Oleh: M. Rifai Darus*)
Rentetan masalah pasca dinamika besar pengesahan UU Cipta Kerja beberapa tahun lalu ternyata menjadi magnet besar atas beragam peristiwa besar lainnya yang turut terjadi dalam beberapa waktu ke belakang. Manajemen krisis dalam menghadapi pandemi yang belum memuaskan, komunikasi yang tidak seragam, terpaan krisis yang menghantam sejumlah BUMN, anggaran militer yang besarnya tak masuk akal, dan terakhir yang membuat publik begitu geram ialah polemik 75 pegawai KPK yang “dibuat” tak lolos entah oleh siapa?
Masalah yang datang silih berganti tersebut nyatanya tak kunjung membuat pemerintah dewasa. Masyarakat Indonesia harus menanti jarum waktu yang konstitusional untuk merekonstruksi tubuh pemerintahnya yakni pada tahun 2024.
Bersamaan dengan itu, publik perlu tahu dan belajar lebih banyak lagi untuk dapat memilih dan menyaring calon pemimpin di tahun 2024 kelak.
Partai Demokrat memainkan peranan penting sebagai partai politik yang berada di luar kekuasaan saat ini. Tidak sedikit peristiwa yang menempatkan Demokrat berada di posisi yang sangat tertekan dan seolah-olah tak mampu berkutik di parlemen akibat jumlah suara yang tak memadai untuk menentang sejumlah produk legislasi maupun kebijakan yang menyimpang.
Di saat yang bersamaan pula, Partai Demokrat dalam beberapa bulan harus terganggu oleh upaya destruktif sejumlah pihak yang ingin menggerus kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono dari kursi Ketua Umum Partai.
Walaupun gerakan busuk tersebut sudah hangus dan pupus, Partai Demokrat senantiasa waspada atas kemungkinan serangan-serangan lainnya.
Terlepas dari semua yang ada di atas, menjadi menarik apabila kita melihat sejumlah nama tokoh bermunculan mengisi pemeringkatan yang dibuat oleh lembaga-lembaga survei atas potensi mereka dalam pagelaran Pilpres 2024.
Salah satu dari banyak nama tokoh tersebut ialah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Berkaca dari beberapa survei pada rentang Mei-Juni, AHY selalu menempati posisi papan atas bursa calon presiden.
Parameter Politik Indonesia yang melakukan survei 23-28 Mei menempatkan AHY berada di posisi ke-4 dengan raihan elektabilitas 5,6 persen. Lalu hasil survei CISA (27 Mei-1 Juni) menempatkan AHY lebih tinggi pada urutan kedua setelah Anies Baswedan dengan angka elektabilitas yang mencapai 15,51 persen.
Hal ini menunjukan bahwa adanya harapan baru yang datang dari publik untuk diberikan kepada tokoh-tokoh nasional yang berusia muda demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
Di saat waktu terus berjalan mendekati arena Pemilu Serentak 2024, peluang pemimpin muda menjadi sangat besar. Kita akan menantikan bagaimana sejumlah tokoh muda mampu menyatukan visi besar mereka untuk menjalin kolaborasi yang hangat dan cermat.
Sudah saatnya bangsa kita dipimpin oleh seorang yang tangguh, cerdas dan berwibawa. Tangguh dalam menyikapi ragam persoalan internal bangsa, cerdas dalam mengambil kebijakan dan berwibawa di level internasional.
Di saat publik sedang melakukan kurasi informasi dan pemantauan terhadap sejumlah tokoh muda di kancah nasional, maka ini adalah momentum yang baik pada Partai Demokrat untuk semakin menampakkan diri sebagai partai yang memiliki masa depan cukup panjang oleh karena dipimpin tokoh muda nasional yang handal, yakni AHY.
Erosi kepercayaan publik terhadap pemerintah saat ini patut menjadi evaluasi yang sangat mendalam bagi siapa pun yang hendak menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Publik ingin pemimpin yang mampu berdiri kokoh untuk mempertahankan ucapannya pada setiap janji kampanye yang ia suarakan.
Ketika ladang sudah mengalami erosi, apalagi paceklik maka rakyat di dalamnya harus bersatu padu untuk menemukan khazanah baru dan oasis baru demi menghindari problem yang sama di masa-masa yang akan datang.
*)Wasekjend DPP Partai Demokrat