Buku Opini 100 Tokoh mengenai Indonesia Era SBY

Oleh: M. Zakiy Mubarok, SH*)

“Our greatest challenge is to transform not just to change Indonesia” (Susilo Bambang Yudhoyono)

Menjelang pelaksanaan Kongres V Partai Demokrat (14 – 16 Maret 2020) di Jakarta Convention Center, saya teringat Majalah TIME edisi 2 Mei 2009 yang menurunkan artikel tentang “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia (the world’s most influential people)”.

Saya teringat, karena TIME menempatkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai salah satu dari seratus tokoh kelas dunia itu. Bahkan, untuk kategori ‘Leaders and Revolutioneries’ SBY berada di urutan 9 bersama 20 orang pemimpin dunia lainnya.

SBY bukan saja menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh pengakuan internasional, tapi juga menjadi pemimpin yang sukses mengangkat bangsa ini dari citra keterpurukan.

Andi A. Mallarangeng mengatakan, TIME membuka mata kita di Indonesia bahwa ternyata dunia international mengakui kepemimpinan Presiden SBY.

Peneliti senior LP3ES, Daniel Dhakidae, menyebut pengakuan SBY sebagai salah satu dari 100 tokoh dunia membawa aura lain dalam politik luar negeri (Indonesia).

Tepat juga apa yang diungkapkan Mari Elka Pangestu, bahwa SBY adalah pemimpin efektif yang berhasil mengangkat citra Indonesia.

Di bawah kepemimpinan SBY, Indonesia bukan saja negara terluas dan terbesar di Asia Tenggara, namun juga menjadi negara dengan ekonomi terbesar dan sistem politik yang dianggap paling mapan, stabil dan dinamis. Di era SBY, kita semakin mapan, baik di dalam negeri maupun dalam percaturan international. Karenanya, Indonesia pernah menjadi sorotan dan tauladan bagi dunia.

Uraian di atas saya kutip dari isi dan kata pengantar buku ‘Energi Positif’. Sebuah buku yang menghimpun pandangan 100 tokoh (dalam dan luar negeri) tentang Indonesia di Era SBY. Tokoh-tokoh dari beragam latar belakang (seniman, musisi, atlit, ekonom, politisi, akademisi, praktisi, pengamat, aparat) itu memberikan testimoninya tentang kepemimpinan SBY.

Saya nukil dari buku itu, kata Akbar Tanjung. Politisi senior itu memandang, SBY sebagai sosok pemimpin visioner. Hal itu ditunjukkan pada blue print pemerintahannya, disertai dengan pilihan-pilihan kebijakan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan terencana.

Sementara itu, Emil Salim, mengungkapkan, sebagai Presiden, SBY menduduki tempat tersendiri dalam deretan tokoh pemimpin-pemimpin bangsa. Decent, santun atau simbai adalah kesan utama yang terpancar dari pribadi SBY.

“Gagasannya kritis-substantif, pilihan katanya cermat, kaya istilah baru bermutu, paham persoalan dan dialogis,” kata M. Alfan Alfian, Dosen Fisip Universitas Nasional.

Kata-kata yang selalu diingat oleh Mantan Jaksa Agung, Abdul Rahman Saleh dari SBY adalah, “Don’t do business as usual”. Kalimat ini terutama disampaikan padanya untuk memberikan semangat dan dorongan dalam kerangka agar bekerja lebih keras untuk penegakan hukum di tanah air.

Mari E Pangestu mengungkapkan, perjalanan dan pengalamannya selama mendapat penugasan sebagai menteri. Marie E Pangestu makin yakin bahwa citra cerdas, intelek dan karisma yang kuat dari SBY, bukanlah hasil polesan, melainkan betul-betul karakter yang melekat pada pribadinya.

“SBY tampil memukau dalam pertemuan international dan summit Kepala Negara. Penguasaannya atas persoalan yang dibicarakan sangat substantif, presentasinya efektif, dan penampilannya berkarisma,” tuturnya.

Terhadap pers, SBY pun dinilai sangat proposional dan menjunjung adab berdemokrasi. Pengakuan komitmen SBY terhadap kemerdekaan pers dituturkan oleh Ichlasul Amal, mantan Ketua Dewan Pers yang juga Akademisi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

“Bagi komunitas pers, SBY dinilai memahami media dan mampu memanfaatkan pers. SBY menggunakan pers untuk menyampaikan gagasan dan berbagi persoalan dengan fasih dan komunikatif,” kata Ichlasul Amal.

Masih banyak lagi komentar dan pandangan tokoh lainnya tentang energi positif SBY dalam memimpin bangsa dan negara ini. Tidak saja dari tokoh Indonesia, sejumlah tokoh dunia pun turut memberikan pandangannya di buku ini. Sebut beberapa diantaranya, Adam Schwarz (Senior Advisor to McKinsey & Company Asia), Ben Goddard (President the International Association of Political Consultants), Donald K. Emmerson (Director, Southeast Asia Forum Stanford University California), H.E. Mr. Jens Stoltenberg (Prime Minister of the Kingdom of Norway Oslo), dan masih ada sejumlah tokoh lainnya.

Sebab itu, petikan pernyataan SBY di awal tulisan ini, harus menjadi pemicu generasi muda saat ini. Bahwa, “tantangan terbesar kita bukan hanya melakukan perubahan, melainkan melakukan transformasi Indonesia”.

*)Direktur Eksekutif Daerah Partai Demokrat NTB 2011-2016