Jakarta: Partai Demokrat kembali menggelar Diskusi Taman Politik di kantor pusatnya, Wisma Proklamasi 41, Menteng, Jakarta, Jumat petang (20/7).
Diskusi yang telah memasuki seri ke-3 ini mengambil topik: “Caleg Demokrat S1AP Pileg 2019”. Diskusi menghadirkan pemateri: Umar Arsal (Anggota FPD DPR RI 2 periode berjalan), Panca Laksana (Caleg DPR-RI, aktivis Sosmed ), dan Mariana Harahap (Caleg DPR-RI, Bendahara Demokrat Jakarta). Diskusi dipandu Wakil Sekjend Demokrat Ramadhan Pohan.
Diakusi diawali paparan Umar Arsal, yang kembali maju sebagai anggota dewan di daerah pemilihan yang sama yakni Sulawesi Tenggara II.
“Mohon doa restu Pemilu 2019 maju sebagai anggota dewan,” jelas Umar Arsal.
Anggota Komisi IV ini menjelaskan bagaimana keberhasilannya duduk sebagai anggota DPR RI dua periode. Menurut Umar mengawali sebagai calon anggota DPR pada tahun 2009 hanya menyediakan layar tancap di kampung-kampung. Di Pemilu 2014 dilanjutkan dengan menyajikan program keberhasilan SBY kepada masyarakat.
” Modal saya waktu itu hanya bikin layar tancap, silaturahmi dan bertemu masyarakat. Pemilu berikutnya menjelaskan keberhasilam program Pak SBY yang saat itu menjadi Presiden. Karena program SBY memang sangat dirasakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara,” papar Umar Arsal.
Bersyukur setiap pemilu dirinya bisa berhasil duduk sebagai anggota DPR, meski pada pemilu 2014 Partai Demokrat kerap dihantam dengan isu korupsi. Pada pemilu 2014 Partai Demokrat khususnya di Sulawesi Tenggara dari hasil survey tidak dapat kursi. Namun hal tersebut dibuktikan oleh dirinya hingga kembali duduk pada 2014.
” Kita tetap semangat meski serang terus menerus pada Partai Demokrat, yang akhirnya saya berhasil pada 2014. Dan bersyukur selama dua periode program dan aspirasi bisa dirasakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu juga Umar mengomentari perihal adanya kampaye politik uang pada pemilu mendatang. Menurut Umar politik uang tidak bisa dihindari, tapi dirinya berkeyakinan hal tersebut bisa diatasi dengan baik.
“Saya terus silaturahmi dan bertemu masyarakat, dan mereka tidak peduli dengan uang,” papar Umar.
Bersyukur berkat semangat dan bertemu dan bersalaman dengan masyarakat, dirinya bisa berhasil. Atas keberhasilannya itu Sulawesi Tenggara dapat merasakan program aspirasi.
“Kita terus kawal aspirasi dari masyarakat agar bisa dirasakan, seperti jalan, bantuan yang bisa bermanfaat,” jelasnya.
Sementara itu, aktivis media sosial Panca Cipta Laksana menjelaskan apa yang harus dilakukan para caleg dalam menghadapi pemilu 2019.
Dijelaskan Panca bahwa peranan media sosial pemilu mendatang dibilang efektif untuk membantu caleg, seperti Facebook, Instrgaram dan Twitter.
Panca mengatakan, Media Sosial (Medsos) tak terpisahkan dengan dunia politik Indonesia. Terlihat dalam pilkada, semua kandidat punya tim Medsos.
Medsos penting karena kita butuh alat mempromosikan diri dan partai. Dan dengan Medsos ini bisa dilakukan gratis. Yang perlu ditingkatkan narasinya. Kelemahan kita narasi lemah dalam mempromosikan diri. Tentu ada street media tapi harus keluar uang lumayan untuk spanduk, poster, baliho, kaus dan lainnya. Medsos lebih murah.
Saat ini pengguna Facebook sudah 120-130 juta. YouTube juga hampir setara tetapi penggunanya cenderung generasi milenial. Twitter sekitar 60an juta. Instagram sudah melebihi Twitter.
SBY adalah tokoh yang memahami kekuatan Medsos. Dengan followers hampir 10 juta, tweets yang dikeluarkan SBY bisa sangat viral hingga dibaca 20an juta pengguna Twitter.
Karenanya Panca berharap para kader Demokrat memiliki tim Medsos yang kuat.
“Medsos bisa membuat kita terkoneksi menjadi suatu kekuatan teramat besar,” Panca menyampaikan gagasannya.
(Rilis/Didik)