Samosir, Sumut: Upaya DR Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS selaku pegiat budaya leluhur mendukung pemerintah percepatan proses Kaldera Danau Toba menuju UNESCO Global Geopark tampak serius. Potensi pengembangan wisata sejarah gunung Toba dan wisata budaya leluhur batak di dolok Pusuk Buhit dan seluruh kawasan Danau Toba patut menjadi perhatian dan harus dilestarikan.
Seperti, pengembangan pembangunan “Rumahela” di lereng gunung Pusuk Buhit dan Rumahela Si Raja Batak Mual Simullop terus dilakukan. Ditempat itu lah dilaksanakan acara ritual dan pesta budaya leluhur pada tanggal 7 bulan 7 setiap tahunnya.
Sama halnya, festival wisata budaya leluhur yang akan dilaksanakan tanggal 7 Juli 2018 ini, akan digelar doa bersama untuk keselamatan dan perdamaian Indonesia bahkan dunia. Indonesia bebas dari terorisme dan bencana alam. Masyarakat Toba berjuang untuk geopark kaldera dunia sehingga Dunia pun cinta tanah batak. Dalam pesta nanti akan melibatkan seluruh pomparan Siraja Batak di seluruh jagat raya.
Menurut DR Hinca IP Pandjaitan XIII yang juga anggota komisi III DPR RI kepada wartawan di kampung Mual Simullop sekretariat komunitas Rumahela, Kec Pangururan Kabupaten Samosir, Sabtu (26/5/2018) mengatakan, apa yang dilakukannya adalah kecintaan terhadap budaya leluhur. Sebagai bentuk kecintaan itu kata Hinca, harus melestarikan lingkungan dan budaya dengan menjaga kearifan lokal.
Sebagai perhatian menjaga kearifan lokal dan melestarikan dolok Pusuk Buhit dipinggiran Danau Toba, Hinca pun telah membentuk komunitas “Rumahela”. Dalam komunitas Rumahela, Hinca Pandjaitan selaku pembina dan Hendrik Naibaho selaku ketua. Komunitas ini bertugas merawat kelestarian alam/lingkungan dan budaya leluhur serta wisata sejarah di kawasan Danau Toba.
Keberadaan komunitas Rumahela adalah untuk mempertahankan program pemerintah tentang Geopark Kaldera Toba. Melestarikan keberadaan batu-batuan, tumbuh-tumbuhan dan kultur budaya. “Situs rumahela akan memperjuangkan Samosir bebas kebakaran hutan serta melestarikan kultur budaya,” urai Hinca.
Sebagai bentuk kepedulian itu, komunitas Rumahela sudah banyak menjalankan kegiatan. Seperti, acara ritual “Manjou Mulak Mata Mual” (memanggil kembali mata air) Mual Simullop di lereng gunung Pusuk Buhit pada Juli 2017 tahun lalu. Terbukti saat ini, sumber air di Mual Simullop yang dulunya meluber dan berikutnya kering, namun setelah acara ritual dilakukan mata air hidup dan meluber kembali.
Air tersebut pun kini sudah mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar, bahkan dipastikan mencukupi sumber air untuk pemadam jika terjadi kebakaran hutan dikawasan dolok Pusuk Buhit. “Setelah kita lakukan ritual “manjou mulak mata mual” kini sumber mata air cukup banyak tentu memberikan sumber kehidupan baru bagi masyarakat kampung Simullop,” ujar Hinca.
Upaya menjaga sumber mata air agar berkelanjutan, komunitas Rumahela bertugas merawat lingkungan pegunungan Pusuk Buhit dan kawasan Danau Toba dengan melakukan penanaman pohon “Jabijabi” dan jenis pohon lainnya yang mampu menahan air. “Penghijauan Kawasan Danau Toba akan memastikan ribuan sumber mata air di kawasan Danau Toba akan tetap mengalir”, terang Hinca.
Bahkan, untuk menguatkan perawatan hutan itu, komunitas “Rumahela” pun sudah membentuk relawan Masyarakat Peduli Api (MPA). Sebanyak 30 orang komunitas Rumahela dan 30 orang dari masyarakat siap menjaga pencegahan terjadinya kebakaran hutan di kawasan Danau Toba.
Menurut Hinca Pandjaitan, melestarikan kawasan wisata Danau Toba yang kaya dengan panorama, budaya dan wisata sejarah dipastikan dapat meningkatkan kunjungan wisata sehingga memakmurkan perekonomian masyarakat sekitar Danau Toba. “Tentu seluruh rangkaian kegiatan itu akan mendukung Geopark Kaldera Toba menuju wisata dunia,” ujar Hinca.
Kecintaan Hinca Pandjaitan terhadap budaya leluhur dan menggali potensi wisata sejarah dikawasan gunung Toba terus dilakukan. Semua itu, sebagai bentuk dukungan Geopark Kaldera Toba menuju wisata dunia.
Masih berkaitan dengan sejarah dolok Pusuk Buhit yang diyakini sebagai tempat asal mula orang batak. Menurut legenda masyarakat Batak bahwa suku batak berasal dari gunung Pusuk Buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan di pinggiran Danau Toba.
Seiring dengan itu, tepatnya, Sabtu (26/5/2018) Hinca Pandjaitan bersama Ketua komunitas Rumahela Hendrik Naibaho bersama rombongan melakukan wisata edukasi leluhur Batak ke Pulau Tulas, Desa Siboro Kec Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir. Dimana, pulau Tulas diyakini tempat makam salah satu leluhur batak yakni Manggala Bulan anak dari Raja Sombaon.
Pulau Tulas seluas 15 Ha terletak di kaki gunung Pusuk Buhit tampak indah mempesona dengan kondisi alam yang menakjubkan belum terjamah. Di Pulau kecil itu lah, makam Manggala Bulan dan menghabiskan masa kecilnya.
Setelah Hinca Pandjaitan melakukan wisata leluhur ke tempat itu berharap, Pulau itu dikelola menjadi tempat wisata. Dengan keindahan wisa alam serta dengan wisata sejarah leluhur dinilai potensi wisata yang bernilai tinggi. Sehingga para generasi muda tidak kehilangan sejarah para leluhurnya.
“Pemerintah diminta turun tangan melestarikan potensi wisata ini, karena memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Kita yakin, pengakuan Kaldera Danau Toba sebagai warisan geologi dunia akan segera terwujud sebagai anggota UNESCO Global Geopark,” ujar Hinca dengan yakin. (geosiar.com)