Ketua Umum Partai Demokrat Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan pengarahan pada ratusan kader dalam Safari Ramadan, sebuah perjalanan religi, di Santika Premiere Malang Hotel, Jl. Letjen Sutojo, Kota Malang, Kamis (15/6). (twitter/Edhie_Baskoro)

Oleh: Ferdinand Hutahaean*)

Perjalanan religi Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Umumnya,  Susilo Bambang Yudhoyono sudah memasuki perjalanan hari keempat. Malang sebuah kota di Provinsi Jawa Timur menjadi tujuan Safari Ramadan hari keempat perjalanan religi, dalam misi menyiarkan agama dan Pancasila dalam satu bingkai, yang ditata dalam bingkai besar Negara Republik Indonesia, bingkai besar toleransi dan persaudaraan dalam Bhinneka Tunggal Ika. Perjalanan religi sarat makna dan sarat pesan mulia bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan pesan yang terkandung semangat mencintai persaudaraan.

Partai Demokrat melihat dan mengetahui niat baik Pemerintah yang sedang gencar-gencarnya melakukan upaya untuk pemantapan dan penguatan nilai-nilai Pancasila. Demokrat menyatakan mendukung niat baik tersebut tentu sepanjang tujuannya tidak menyimpang dan menjadi sekadar kepentingan politik atau bahkan bila terjadi penyimpangan nilai-nilai Pancasila. Sepanjang Pancasila sesuai dengan apa yang diyakini oleh Demokrat maka Demokrat mendukung upaya baik dari pemerintah tersebut. Demikian SBY mengawali sambutannya dalam Refleksi Ramadan, perjalanan religi hari keempat, yang mengambil tema dari Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kalau bicara tentang Pancasila, sebenarnya Pancasila dan kemajemukan bukanlah sesuatu yang baru bagi Demokrat. Kebinekaan dan kemajemukan adalah pilar Partai Demokrat yang dicantumkan dalam Manifesto Partai Demokrat yaitu Nasionalis-Religius. Nasionalis-Religius itu harus dibaca satu nafas dan tidak bisa dipisahkan, karena sejak Partai Demokrat lahir atau berdiri, Pancasila sudah ditetapkan sebagai dasar partai, sebagai asas partai yang tidak akan pernah digantikan asas apa pun.

Topik refleksi adalah tentang sila pertama Pencasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Persoalan apa saat ini paling harus dicermati yang berpotensi mengganggu Ketuhanan Yang Maha Esa dan apa yang harus dilakukan untuk menjawab permasalahan?

Ada 5 persoalan yang harus diperhatikan.

Pertama, bagaimana membuat kehidupan tetap religius dan makin religius. Tanpa kita sadari, kehidupan modern telah membuat banyak manusia menjauh dari nilai-nilai ajaran agama. Bahkan ada yang kemudian memusuhi nilai-nilai agama. Tentu ini tidaklah baik dan harus dicegah. Maka menjadi sangat penting, semua harus ikut berperan dan menjadi contoh tentang bagaimana berperilaku religius.

Kedua, bagaimana meletakkan agama sebagai nilai bukan semata simbol. Jika yang dilihat itu adalah nilai kebaikan sebuah agama, maka akan ketemu persamaan-persamaan setiap agama. Semua agama pasti menyerukan kedamaian, menyerukan kebaikan. Tapi kalau yang dilihat simbolnya, maka perbedaanlah yang terlihat, karena tempat ibadahnya pun sudah berbeda. Simbol memang tidak boleh dielakkan, tapi lebihlah melihat nilai-nilai.

Ketiga, bagaimana meningkatkan harmoni. Bagaimana membuat kita semua warga yang berbeda tetap makin rukun. Sebenarnya letaknya ada di dalam hati dan pikiran kita. Jika kita semua memiliki kehendak dan sikap untuk hidup rukun maka rukunlah semua.

Keempat, bagaimana meningkatkan sikap yang toleransi. Toleransi dan tenggang rasa ada sedikit bedanya, meski ada dalam zona yang sama. Toleransi itu adalah ketika apa yang diyakini oleh saudara kita yang beda agama, kita mampu memahaminya. Tenggang rasa adalah kita aktif menjaga sikap, tutur kata dan tindakan yang dapat melukai agama lain.

Kelima, bagaimana kita mengelola dampak buruk dari sebuah pemilihan politik. Jangan sampai Pilkada itu menjadi ajang politik yang menimbulkan perpecahan antara agama suku dan ras yang menghancurkan sendi-sendi beragama dan bersaudara. Jangan sampai berlebihan mencampur-adukkan identitas ke dalam politik hingga membuat situasi menjadi tidak baik.

Terakhir, SBY mengirimkan pesannya untuk seluruh kader, “Saya ingin pesan ini sampai kepada seluruh kader, maka ini harus disampaikan bukan hanya kepada kader di Jawa Timur, yang hadir di acara Safari Ramadan kali ini, tapi seluruh kader di seluruh Indonesia.”

SBY mengajak seluruh kader,”Marilah kita sempurnakan diri kita masing masing. Marilah kita hari demi hari terus menyempurnakan diri. Tetaplah kita menjadi insan yang religus. Jangan menjauhi agama apalagi memusuhi. Mari melihat agama sebagai nilai bukan sebagai simbol semata. Marilah kita menjadi contoh kerukunan. Dan marilah kita memiliki sikap toleran dan tenggang rasa yang tinggi, tidak mencampuradukkan identitas dan rasionalitas secara membabi buta, karena itu akan membuat demokrasi kita rusak dan tercela.”

Begitulah SBY menutup pesan refleksinya dalam Safari Ramadan di Kota Malang, Jawa Timur.

Malang, 15 Juni 2017

*)Komunikator Politik Partai Demokrat