Masyarakat Papua berunjukrasa damai “Save Lukas Enembe”, Selasa (19/9/2017). (Foto: TabloidJubi/Frans L Kobun)

Jayapura: Salah satu kader Partai Demokrat di Papua, Emus Gwijangge, mengatakan pihaknya sedang berupaya membentengi Ketua DPD Demokrat Papua, Lukas Enembe (LE), lantaran khawatir akan keselamatan Gubernur Papua itu.

“Memang belum ada langkah resmi dari pengurus DPD Partai Demokrat Papua, misalnya membentuk tim. Tapi secara individu dan fraksi di DPR Papua, kami sudah membentengi Bapak (Lukas Enembe). Kami selalu ada di belakangnya, ini untuk keselamatan beliau,” kata anggota Komisi I DPR Papua itu, Kamis (21/9/2017).

Katanya, wajar jika DPP Demokrat melakukan investigasi, karena khawatir keselamatan LE. Hal itu dikarenakan Lukas Enembe termasuk kader partai dan Ketua DPD Demokrat Papua, juga Gubernur Papua, yang nantinya sebagai bakal calon petahana dalam Pilgub Papua, 2018.

“Kami harap Ketua Umum DPP Demokrat, Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, juga mendukung. Ini penting untuk keamanan dan keselamatan Lukas Enembe,” ujarnya.

Menurutnya, pascapertemuan antara Lukas Enembe, Kepala BIN Budi Gunawan (BG) dan Kapolri Tito Karnavian, beredar berbagai informasi di masyarakat. Ada yang menyebut kepala BIN menyodorkan dokumen berisi 16 poin kepada LE, di antaranya poin terkait Pilgub Papua dan Pemilu mendatang. Ada pula yang menyebut pertemuan itu membahas keamanan di Papua.

Ia mengingatkan, jangan ada pihak-pihak yang mengeluarkan pernyataan tanpa didasari bukti, karena akan memperkeruh situasi, terutama di Papua.

“Apalagi kalau pernyataan itu disampaikan mereka yang ada di Jakarta, dan tidak mengerti situasi Papua. Kalau Lukas Enembe menyatakan, 16 poin itu tidak benar, ini karena beliau ada dalam tekanan, sehingga sulit bicara,” ujarnya.

Hal serupa dikatakan penasehat DPD Demokrat Papua, Yunus Wonda. Ketua DPR Papua itu menyatakan, mereka yang tidak tahu apa pun, tak perlu berkomentar.

“Kami yang tahu semuanya, tidak mau komentar. Jangan memperkeruh suasana, kalau tahu situasi politik di Papua. Mereka di luar Papua tidak perlu berkomentar, lebih baik mengikuti saja, karena kami yang menjalani,” ucap Wonda.

(tabloidjubi/dik)