Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan kuliah umum pada mahasiswa Universitas Ekasakti (UNES) Padang, Rabu (27/9). (twitter/Yan Harahap)

Oleh: Gregorius Igo*)

Hari-hari ini, berita tentang kunjungan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke berbagai wilayah di Indonesia mulai memancing perhatian publik. Sebagai figur yang menarik, muda dan penuh energi tentu AHY amat mudah dibedakan dari generasi seusianya, apalagi AHY memang dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

Sebagai generasi millenia, sosok anak muda yang satu ini sudah berpikir jauh mengatasi usianya. Gagasan untuk mempersiapkan anak-anak Indonesia sedini mungkin menuju Generasi Indonesia Emas 2045 adalah salah satu ide yang terus disampaikan AHY di berbagai kesempatan.

Melalui The Yudhoyono Institute, AHY memulai “Gerilya Gagasan” bagaimana membangun Indonesia ke depan. Kunjungan AHY ke Sumatera Barat, selama tiga hari, merupakan salah satu bentuk gerilya gagasan. Ia menawarkan gagasan besar itu kepada berbagai kalangan untuk bersama-sama mengupayakan Indonesia yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

Gerilya Gagasan AHY menjadi menarik manakala para pengambil kebijakan saat ini tak kunjung menunjukkan kemampuan mengelola berbagai potensi yang ada untuk menjadi sumber kesejahteraan rakyat.

Dalam banyak kesempatan AHY memotret berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini. Tantangan-tantangan milenium baru hingga mengubah secara drastis pola kebijakan yang harus diambil mereka, para pemegang otoritas negara. Bagaimana Indonesia harus berperan di dunia Internasional, ikut dalam tata pergaulan dunia maupun kawasan Asia, agar Indonesia dapat terus berkembang menjadi bangsa maju menuju era Indonesia Emas 2045.

AHY berpendapat sudah saatnya generasi muda meninggalkan zona nyaman mereka. Berperan lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan di negeri ini. Perlu kesadaran pentingnya peran tersebut, mengingat tidak banyak tokoh politik era sekarang yang bisa memotret masa depan Indonesia dengan jernih–karena tersandera kepentingan pragmatis.

Keberanian AHY keluar dari dunia militer dan menempuh jalan lebih terjal di dunia politik menunjukkan sikap patriotisme gaya baru demi pengabdian lebih besar. Mimpi agar Indonesia menjadi negara maju, modern dan sejahtera tak hanya gagasan yang diperdengarkan semata. AHY bergerilya mengajak semua pihak yang sependapat dengan dirinya untuk membangun semangat kolektif, melalui peran, kapasitas kemampuan masing-masing individu bersinergi, berdaya upaya berjuang membangun Indonesia yang maju, modern, sejahtera dan mendunia.

Kehebatan seorang AHY terletak pada optimisme-nya akan kemampuan bangsa ini. Tidak perlu menunggu memegang jabatan publik, AHY langsung bergerak menularkan gagasan-gagasannya kepada siapa saja yang peduli.

Bicara soal pendidikan, AHY berdiskusi dengan para akademisi; berbicara soal generasi muda, AHY bertemu dengan mahasiswa di kampus. Bicara terkait pembangunan, AHY bertandang ke banyak kepala daerah. Bicara hubungan internasional dan diplomasi, AHY berdiskusi dengan duta besar negara sahabat dan tokoh-tokoh dunia.

Seperti yang selalu disampaikan oleh Sekjen Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan: Bahwa sebuah gagasan bisa mengubah sejarah. Maka AHY adalah bagian dari hadiah terindah Partai Demokrat untuk Indonesia.

AHY adalah bintang yang mulai bersinar, harapan dan gagasan untuk Indonesia, menapak di cadasnya jalan perjuangan. AHY adalah keberanian yang ditunjukkan, bukan sekadar digelorakan. AHY adalah mimpi yang dikerjakan, bukan dilelapkan di ujung malam.

Berlarilah, AHY, akan ada banyak yang mengikutimu. Tak hanya sekadar melambaikan tangan tapi juga ikut berlari bersama menuju garis Finish.

*) Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Sintang