Sahabat saya, Sugiono MP (seorang wartawan senior dan penyair) pernah berkisah tentang Naga Bonar. Almarhum Asrul Sani (penulis dan sutradara film Naga Bonar) mengatakan padanya, tokoh Naga Bonar diilhami sosok Kolonel Bedjo. Ia adalah tokoh penting dalam Pertempuran Medan Area (Desember 1945-Agustus 1946).
Sugiono MP, mengulang kisah Asrul Sani, mengatakan, Sang Ibu dalam film Naga Bonar adalah perlambang Ibu Pertiwi. Nusantara.
Dalam sebuah adegan, Naga Bonar yang tampak gagah memerintah pasukannya bertempur, tiba-tiba dipanggil Sang Ibu. Naga pun datang. Sang Ibu meminta Naga menggendongnya membeli sirih karena sirihnya habis. Tanpa rasa malu dan penuh kepatuhan Naga Bonar pun menggendong ibunya. Ia meninggalkan medan pertempuran nan heroik. Sekadar membeli sirih.
Begitulah jiwa prajurit sejati. Sesepele apa pun perintah Ibu Pertiwi maka ia harus memenuhinya. Ibu Pertiwi yang memahami apa yang penting bagi negara ini; bagi dirinya. Naga adalah prajurit. Ia boleh berpendapat dan bertanya. Begitupun perintah Sang Ibu tetap nomor satu. Tetap dilaksanakan tanpa ragu.
Ingatan saya melayang ke kisah Naga Bonar di atas ketika Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Dr Hinca Pandjaitan XIII memberi arahan pada kader usai membuka Workshop Bimbingan Teknis (Bimtek) Divisi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP-PD). Pembukaan digelar di Auditorium DPP-PD, Wisma Proklamasi 41, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis malam (20/4/2017).
Bimtek ini sudah memasuki edisi kedua; gelombang V; angkatan 13, 14 dan 15. Bimtek ditujukan bagi Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Aceh, Jawa Timur, Riau, dan Madura
Dalam arahannya, Hinca Pandjaitan meminta kader menonton cuplikan adegan film Naga Bonar, saat Naga menggendong ibunya. Ini penting. Sebab ibu para kader adalah Partai Demokrat.
“Dengar dan datanglah ketika ibumu memanggil!” Hinca menginstruksikan.
Partai Demokrat nyata sebagai Ibu para kader. Tanpa Demokrat tidak mungkin lahir para kader yang kini duduk di eksekutif dan legislatif bahkan judikatif.
“Dari ‘rahim’ Demokratlah, kalian lahir sebagai para anggota legislatif,” Hinca mengingatkan.
Maka, kata Hinca, menjadi durhaka jika para kader membangkang dan mengabaikan perintah Sang Ibu. Perintah dari Partai Demokrat.
Saya memahami. Hinca tengah mengingatkan para kader tentang pentingnya patuh kepada Partai Demokrat. Patuh kepada pemimpinnya, terutama Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sang Ketua Umum. Apalagi SBY bukanlah sekadar ketua umum. SBY adalah penggagas dan pendiri partai beretika bersih, cerdas, dan santun ini.
Mustahil ada kader yang lebih mencintai Demokrat dibandingkan SBY. Sebab Demokrat lahir dari “rahim” SBY. Demokrat dan SBY adalah dua sisi dalam satu keping mata uang. Logisnya tentu SBY paling memahami apa yang terbaik bagi Demokrat.
Kepatuhan kader pada Demokrat; pada pimpinannya adalah syarat mutlak bagi semakin besarnya partai ini. Tentu termasuk kepatuhan mengikuti bimtek, meski para kader mungkin sudah sangat paham apa tugasnya sebagai wakil rakyat.
“Maka dengarlah jika Demokrat; Ibu kalian memanggil. Jadilah Naga Bonar yang sangat sayang. Yang menjaga, merawat, bahkan menggendong ibunya. Jangan menjadi Malin Kundang. Durhaka terhadap ibunya. Durhaka terhadap partai yang mendudukkannya di legislatif atau eksekutif!” Hinca menyerukan arahannya.
Saya melihat peserta Bimtek. Tidak satu pun yang tak menyimak. Mereka terlihat sangat paham bahwa sebagai kader, mereka memang harus sangat patuh pada perintah Sang Ibu; Demokrat. Di atas panggung, para petinggi Demokrat juga tampak menyimak. Mereka adalah Ketua Divisi Diklat DPP-PD Gondo Radityo Gambiro, Anggota FPD DPR-RI Muslim, Wakil Direktur Eksekutif DPP-PD Partoyo, Koordinator Dept Polhukam DPP-PD Haris Wijaya, Komunikator Politik DPP-PD Ferdinand Hutahaean, dan Ketua Panitia Pelaksana Iwan Rinaldo Syarief.
Pengarahan selama sekitar 1,5 jam yang dipenuhi beragam tayangan video itu menjadi sangat maksimal. Saya yakin, tiga hari dalam penggojlokan di bimtek (mulai malam ini), para kader akan melaksanakannya dengan kedisiplinan tinggi. Semua karena mereka memahami Partai Demokrat adalah Sang Ibu.
(didik l pambudi)