Metode komunikasi politik yang diterapkan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY kerap memperlihatkan kesantunan, politik beretika, dan nilai-nilai demokratis. Sosok yang santun saat berbicara di depan publik akan menghadirkan suasana politik dan pemerintahan yang kondusif.
Kita bisa melihat bagaimana jiwa besar dan kesantunan AHY saat Pilkada DKI Jakarta. Ketika KPU merilis hasil perhitungan suara dan memutuskan bahwa AHY harus mundur di kontestasi tersebut, ia tidak marah, dendam, atau menyalahkan pihak lain. Dengan kesatria ia menerima kekalahan tersebut, dan siap mendukung siapa pun yang terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik AKMIL) itu bahkan tidak memaksa pendukungnya untuk mendukung atau tidak mendukung pasangan calon lain. Ia memberikan kebebasan kepada pendukungnya untuk memilih siapa pun dalam putaran berikutnya. Banyak pihak yang belum bisa melakukan hal itu. Meski sederhana, sangat sukar rasanya bagi seorang politisi bahkan dengan background militer untuk menerima kekalahan.
Hubungan AHY dengan pemenang Pilkada DKI, Anies Baswedan dan Sandiana Uno pun tetap terjalin dengan baik. Ia datang pada pelantikan Anies-Sandi, dan memberikan selamat. Sebaliknya, AHY tidak lupa mengunjungi Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok, di Mako Brimob. AHY pun mendapatkan ‘surat cinta’ dari Ahok, yang mendoakan AHY dan keluarga. Ahok juga mendoakan AHY agar sukses dan berhasil dalam hidup.
Dengan surat itu, publik seolah diberikan kesejukan, kedamaian, dan bentuk demokrasi yang beradab. Seolah saat itu, yang namanya konflik, ribut-ribut antar kelompok, tidak pernah terjadi. Gambaran bahwa negeri ini sebenarnya baik-baik saja, toh pemimpin-pemimpinnya saja saling support.
AHY juga tidak lupa bersilaturrahmi dengan politisi-politisi senior, diantaranya adalah Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Padahal secara pandangan dan situasi politik terkini, kedua kubu itu sudah jelas berseberangan. Namun AHY bisa mengesampingkan hal tersebut dan diterima dengan baik oleh keduanya.
AHY mengunjungi Prabowo untuk membicarakan pembangunan bangsa hingga perkembangan politik terkini dalam negeri dan internasional. Sementara kunjungan AHY ke Istana Negara adalah untuk meminta doa restu Presiden terkait peluncuran Yudhoyono Institute. Selain Presiden Jokowi, sang putra sulung, Gibran Rakabuming Raka turut menemui AHY.
Setelah Jokowi dan Prabowo, AHY akan menemui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. AHY pernah menyampaikan keinginannya untuk bisa bertemu Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati. Permintaan itu disampaikan ketika mereka bertemu di KPU saat sama-sama mengambil nomor undian partainya dalam Pemilu 2019.
Sekjen PDIP Hasto Kristoyanto, menyebut PDIP membuka dialog dengan siapa pun. Menurutnya dialog dengan AHY merupakan hal positif karena politik harus dibangun dengan dialog. Megawati pun menugaskan putranya Prananda Prabowo untuk melakukan dialog tersebut. Hal ini membantah anggapan bahwa komunikasi dua partai besar terhambat karena perseteruan SBY dan Megawati.
Komunikasi politik seperti ini menjadikan wajah politik Indonesia menjadi adem. AHY seolah mencairkan iklim politik yang kaku, apalagi dengan semangat kemudaan yang melekat pada dirinya.
Perilaku santun ini serupa dengan apa yang pernah dilakukan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Mata dunia menjadi terbuka bahwa demokrasi mampu dirawat oleh rakyat Turki, dan betapa seorang Erdogan begitu dicintai rakyatnya,termasuk kalangan yang selama ini beroposisi dengan pemerintahannya. Dukungan sangat hebat dari rakyat itu yang menyadarkan militer kudeta untuk mengakhiri aksi brutal.
Erdogan menetapkan kebebasan berhijab di sekolah-sekolah negeri, kampus-kampus Turki dan di parlemen (yang sebelumnya puluhan tahun sejak era Ataturk hal ini dilarang).
Atau serupa pula dengan apa yang dilakukan Paus Fransiskus. Mengutip tulisan dari Kompas.com, Paus asal Argentina itu pernah membuat pernyataan kontroversial, dengan menjelaskan keyakinan akan Tuhan.
“Tuhan bukan Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia,” ujar Paus.
Lebih jauh Paus Fransiskus menjelaskan bahwa sebagai pemimpin umat Katolik, dia memercayai Tuhan dan Yesus Kristus sebagai inkarnasi Tuhan. Universitas Al-Azhar sebagai salah satu pusat studi besar islam, merespons positif perubahan kepemimpinan Gereja Katolik. Mereka mengharapkan hubungan yang lebih baik dengan Vatikan.
Dampak dari langkah-langkah seperti ini adalah, terciptanya komunikasi yang efektif. Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.
Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang penting dan kompleks. Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan termasuk politik, yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
Karena tujuan komunikasi efektif adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan, artinya dengan komunikasi yang efektif, ada proses timbal balik yang terjadi. Hal inilah yang seharusnya diterapkan oleh politisi-politisi lain. Sikap santun dan damai itu seharusnya memberikan harapan baru kepada masyarakat yang melihat bagaimana tokoh-tokoh politik tersebut mencerminan sebuah proses demokrasi yang berkeadaban.
(Kevin Candra; Netizen/PolitikToday/dik)