Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di tengah rakyat (Facebook AHY)

Oleh: Ferdinand Hutahaean*)

Pendaftaran Capres dan Cawapres yang tinggal menghitung hari tampaknya semakin membuat situasi politik semakin panas. Bahkan membuat panik kelompok petahana dan pendukungnya.

Kepanikan tampak nyata melanda kubu Jokowi yang terlihat dari pernyataan-pernyataan para koalisi Jokowi dan pendukungnya. Selain tidak subsstantif malah pernyataan-pernyataan itu tidak bermoral. Menyerang membabi buta dengan narasi yang jauh dari kepatutan, nihil substansi namun subur caci maki dan hinaan.

Lihatlah, ketika bahkan seorang Sekjen Partai Politik membangun narasi seolah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) digendong dan dibawa-bawa oleh ayahnya ke mana-mana. Seolah AHY menjadi Capres atau Cawapres adalah karena keinginan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ayah. Narasi yang dibangun tujuannya tidak lebih adalah untuk menempatkan AHY sebagai boneka saja. Padahal rakyat jelas menghendaki AHY sebagai cawapres, dilihat dari hasil survei banyak lembaga survei dari bulan ke bulan yang selalu menempatkan AHY sebagai kandidat terkuat sebagai cawapres.

Lihat jugalah narasi yang dibangun oleh pendukung petahana, bahwa AHY bagai rantang yang dibawa bawa oleh SBY. Sungguh pernyataan tak bermoral dari politisi seperti Misbakhun, seseorang yang pernah diadili korupsi kasus bank Century dugaan LC Fiktif. Tujuannya hanya untuk menggagalkan pasangan Prabowo-AHY untuk maju karena dapat dipastikan pasangan ini punya potensi besar untuk mengalahkan Jokowi.

Ketakutan akan kalah dan kepanikan kelompok petahana melihat bersatunya SBY dan Prabowo tampaknya membuat para pendukung petahana kehilangan percaya diri dan kehilangan moral politik sehingga mengeluarkan pernyataan-pernyatan tak bermoral.

Faktanya, SBY tidak pernah menyodorkan AHY kepada siapa pun sebagai cawapres. AHY tidak pernah dibawa-bawa SBY untuk disodorkan sebagai cawapres. AHY-lah yang membangun karier politiknya dengan keliling nusantara. Wajar kemudian rakyat mengenal AHY dan menginginkan AHY sebagai cawapres. Keinginan itu keinginan rakyat bukan kemauan SBY. SBY tentu sebagai orang tua, dalam posisi memberi restu dan mendukung bila takdir kemudian membawa AHY untuk bertarung sebagai cawapres 2019 nanti.

Restu SBY bagi AHY mengarungi kancah politik nasional adalah hal yang wajar karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya dan pasti mendukung yang terbaik bagi anaknya. Tidak ada orang tua yang tidak bahagia melihat anak-anaknya mendapat tempat yang baik dalam kehidupan.

Dengan demikian bahwa narasi yang dibangun oleh para politisi yang panik dari pendukung petahana yang mengibaratkan AHY seperti rantang yang dibawa-bawa hanyalah narasi murahan, tak bermoral, nihil substansi namun surplus caci maki dan hinaan.

Narasi tersebut dibangun hanya untuk menyerang pribadi AHY dan SBY, namun tak berani membandingkan kapasitas dan kapabilitas dirinya bahkan kapasitas kapabilitas Jokowi dengan AHY dan SBY. Nihil bicara substansi, tak mampu membangun argumen maka strategi terakhir adalah menyerang pribadi.

Itulah narasi tak bermoral yang dibangun menyerang SBY dan AHY. Sungguh politik yang tak mendidik, tapi penuh kebencian.

Sudah saatnya pemerintahan yang gagal ini diakhir dan diganti secara konstitusional.

Jakarta, 03 Agustus 2018

*) Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat