Jakarta: Judul terpampang di layar proyektor sebesar dinding itu ringkas saja. “Rapat Persiapan Rakernas Partai Demokrat, Kota Mataram, NTB”. Rapat digelar di Auditorium DPP-PD, Wisma Proklamasi 41, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa malam (18/4/2017).
Ketua Umum Partai Demokrat Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Ibu Ani Yudhoyono, serta Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Dr Hinca Pandjaitan memimpin langsung rapat tersebut. Pesertanya, para Pejabat Utama Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP-PD), para Ketua Badan, Komisi, serta Divisi di DPP-PD. Rapat juga dihadiri Ketua Dewan Kehormatan DPP-PD Dr Amir Syamsudin.
Pada 7 Mei mendatang Demokrat melakukan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Nusa Tenggara Barat, yang dulu menjadi bagian Kepulauan Sunda Kecil. Ketua Dewan Pimpinan Partai Demokrat yang juga Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi berkenan menjadi tuan rumah. Terkait rencana besar itulah, Rapat Persiapan Rakernas dilakukan.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 20.00 WIB, saat SBY mulai memimpin rapat. Ia mengajak para kader terus berjuang sehingga Partai Demokrat semakin tangguh, kuat, dan diberikan kemenangan pada berbagai kompetisi politik mendatang.
SBY pun menegaskan digelarnya rapat tersebut tak ada kaitan dengan Pilkada DKI yang digelar keesokan hari. Pertempuran di Pilkada DKI bukan lagi pertempuran Demokrat. Para kader telah fokus pada kerja-kerja politik partai.
Berakhirnya pertempuran Demokrat bermula pada peristiwa di Wisma Proklamasi, 15 Februari 2017 malam. Saat itu, didampingi para petinggi partai politik pengusung dan tim pemenangannya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni mengakui kekalahannya. Hitung cepat beragam lembaga survei memang menempatkan pasangan AHY dan Sylvi gagal masuk putaran kedua.Tetapi, bangsa Indonesia mengangkat topi setingginya, karena jauh dari waktu pengumuman resmi oleh KPUD Jakarta, AHY dan Sylvi menyatakan “pertempuran” mereka berakhir. AHY bahkan langsung menelepon para kompetitornya Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful HIdayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Demokrat dan AHY kemudian mengambil langkah dewasa lainnya. Netral. Tidak berpihak ke mana pun.
“Kita lulus dalam ujian. Malam itu juga calon yang kita usung menyampaikan pidato penerimaan kekalahan,” SBY mengingatkan para kader.
SBY menyampaikan pada para kader, kekalahan dalam pertempuran di Pilkada DKI bukanlah akhir segalanya. Sebagai kader yang nasionalis-religius, para kader harus meyakini rencana Tuhan jauh lebih baik dari itu semua. Kadang kita berhasil; kadang kita harus belajar dari kegagalan. Para kader harus bergerak melupakan kekalahan. Para kader harus tetap tegar, tawakal, tak putus asa. Agar siap maju lagi meraih kemenangan tertunda.
Di tahun 2018, setidaknya ada 171 Pilkada Serentak yang harus diikuti dan dimenangkan Demokrat. Puncaknya, di 2019, ada Pemilihan Langsung Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Langsung Legislator (Pileg) Serentak, yang tentu wajib pula dimenangkan partai berlambang bintang segitiga merah putih. Pilkada serta Pileg-Pilpres tentulah dua peristiwa besar tak terpisah. Jika Demokrat mampu memenangkan pilkada maka Pileg-Pilpres dipastikan sukses.
Dan, memang, meski berjudul “Rapat Persiapan Rakernas Partai Demokrat, Kota Mataram, NTB”, pada faktanya rapat membahas beragam hal tentang kerja-kerja politik Partai Demokrat. Termasuk rencana Pelantikan DPD-PD Kepulauan Riau yang dimeriahkan acara #IndonesiaBerlari2045 bersama AHY, 21- 23 April 2017.
Ya, Demokrat memang tak bertempur di Jakarta karena beratus ladang pertempuran baru telah menunggu.
(didik l pambudi)