Presiden Keenam Amerika Serikat, John Quincy Adams, pernah berkata, seseorang bisa dikatakan punya jiwa pemimpin jika mampu membuat orang lain berani bermimpi lebih tinggi dan berani melakukan hal yang lebih besar.
Yang menjadi pemimpin bukanlah orang yang selalu ingin tampil terdepan dan tidak ingin didahului oleh siapapun. Intinya, jiwa pemimpin tidak membuat orang ingin tampil dominan, tapi justru selalu memberikan manfaat kepada orang lain.
Jika merujuk ke dalam negeri, Indonesia tentu punya bergelimang individu yang bisa dicap mempunyai jiwa pemimpin. Di lingkungan kita sendiri, banyak kita temui. Entah itu di keluarga atau pertemanan.
Namun, jika kita berbicara dalam skop yang lebih luas, atau lingkup negara, jiwa pemimpin dapat disematkan pada segelintir orang. Saya tidak akan menyebutkan satu per satu, namun saya akan tertuju pada satu nama yang patut menyandang gelar tersebut. Ya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Namanya patut naik ke podium jika berbicara perihal kepemimpinan. Usia yang muda dan potensial menjadi pemimpin besar, dibekali dengan kematangan berpolitik dan gagasan yang besar.
Mari kita kembali pada titah John Quincy Adams di atas. Ia mengatakan jiwa pemimpin terlihat dari mimpi besar yang ia punya dan mampu mendorong orang lain melakukan hal yang serupa.
AHY, sebagai anak muda sudah menunjukkan kapasitas itu sedari dulu. Ia menunjukkan pada kaum muda untuk bermimpi. Ia berani bermimpi dan mengambil langkah lebih besar dan bermanfaat untuk masyarakat luas.
Ia juga tak lantas berhenti di situ. Ia melakukan kunjungan ke kampus-kampus, menemui anak-anak muda. Ia mendorong anak muda untuk sama-sama berkontribusi membangun bangsa. AHY menujukkan keteladanan bagi anak muda. Ia menularkan, bukan mengeraminya sendiri.
John Quincy Adams juga menuturkan, jiwa kepemimpinan memang tidak bisa direkayasa. Dia menempel ke dalam watak dan karakter seseorang. Tapi bukan berarti tidak bisa dilatih. Siapapun, pada dasarnya adalah pemimpin. Setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Mengendalikan serta mengontrol diri adalah salah satu prinsip dari sebuah kepemimpinan.
Kita bisa melihat bahwa pada kekalahan Pilkada DKI lalu, AHY berjiwa kesatria. Ia mengakui kekalahan. Ia merangkul pemimpin baru dan tak sungkan menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Ia berjiwa besar. Dari situ kita bisa melihat kedewasaan AHY dalam mengontrol diri.
Pada usia yang masih muda, saya yakin AHY sangat berpotensi menjadi pemimpin. Saya melihat ia sebagai sosok yang cerdas dan punya gagasan yang besar. Ia juga mampu masuk ke berbagai kalangan, entah itu di elit politik atau di kalangan masyarakat luas.
Itulah sedikit argumen saya mengenai AHY. Dengan modal dan jiwa pemimpin yang sudah terlihat dari sekarang. saya melihat ia sebagai sosok yang mampu membawa garuda terbang tinggi ke angkasa suatu saat ini. Saya percaya itu.
(Abi Permana/kompasiana/dik)