Oleh: Frans Sianturi*)
Akhirnya terjawab sudah, sebuah kalimat yang pernah terucap dari Malala Yousafzai (peraih Nobel 2014) yakni “in every country, politics is considered to be a waste of time” atau dapat dimaknai secara sederhana bahwa politik dianggap membuang waktu. Ternyata perjalanan politik bersama Partai Demokrat di Sulawesi Utara hal tersebut secara nyata terbantah.
Agenda politik yang terangkum dalam tajuk “Demokrat Keliling Nusantara” meninggalkan pesan cukup dalam bagi seluruh kader Partai Demokrat di Sulawesi Utara. Terjemahan pendidikan politik yang termaktub dalam Pasal 1 ayat (4) UU Partai Politik dijalankan dengan sangat baik dan diiiringi oleh irama kepedulian Partai Demokrat dalam aktivitas politiknya di Sulawesi Utara.
Setelah pelantikan pengurus DPD Partai Demokrat Sulut terlaksana serta seluruh agenda kepedulian lainnya juga selesai dilakukan, penutupan agenda politik di Sulut tidak berakhir di pusat kota, Manado, melainkan di sebuah desa berluas 3,48 hektar saja. Desa tersebut bernama Alung Banua yang terletak di Kecamatan Bunaken Kepulauan.
Hinca Pandjaitan XIII selaku Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat yang secara langsung berinisiatif mengajak seluruh kader menuju lokasi. Bukan tanpa alasan, kunjungan tersebut berlandaskan apresiasi terhadap Ranting Partai Demokrat Desa Alung Banua yang sejak berdirinya Partai Demokrat telah memberikan banyak sekali sumbangsih besar.
“Ranting Partai merupakan ujung tombak sebuah partai dalam melaksanakan peran dan fungsinya,” titah Sekretaris Jenderal dalam perjalanan menuju lokasi, tepatnya di dalam kapal yang sedang berlayar di atas Laut Bunaken.
Mencerna kalimat Hinca, tidak perlu memakan waktu banyak, bagaimana mungkin sebuah klub sepakbola bisa dapat hidup dan terus berkembang tanpa seorang pemain yang berada di atas lapangan. Leicester City pada musim 2015-2016 tidak akan pernah memegang Piala Premiere League tanpa kontribusi dan kerja keras Jamie Vardy dan pemain lainnya. King Power International Group selaku pemilik, Vichai Srivaddhanaprabha selaku chairman, Claudio Ranieri selaku manager bukan tokoh yang sesungguhnya menjadi penentu poin demi poin yang diraih Leicester.
Maka dari analogi di atas dapat dijemput sebuah persamaan yang harus kita terima bersama, bahwa kemenangan, kejayaan dan keberhasilan sebuah Partai Politik sangat bergantung pada kerja dan irama yang dilakukan oleh lapisan struktur yang hubungannya dengan rakyat hampir terlihat tanpa ada garis batas. Maka pemikiran yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat dinilai sangat tepat untuk sematkan gelar “Panglima Terdepan” kepada setiap Ketua Ranting.
Jika paradigma ini dipertahankan sebagai suatu amunisi Partai Demokrat dalam membangun komunikasi politik kepada masyarakat dan mengimplementasikan nilai Peduli dan Beri Solusi secara nyata, maka menjadikan ranting sebagai panglima sudah sangat tepat.
Maka saat ini yang dibutuhkan adalah pemeliharaan nilai yang sudah ditanam di Alung Banua dan melanjutkannya di tempat-tempat lainnya. Jika niat Partai Demokrat untuk hadir dan mengetuk setiap pintu-pintu rumah warga negara keliling Nusantara, maka memberikan ruang besar bagi ranting untuk bekerja lebih dalam adalah sebuah keniscayaan yang menjanjikan untuk sebuah kejayaan. ***
*)Staf Ahli Sekjen DPP-PD
(dik)