Jembatan Tayan yang melintasi Sungai Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jembatan ini adalah yang terpanjang di Kalimantan. Pembangunan jembatan memakan waktu sekitar tiga tahun, dimulai era Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 22 Maret 2016. (Dokumentasi Kementerian PUPR)

Oleh: Ferdinand Hutahaean*)

Persoalan infrastruktur sering menjadi perdebatan di era sekarang. Yang memilukan adalah, perdebatan bukan tentang infrastruktur apa yang akan dan harus kita bangun sesuai kemampuan dan kebutuhan, namun perdebatan justru pada klaim siapa yang bangun infrastruktur yang diresmikan.

Persoalan ini cuma muncul di era Pemerintahan Jokowi sekarang karena klaim-klaim sepihak yang muncul, dan sikap kurang patutnya Pemerintahan Jokowi dalam setiap peresmian infrastruktur yang diresmikan tanpa menyebut terima kasih kepada pemimpin-pemimpin sebelumnya. Bahasa terangnya, Jokowi datang, resmikan proyek dan seolah itu adalah kinerja super cepatnya. Tanpa basa-basi menyinggung asal muasal atau kapan dimulainya proyek yang diresmikan.

Jokowi sebagai pribadi memang tidak pernah menyebut klaim, tapi media pendukung pemerintah dan para pendukung Jokowi yang tinggal sedikit itu selalu mengklaim bahkan klaim tidak jarang melampui batas kewarasan. Entah benar atau entah tidak, akun-akun media sosial yang memberitakan hoax infrastruktur itu, kita tidak tidak tahu pasti. Tapi klaim yang dilakukan di atas batas kewarasan. Ada beberapa contoh yang sempat beredar luas di media sosial seperti Jembatan Ampera di Palembang yang diklaim sebuah akun medsos sebagai prestasi infrastruktur yang dibangun Jokowi, Jembatan Kelok Sembilan Sumatera Barat yang diklaim sebagai jalan tol di Sukabumi yang dibangun Jokowi, dan bahkan sebuah jalan tol di luar negeri diklaim sebagai jalan tol di sebuah daerah di Indonesia, dan berbagai macam klaim lainnya.

Begitu juga dengan media yang selalu identik sebagai pendukung Jokowi. Contohnya Kompas.com dalam pemberitaan tanggal 11 Mei 2015 dengan judul “Bendungan Pertama di Era Jokowi Resmi Beroperasi”. Judul itu betul-betul framing yang bisa mengelabui publik bahwa seolah Bendungan Jatibarang Semarang tersebut dibangun di era Jokowi atas prestasi infrastruktur Jokowi. Apakah benar demikian? Faktanya adalah waduk/bendungan tersebut sudah dibangun sejak era SBY dimulai 15 Oktober 2009 dan jadwalnya rampung Mei 2014. Yang kemudian diairi awal 2015 atau sekitar 6 bulan setelah Jokowi menjabat presiden. Tanpa menyebut terima kasih kepada pemimpin terdahulu, bendungan itu diresmikan seolah bendungan bagian dari program Nawacita Jokowi. Itu hanya contoh saja.

Berapa lama sesungguhnya sebuah infrastruktur besar bisa selesai dikerjakan? Benarkah Jokowi telah berhasil membangun infrastruktur hanya dalam 2 tahun? Mari kita telisik perlahan supaya jernih.

Pembangunan infrastruktur besar jika dihitung dari perencanaan hingga pembangunan konstruksi butuh waktu tidak sedikit. Jika infrastruktur bernilai trilliunan rupiah tentu butuh waktu setidaknya 1-2 tahun studi dan perencanaan, 1 tahun persiapan anggaran, 2-3 tahun pelaksanaan fisik hingga selesai. Artinya butuh waktu setidaknya 3-5 tahun untuk sebuah proyek bernilai Rp5 trilliun. Apalagi sebuah proyek yang puluhan trilliun rupiah, tentu butuh waktu lebih lama, karena infrastruktur memiliki hambatan yang tidak mudah di lapangan. Dengan demikian, hampir dapat dipastikan bahwa semua infrastruktur yang diresmikan Jokowi hingga sekarang adalah proyek yang sudah dikerjakan sejak era SBY. Jangan dibilang mangkrak, karena memang waktunya sedemikian rupa. Jika tidak percaya, silakan tunjukkan proyek mana yang digagas Pemerintahan Jokowi, dilaksanakan 100% di era Jokowi, yang sudah selesai 100% dan diresmikan. Saya yakin tidak ada yang mampu tunjukkan.

Mari kita berikan contoh terdekat, yang tampaknya akan diklaim dan digembar-gemborkan sebagai prestasi sepihak.

Pertama, Bandara Kertajati yang semakin mendekati rampung. Tahukah Anda bahwa bandara ini dibangun terintegrasi seluas 5000 Ha dengan total biaya Rp25 Triliun lebih? Bandara ini sudah dimulai studi kelayakannya sejak tahun 2004 era SBY. Proses terus bergulir hingga mulai dibangun era Pemerintahan SBY dan awalnya ditargetkan rampung 2016. Meski sekarang mundur ke 2018. Itulah hambatan yang terjadi di lapangan.

Kedua, Kereta Api Bandara atau Skytrain. Tahukah Anda bahwa itu sudah dicanangkan dan dimulai tahun 2012 era SBY dalam program 5 agenda pengembangan Bandara Soekarno-Hatta yang disebut Aerotopolys senilai Rp26,7 T? Semua bertahap dan akhirnya selesai di era Jokowi.

Ketiga, Kapal Selam dari Korea Selatan. Tahukah Anda bahwa kapal selam itu dipesan sebanyak 3 unit oleh SBY tahun 2011? 1 unit dikerjakan 100% oleh Korea Selatan dan sudah selesai, sedang dikirimkan ke Indonesia. Unit kedua akan dibangun dengan skema Indonesia 50%-50% Korsel. Unit ketiga akan dibangun 100% di Indonesia. Begitulah TOT yang dicanangkan oleh SBY.

Keempat, pesawat N-219 yang baru saja terbang perdana hari ini, yang diproduksi 100% oleh PT Dirgantara Indonesia. Tahukah Anda itu sudah dimulai sejak era SBY periode kedua memerintah?

Masih banyak proyek lain sebagai contoh bahwa yang diresmikan Jokowi adalah proyek era SBY. Bukan mangkrak, tapi memang jadwalnya sedemikian rupa. Waduk Jatigede, Jembatan Tayan di Kapuas, Pembangkit Listrik, Jalan Trans Papua yang sudah dimulai sejak 2010, masih banyak… tak perlu kita sebut semua.

Bandingkan sekarang dengan proyek yang digagas oleh Era Jokowi dan tidak kunjung berjalan pasca-ground breaking seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kereta Api Sulawesi, Listrik 35 Ribu MW. Dan yang lain masih belum jelas.

Begitulah realita infrastruktur kita supaya jernih melihat bangsa ini secara utuh. Yang hebat dan berprestasi layak diapresiasi.

Jakarta, 16 Agustus 2017

*)Pimpinan Rumah Amanah Rakyat