Komandan Komando Tugas Bersama (Dankogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru saja menyudahi program “Ngariung di Jabar”. Sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019 Partai Demokrat, AHY mulai menjalani aktivitas politik praktis yang kian mendaki tetapi mengasyikkan. Ia sangat menikmati setiap kota yang disinggahinya.
Perjalanan dimulai dari Kota Bekasi, di Pasar Proyek Kota yang hanya sepelemparan batu dari Stasiun Bekasi itu, AHY menikmati sarapan nasi uduknya ditemani kader Demokrat dan Walikota Bekasi. Santai dan ramah, AHY mendegarkan aspirasi warga yang disampaikan di sela sela sarapan paginya.
Bekasi memang menjadi kota tujuan pertama Kogasma dalam program “Ngariung di Jabar”. AHY sendiri mengatakan, kota penyangga ibukota itu dipilih karena ia memiliki kenangan disana. Kenangan itu pulalah yang selalu disampaikan AHY dalam setiap kunjungannya di beberapa daerah di Jabar.
AHY memang menjadi magnet dalam “Ngariung di Jabar”. Ia didekati, diajak berfoto, disalami bahkan dicubit oleh kaum hawa. Namun, “Ngariung di Jabar” bukanlah program biasa. Disinilah AHY menjelma menjadi politisi yang luwes dan aspiratif. Sebuah transformasi yang berjalan mulus dan tidak mudah dilakoni. Sebab lebih dari satu setengah dekade berbaju loreng, tentu tidak mudah bagi AHY menjalani hari hari baru sebagai politisi jaman now.
Pertanyaan di perjalanan baik dari kalangan warga, hingga wartawan bahkan harus dijawab cepat, tegas dan lugas. Tak jarang pertanyaan itu merembet ke hal hal sensitif semisal hasil survey pilpres dan kesiapannya menjadi pemimpin di masa depan. AHY menjawab itu dengan tenang. Ia harus menjawab pertanyaan itu, namun dengan caranya, jawaban yang diterima si penanya berhasil memuaskan mereka. Sebuah akrobatik diksi yang menawan.
Hingga hari ini, AHY masuk dalam pusaran bursa Cawapres Jokowi. Namun dinamika dan kontestasi politik masih terus berkembang. Jokowi dan Tuhanlah yang tahu, siapa yang bakal dipilihnya. Yang jelas, ada banyak nama yang terus disebutkan di media, AHY selalu masuk dalam pusaran tersebut.
Jokowi, sebagai incumbent, tentu saja dengan pertimbangan-pertimbangan yang amat mutakhir akan mengeluarkan nama dari saku depannya di saat yang tepat. Akankah AHY nama itu? Wallahua’alam.
Jika bukan AHY yang keluar dari saku Jokowi, tentunya tidaklah sesuatu yang kiamat bagi jalan politik lulusan terbaik AKMIL tahun 2001 itu. Kerja politik tidak pernah selesai pada satu titik. Jalan pengabdian tidak melulu berhenti ketika pesta usai. AHY menyadari betul hal itu. Ia bahkan dalam beberapa kali kesempatan dialog dengan tokoh dan warga menyebutkan bahwa apa yang telah dimulainya dari Pilgub DKI dengan cemerlang tidak akan berhenti di titik saat ini.
AHY memang tak menang tetapi telah sukses memulai jalan baru. Jalan kepemimpinan untuk masa depan.
Ketika pidatonya tempo hari live di televisi, banyak yang berdecak kagum. Walau masih banyak yang meragukan atas bayang-bayang sang ayah, namun AHY anak muda yang mampu melewati ekspektasi publik.
AHY tidak akan bisa menolak ditakdirkan sebagai anak mantan presiden. Tapi ia menjalani sendiri takdirnya menuju politisi masa depan dengan membawa asa yang harus diwujudkan.
AHY bahkan telah memberi warna cerah pada lukisan politik yang selama ini suram dan akrab dengan stigma kotor penuh prilaku koruptif para aktornya.
AHY memberi harapan baru, bahwa politik harus diisi anak anak muda, cerdas, ramah dan kekinian. Ia mengajak anak muda untuk terjun ke politik agar bisa memberi warna serta nilai tambah, namun disisi lain, ia menggenggam erat tangan para senior menggali ilmu dan berkomunikasi dengan lentur.
Sebagai generasi kedua seperti anak-anak presiden yang lain. Orang seperti AHY, jangankan kalah, pada angka yang sama saja, ia telah diperhitungkan sebagai pemenang.
Sebab, semuanya sudah disiapkan untuknya. Karenanya, jalan politik AHY akan lebih laju dari yang lain ketika semua telah disiapkan. Dan AHY kini punya waktu yang juga panjang mempersiapkan diri sedini mungkin sebagai calon pemimpin masa depan dari Demokrat.
AHY adalah The Rising Star. Ini tentu sangat menggoda bagi Jokowi. Namun Jokowi bisa tersendat keinginannya jika berhadapan dengan PDIP. Kecuali Jokowi berani dan bisa melewati itu. Lalu, bagaimanakah jika tak dipilih Jokowi? AHY tentu bukan anak kemarin sore lagi. Ia telah membangun pondasi politiknya dimasa depan dengan kuat. Ia bukan politisi cengeng yang akan larut dalam kesedihan.
Jikapun, seandainya boleh berandai andai, Nama AHY tidak keluar dari saku Jokowi sebagai pendamping, maka jalan politik tidak akan berhenti. AHY bisa terus meneruskan roadshow seperti Ngariung di Jabar tetapi dengan skala lebih besar, Indonesia.
Namun ada prediksi lain, jika Jokowi ingin menang maka AHY harus ditariknya.Bahkan bukan hanya menjadi penambah daya gedor, tapi sebagai vote getter. Setidaknya hal itu telah berulang kali disinyalkan oleh koalisi Jokowi. Pendamping Jokowi haruslah figur yang bisa mengangkat suara dan elektabilitas Jokowi. Hari ini, siapa nama itu?, AHY berada di posisi pertama. Ia menjadi calon tertinggi untuk posisi RI-2.
Pun jika tidak diajak ke istana, sebuah kursi menteri, sudah dipastikan akan menjadi miliknya. Bahkan, sas-sus, saat reshuffle awal kepemimpinan Jokowi, tawaran ini pernah menggoda tetapi tidak diambil Demokrat. Demokrat memilih untuk mempertahankan etika dan fatsun. Sebagai partai yang tidak mendukung Jokowi di Pilpres 2014 lalu, tentu tidak pada etikanya jika Demokrat tidak pula menyorongkan kadernya untuk duduk di kabinet. Itu tabu benar bagi sikap SBY. Tapi Demokrat juga tidak mendukung gaya opisisi Gerindra dan PKS. Sesuai dengan jargon mereka, partai tengah, Demokrat mengambil sikap mendukung jika kebijakan pemerintah membawa angin segar pada kesejahteraan rakyat, namun galak jika program itu akan membuat rakyat menangis. Jelas, tegas dan tidak akan terpengaruh iming iming jabatan dan materi.
AHY memang tak perlu risau dalam kontestasi 2019 ini, sebab segala kemungkinan bisa terjadi. Yang diperlukan adalah AHY terus memainkan peran sebagai orang muda yang terus mengobar optimisme, kepedulian sosial, keren dan gaul. Tetap senyum menawan di tengah publik tanpa perlu membuat garis lawan-kawan.
Sebagai sesama orang muda, AHY adalah representasi yang memungkinkan membawa jiwa muda generasi baru di Indonesia. Sebab AHY dipersiapkan, tidak muncul tiba-tiba seperti banyak politisi penuh ambisi di negeri ini.
“Ngariung di Jabar” baru saja usai di Depok, AHY akan terus berjalan keliling Indonesia. masih ada 33 Propinsi lain yang akan kunjungi. Bersiaplah, karena AHY sudah SIAP!!!
(Burhanuddin Khusairi/PolitikToday/dik)