Oleh: M Zakiy Mubarok*)
Usai sudah pelantikan Pengurus DPD Partai Demokrat NTB 2017-2022, Kamis (20/7), lalu di Mataram. Yang melantik Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Dr. Hinca Pandjaitan. Dan, bukan Hinca Pandjaitan kalau kehadirannya tak memberi motivasi dan semangat para kader Partai Demokrat.
Itu pula yang ia lakukan saat memberi pembekalan para calon pengurus DPD Partai Demokrat NTB di Hotel Santika Mataram, maupun ketika melantik di halaman eks Bandara Selaparang Lombok. Dengan penampilannya yang khas anak muda penuh energi, Hinca Pandjaitan bicara dengan penuh semangat dan juga tegas. Tak lupa ia menyisipkan humor dan lelucon dalam arahannya kepada para kader. Senang mendengarnya, betah pula menyimaknya. Terlebih paparannya dikreasi dengan menampilkan visualisasi video tematik.
Saya bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki kedekatan khusus dengan sosok yang menjadi Sekretaris Jenderal pasca Kongres Partai Demokrat di Surabaya itu. Saya tak lebih sebagai “anak buahnya” di Partai Demokrat yang ada di daerah. Namun sebagai pribadi, saya berpandangan, Hinca Pandjaitan hadir di saat yang tepat. Mengapa?
Sebagaimana kita rasakan, pasca Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini seolah tak menentu, tak jelas tujuan dan arahnya. Aroma kepentingan penguasa sangat terasa memasuki hampir semua lini kehidupan. Tak terkecuali terhadap dinamika partai politik di tanah air. Nah, ketika dinamika partai politik berada di tengah kondisi berbangsa dan bernegara Indonesia seperti demikian, Hinca Pandjaitan adalah pembakar semangat api optimisme kader agar terus menyala. Ia makin merekatkan, menguatkan, dan menyatukan.
Saya masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Ketika saya ditugasi mendampingi salah satu bakal calon kepala daerah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Meski saya lupa tanggal dan jam berapa saat itu, tapi suasana ramah dan segarnya pertemuan masih sangat melekat dalam ingatan saya. Sebagai kader dari daerah saya sangat surprise dengan caranya menyapa dan bicara. Dan sejak itu saya berkesimpulan Hinca Pandjaitan adalah sosok yang selalu mengalirkan energi positif, segar, yang dadanya penuh dengan semangat memotivasi.
Sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, ia juga tak segan-segan untuk mengambil peran-peran, yang saya bayangkan, bisa dilakukan oleh orang yang tak sekelas dia. Misalnya saat pelaksanaan kegiatan rapat pimpinan nasional (Rapimnas) di Jakarta Convention Centre. Banyak yang tidak menduga, saat itu Hinca Pandjaitan dengan penuh semangat–rada tinggi juga nadanya–menggunakan microphone meminta seluruh peserta untuk masuk ke dalam ruang pertemuan. Saya ingat betul saat itu menjelang pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Demokrat mengusung AHY-Silvy.
“Kita ini mau bertempur dan berperang, tidak ada waktu lagi untuk bersantai-santai,” katanya dengan nada separuh meninggi.
Ada lagi ucapannya yang saya senang betul jika mengingatnya. Ucapannya itu disampaikan saat persiapan pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Mataram. Meski tidak terlalu persis, tapi kira-kira ucapan Hinca Pandjaitan itu begini, “Demokrat sebagai partai politik harus melalukan kerja-kerja yang efek positifnya beresonansi dan bergaung besar. Jangan terlalu banyak disibukan dengan urusan-urusan teknis. Kalau urusan teknis kegiatan serahkan saja pada event organizer.”
Bagi Hinca Pandjaitan, kerja-kerja partai politik adalah kerja-kerja yang berdimensi kebangsaan dan kenegaraan yang dampaknya harus dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat secara luas. Kalau tidak disemangati dengan hal-hal yang demikian itu, buat apa berpartai.
Ia mengenalkan istilah “berpolitik dengan kening tak berkerut”.
Saya memahaminya, seserius apa pun dinamika politik yang terjadi hendaknya disikapi dengan tetap tenang. Dia berharap, di bawah kepemimpinan TGH Mahalli Fikri dan H. Zainul Aidi, Partai Demokrat NTB dapat mengemban misi kepartaian.
*)Ketua Divisi Pengembangan Mitra Daerah/Hubungan Antar Lembaga DPD Partai Demokrat NTB