Ibu Ani Yudhoyono dan Redi Susilo (foto Yan Harahap)

Di Partai Demokrat ada dua slogan yang cukup populer meski maknanya mirip. Pertama, “berpolitik dengan kening tak berkerut”. Kedua, “indak ado masalah”.

Slogan pertama, yang lebih populer di masyarakat, dilahirkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Dr Hinca Pandjaitan. Maknanya, agar para kader menghayati bahwa berpolitik itu sesungguhnya membahagiakan karena asyik dan menjanjikan.

Nah, slogan kedua, meski tak umum di masyarakat tetapi sangat populer di kalangan kader Demokrat. Pencetusnya Redi Susilo, Sekretaris Divisi Hubungan Luar Negeri DPP Partai Demokrat.

“’Indak ado masalah’ itu sebenarnya slogan yang menjelaskan secara gamblang tentang makna ‘berpolitik dengan kening tidak berkerut yang disampaikan Bang Sekjen (Hinca Pandjaitan),” begitu jawaban Redi Susilo ketika ditanya web demokrat di Kantor Pusat Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, beberapa hari lalu.

“Indak ado masalah” arti harfiahnya “tidak ada masalah”. Slogan ini bermakna, bagi Partai Demokrat yang berjuang untuk kesejahteraan rakyat maka memang tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Justru semuanya menjadi mengasyikkan dan membahagiakan.

“Kita mau berbuat baik, masa ada masalah?” Tanya Redi, pria yang lahir di Kabupaten Sijunjung, Sumbar, 24 Mei 1974 tersebut.

Slogan ini juga merupakan bentuk militansi kader yang siap menjalankan apa pun tugas yang diperintahkan partai. Para kader meyakini seutuhnya bahwa perintah partai harus dilaksanakan tanpa reserve atau tanpa syarat apa pun. Dilaksanakan dengan penuh kebahagiaan dan keyakinan.

Jika terlihat sangat militan, tentulah karena Redi Susilo mengenal Demokrat dengan mendalam. Ia telah menjadi kader di tahun 2003. Ia ikut memenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla pada Pilpres di 2004.

“Saat itu saya bergerak di kawasan Kabupaten Bogor,” kata Redy, yang memang tinggal di kawasan Bogor.

Redi masuk Demokrat karena kekagumannya pada sosok SBY. Sebagai aktivis di Universitas Negeri Padang (dulu IKIP Padang) pada era reformasi, Redi tentu melihat sepak terjang SBY untuk mereformasi negeri ini.

SBY, bagi Redi, adalah sosok yang dihadirkan Tuhan Yang Maha Esa untuk membawa negara ini menuju kesejahteraan. Pemikiran SBY sesuai dengan tuntutan zaman. Bangsa Indonesia membutuhkan SBY untuk membenahi negeri.

Redi Susilo (Foto/Desain: Yan Harahap)

Setelah kembali ikut memenangkan pasangan SBY-Boediono pada Pilpres di tahun 2009, Redi kemudian masuk di jajaran pengurus pusat Partai Demokrat pada 2010. Dia masuk di salah satu biro Divisi Pembinaan Anggota.

Pada tahun 2014, Redi ditunjuk sebagai Staf Ahli Sartono Hutomo, anggota DPR Komisi VI dari  Fraksi Partai Demokrat. Pasca-Kongres Demokrat di Surabaya 2015, Redi duduk sebagai salah satu ketua biro di Departemen Koordinasi Perekonomian DPP-PD, dipimpin Sartono Hutomo. Pada reshuffle kepengurusan DPP Partai Demokrat, Oktober 2017, SBY memberikan kepercayaan besar dengan menunjuk Redi sebagai Sekretaris Divisi Hubungan Luar Negeri DPP-PD.

“Tentu ini kepercayaan besar yang harus saya jawab dengan kerja sepenuh hati bagi Partai Demokrat. Apalagi selama ini saya berprinsip, bagi seorang kader, jabatan dan tempat tidaklah penting, yang penting kontribusi seorang kader kepada partai. Pimpinan pasti mampu menilai kinerja para kadernya, sehingga tugas seorang kader untuk bertugas sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin tanpa pamrih,” Redi menjawab prihal sikapnya mendapat amanah besar itu.

Terpenting, kata Redi, divisinya, sesuai anggaran dasar partai, harus mampu memelihara dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan pemerintah, partai politik, organisasi masyarakat dalam negeri, pemerintah negara sahabat, partai politik luar negeri dan lembaga internasional baik di dalam maupun di luar negeri.

“Tentu pula sesuai arahan Ketua Umum dan Sekjen,” kata Redi.

Sebagai seorang politisi, Redi tentu berkeinginan duduk di lembaga eksekutif atau legislatif. Yang menarik, saat ini, Redi “hanya” berkeinginan duduk sebagai legislator di Kab Sijunjung, tanah kelahirannya.

“Perpolitikan ini dinamis, semua bisa berubah, tetapi saat ini saya ingin sekali terlibat langsung membangun Kab Sijunjung,” kata Redi.

Redi mengatakan, Kabupaten Sijunjung memiliki potensi  di berbagai sektor yang belum digarap maksimal antara lain di Peternakan dan Perikanan.

“Potensi di pariwisata saja sangat banyak karena alamnya memang sangat indah, antara lain, Wisata Alam Kamang Baru; Danau Batang Karing; Tanjung Gadang; Panorama Bukik Sabalah; Pemandian Aie Angek, dan lainnya. Belum di sektor wisata budaya, misalnya, Perkampungan Adat Sijunjung,” Redi menjelaskan

Sijunjung adalah negeri yang kaya bahkan umum diketahui,  logam mulia atau emas tersebar di Sungai Batang Kuantan, Mundam Sakti dan Sungai Betung di daerah itu.

“Tinggal bagaimana mengelola negeri itu agar mendatangkan kesejahteraan maksimal bagi rakyat,’ Redi memungkasi pernyataannya.

(didik l pambudi)