kita 15 persen dari 7,7 juta pemilih, maka itu sama dengan 1,1 juta suara.

Terus kemudian, bagaimana cara kita merealisasikan target tersebut?

Muscab inilah menurut saya salah satu jalan dan jawabannya. Karena di sinilah forum tempat bertemunya seluruh penggerak mesin partai dari tingkat kecamatan cq. PAC: Pengurus Anak Cabang. Sebuah satuan struktur organisasi terkecil kedua setelah ranting (desa/kelurahan) yang biasanya dibentuk partai untuk memperkuat penetrasinya sampai ke tingkat bawah.

Muscab inilah forum di mana para ketua partai kecamatan ini “memiliki kuasa sepenuhnya” menentukan siapa ketua partai di kabupaten dan kota mereka masing-masing, yang dianggap paling cakap dan mampu mengemban tugas meraih target 15 persen suara di atas. Dan tentunya mampu memimpin partai secara baik untuk periode 5 tahun ke depan.

Kata orang bijak, perencanaan yang baik adalah setengah keberhasilan. Di politik, khususnya dalam tata kelola kepartaian, menurut saya, terpilihnya pemimpin yang tepatlah penyempurna setengah lagi keberhasilan itu. Sehingga dia lengkap; bulat; sempurna. Perencanaan saja tanpa adanya sosok pemimpin yang mampu mengeksekusinya di lapangan, hanya akan jadi sekadar ide yang menghiasi dinding-dinding DPC dan kantor-kantor partai.

Jadi saya mengajak, mari teman-teman Ketua PAC se-Provinsi Banten, pilihlah sosok ketua partai di kabupaten dan kota kalian masing-masing, yang dianggap paling mampu dan memiliki kualitas merealisasikan target-target kita di atas dan mengemban tantangan partai ke depannya.

Sebagai gambaran awal jika angka DPT di atas kita konversi ke jumlah kursi, berdasar data sekunder (berita media yang saya baca), di Pemilu 2004 di Provinsi Banten kita berhasil memperoleh 8 kursi. Di 2009 jumlahnya melonjak naik. Dimana dari 85 kursi DPRD Banten kita mendapat 18 kursi. Naik hampir 125 persen! Luar biasa. Terakhir, di Pemilu 2014 kemarin, kursi kita turun drastis menjadi “hanya” tinggal 8, sebagaimana awal berdirinya partai ini di Provinsi Banten.

Jika target kita di Pemilu 2019 nanti adalah 15 persen dari 85 kursi ini, maka jumlahnya sama dengan (pembulatan): 12 s/d 13 kursi. Inilah target minimal Partai Demokrat Banten di Pemilu 2019 nanti.

Mampukah kita? Di forum Muscab inilah kita titipkan harapan itu.

****

Sesudah sekian lama karena kesibukan, tak lagi pernah mengikuti kegiatan sebagai pimpinan sidang Muscab, tanggal 22 Januari 2017 nanti bersama Jenderal Pramono Edhie Wibowo (“Pak PEW”) dan teman-teman dari BPOKK Partai Demokrat, kembali saya akan ikut melakukan “perjalanan politik” melaksanakan Muscab Serentak se-Provinsi Banten. Kalau biasanya perjalanannya naik pesawat, kali ini karena dekatnya jarak, ditempuh sepenuhnya “jalan darat”, naik mobil. Tanpa berganti moda transportasi lain.

Intermezzo sedikit terkait “jalan darat” dan Muscab. Jalan darat terjauh yang pernah saya lakukan, kaitannya dengan agenda Muscab (baik ditempuh dengan bus ataupun mobil biasa), adalah dari Kecamatan Larantuka (Ibu Kota Kabupaten Flores Timur) menuju Kecamatan Maumere (Ibu Kota Kabupaten Sikka) ketika Muscab di Provinsi NTT. Ketika itu perjalanan ditempuh 4 jam lebih dengan rute berliku dan jalan penuh tikungan. Walau pemandangan alam di sepanjang perjalanan sangat indah dan eksotis, tapi bagi yang tidak kuat di “poco-poco” tikungan, saya jamin pasti mabuk! Jika tak percaya silakan dicoba hehehe… Namun, bagi saya pribadi, perjalanan darat di Flores ini sangatlah asyik dan membekas di hati. Terima kasih, Flores. Terima kasih, NTT.

Yang kedua, masih kaitannya dengan jalan darat ini, bersama Pak PEW dan Tim BPOKK, kami juga pernah melakukan perjalanan naik bus, setelah turun di Bandara Kualanamu, dari Medan menuju Kecamatan Raya. Ketika Muscab serentak Partai Demokrat se-Provinsi Sumatera Utara diadakan di kecamatan ini. Kalau ini rutenya agak enak sedikitlah. Landai dan mayoritas “kota kota”. Terjalnya hanya di sepertiga perjalanannya saja, ketika bus keluar dari Kota Pematang Siantar menuju Raya. Jadi tak seperti rute Flores di atas, yang sepanjang jalan: gunung; pantai; dan tikungan.

Dalam perjalanan 4,5 jam dari Kota Medan ke Raya,  seingat saya, tak satu pun dari kami yang mabuk darat sampai tiba di Raya. Pulang ke Medan, pasca-selesainya muscab 2 hari di Raya, kami kembali naik bus. Bedanya cuma, jika waktu berangkat siang hari, pulang balik ke Medan ini kami jalan malam dan tiba di Medan dini hari. Dilanjutkan, besok paginya, kami terbang kembali ke Jakarta.

Walau lelah, muscab berjalan lancar dan super sukses!

Mengapa? Karena di Sumut inilah “rekor tercipta”. Dimana dalam waktu 2 hari, di bawah pengawasan langsung Pak PEW, Muscab untuk 33 kabupaten/kota berhasil kami tuntaskan, tanpa tertunda 1 kabupaten-pun. Walau konsekuesinya sidang kami lakukan sampai dini hari. Namun saya pribadi senang ikut menjadi bagian dari penciptaan rekor ini. Terima kasih, Pak PEW, telah ikut dilibatkan (notabene: informasi bagi yang belum tahu, nama Ibu Kota Kab. Simalungun ini adalah: Raya. Di kabupaten inilah Ketua DPD-PD Sumut Dr. JR Saragih menjabat sebagai bupati. Sekarang beliau maju menjadi Calon Gubernur Sumatera Utara. Kita doakan semoga beliau menang dan sukses.)

****

Kembali ke Banten. Dari jauh saya mengamati, menarik juga melihat beberapa kegiatan Partai Demokrat di Provinsi Banten. Khususnya terkait lokasi penyelenggaraan acara. Minimal yang dilakukan beberapa bulan belakangan ini, dimana saya ketahui dan miliki infonya.

Dimulai dari Musyawarah Daerah (Musda) Demokrat Banten di November 2017. Lokasi kegiatan memilih Ketua DPD baru ini ternyata dilakukan di Pandeglang. Hasilnya, bersama telah kita ketahui, Hj. Iti Oktavia terpilih menjadi Ketua DPD Banten yang baru. Dan sekaligus mematrikan namanya dalam sejarah perjalanan Demokrat sebagai “Ketua DPD Perempuan Pertama” yang kita miliki sejak partai ini berdiri.

Di Desember 2017. Dalam kapasitas selaku Komunikator Politik Partai Demokrat, saya juga dapat info dan foto-foto kegiatan dari Cak Nawa atau M Nawa Said Dimyati (Ketua Fraksi Demokrat DPRD Banten) dan Syahril Fausi (Wakil Ketua BPOKK PD Banten), dimana Demokrat Banten mengadakan acara bertajuk “Silahturahmi dan Konsolidasi Pengurus DPD-PD Banten: Ayo Rebut Kembali”.

Di acara ini hadir semua pengurus DPD Demokrat Banten periode 2017-2022, jajaran KSB (Ketua; Sekretaris; Bendahara) DPC Demokrat se-Banten dan juga para anggota DPRD dari Partai Demokrat. Konsolidasi “akbar” pengurus ini diadakan di Kota Serang.

Kemudian yang terakhir, tentu saja muscab serentak yang akan diselenggarakan di Tangerang pada tanggal 22 Januari 2018 nanti.

Tiga (3) kegiatan besar DPD Banten di ataslah yang saya katakan menarik, karena dilakukan di tiga tempat berbeda. Berpindah-pindah kota. Jadi tidak “statis” di satu kota saja. Mulai dari Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Rasanya cara Banten membuat acara ini layak ditiru pengurus Demokrat di provinsi lain. Sehingga acara dan kegiatan partai “tidak melulu” selalu di kota yang sama saja. Utamanya di ibu kota provinsi. Sebagaimana jamak kita lihat selama ini.

Selamat saya ucapkan kepada DPD Demokrat Banten yang telah memulai tradisi baru menyelenggarakan acara partai “mutar-mutar” dari satu kabupaten ke kabupaten lain. Pastilah berikutnya Kabupaten Lebak, Kota Cilegon dan tempat lainnya akan mendapat giliran. Kami tunggu.

****

Sebagai penutup tulisan ini, dari beberapa literatur politik yang saya baca, Banten memang unik. Politik di daerah ini ternyata sangat kental dipengaruhi tiga unsur “elite”: ulama, jawara, dan pengusaha atau UJP. Trio inilah penentu utama kuat tidaknya daya dobrak dan penetrasi sebuah kegiatan politik di Banten. Dan wajib dirangkul jika sebuah partai ingin besar dan menang dalam kontestasi apa pun, utamanya Pemilu dan Pilkada.

Selain itu ada juga fenomena menarik lain. Preferensi politik masyarakat di Banten ternyata juga berkorelasi erat dengan karakteristik ekonomi wilayah. Penting partai memahami hal ini agar cara kerjanya tepat dan tidak pukul rata dalam hal strategi.

Di Banten, wilayah utara-nya, kalau istilah saya wilayah “perkotaannya” (Cilegon, Serang, Tangerang) sarat dengan ekonomi modern yang digerakkan oleh sektor industri besar. Di sinilah partai berbasis massa perkotaan seperti Demokrat mendapatkan tempatnya.

Sebaliknya wilayah selatan, “desanya” (Pandeglang dan Lebak) masih didominasi ekonomi yang bertumpu pada pertanian dan pertambangan. Di tempat inilah sampai sekarang partai berbasis massa tradisional hidup dengan militansi yang cukup kuat, utamanya yang berideologi Islam. Dan juga kelompok “jawara” punya peran penting dalam sistem politiknya. Karena “konfrontatifnya” sifat politik di wilayah ini.

Sehingga sederhananya, jika dikaitkan dengan muscab, Ketua DPC Demokrat yang akan dipilih di wilayah ini haruslah sosok yang dekat dengan ulama cum juga para “jawara”. Jika ketemu sosok yang berlatar belakang santri malah lebih dahsyat lagi. Sehingga terciptalah paduan yang sangat menarik: “Santri Nasionalis” di Partai Berideologi Nasionalis Religius.

Selain itu, disparitas kesenjangan ekonomi antara utara-selatan ini, juga adalah masalah utama Banten hari ini yang harus segera dicarikan solusinya. Di utara gemerlapan dan makmur maju tak “ketulungan”. Di selatan miskin tertinggal dan jauh dari tetesan kemakmuran. Inilah menurut saya salah satu tugas penting Partai Demokrat di Banten. Apalagi Gubernur Banten saat ini Pak Wahidin Halim adalah kader dan bagian dari keluarga besar kita. Mari kita buktikan, Provinsi Banten, yang kali ini dan untuk pertama kalinya di bawah pimpinan Demokrat, akan berbeda dan berubah jadi lebih baik. Utamanya terkait persoalan “gap” utara-selatan ini.

Demikian sedikit tulisan pengantar saya menyambut Muscab Serentak Partai Demokrat se-Provinsi Banten. Tunggu laporan dan tulisan saya berikutnya dari arena muscab. Bagi teman-teman di Banten, sampai jumpa di Tangerang. Jika nanti kita sempat berjumpa muka, jangan sungkan menyapa dan saling berbagi cerita.

Demokrat Jaya!

SBY Yes!

AHY untuk Indonesia!

*)Pimpinan Sidang Muscab Demokrat Serentak se-Provinsi Banten cq. Ketua Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum DPP Partai Demokrat