Sri Sultan Hamengku Buwono IX ( Good News From Indonesia)

Minggu lalu, saat saya temani bapak Susilo Bambang Yudhoyono minum kopi di kota Yogya, saya bertemu dengan Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo atau biasa disebut Gusti Prabu. Bagi yang belum tahu, Gusti Prabu adalah anak kandung dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan KRA Hastungkara. Kebetulan, kakak beliau dari ibu KRA Pintakapurnama yakni Gusti Bendoro Pangeran Haryo Hadikusuma adalah sahabat saya waktu mengambil kursus AMDAL di UGM pada tahun 1992.

Kami bercakap-cakap akrab sekali, saat itu kami banyak bertukar pikiran soal budaya terutama Keraton Yogyakarta. Kebetulan pada 12 April kemarin merupakan hari lahir dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Jadi masih dalam suasana Hari Lahir beliau khusus untuk siang ini akan saya sajikan beberapa info terkait Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari hasil diskusi dengan Gusti Prabu, semoga bermanfaat.

Beliau Orang Yang Peduli Dengan Pendidikan

Sri Sultan Hamengku Buwono IX lahir pada hari Sabtu Paing, tanggal 12 April 1912 di Sompilan Ngasem, Yogyakarta atau menurut penanggalan Jawa, lahir pada tanggal 25 Rabingulakir tahun Jimakir 1842. Beliau dikenal dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun, harapannya, agar kelak memiliki atau dibebani derajat yang tinggi, cakap mengemban pangkat atau kedudukan yang luhur, dan selalu berbudi baik walau memegang kekuasaan yang besar. Di umur 4 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono IX kecil tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School di Yogyakarta. Pada tahun 1925 ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool di Semarang, dan Hoogere Burgerschool te Bandoeng – HBS Bandung. Pada tahun 1930-an ia berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit Leiden), Belanda.

Raja Yang Cerdas, Tegas, dan Bersahaja

Beliau dinobatkan menjadi Sultan Keraton Yogyakarta pada tanggal 8 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga”. Hal yang menarik dalam pidato penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah, beliau mengatakan bahwa meskipun telah mengenyam pendidikan barat, beliau tetaplah orang Jawa. Beliau bertekad akan mempertemukan jiwa Barat dan Timur agar dapat bekerja dalam suasana yang harmonis. Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah raja terbesar Yogyakarta sepanjang sejarah kesultanan Yogyakarta sejak Perjanjian Giyanti 1755, merupakan salah satu pahlawan nasional berpengaruh bagi Yogyakarta dan kemerdekaan Indonesia. Banyak yang mengenal bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan pribadi dan pemimpin yang sederhana, dekat dengan rakyat, demokratis, berkharisma, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia misalnya, keadaan perekonomian sangat buruk, kas negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang. Tapi dalam rangka menjamin agar roda pemerintahan RI tetap berjalan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyumbangkan kekayaannya sekitar 6.000.000 Gulden, untuk membiayai pemerintahan, kebutuhan hidup para pemimpin dan para pegawai pemerintah lainnya.

Fakta sejarah mengatakan bahwa D.I. Yogyakarta adalah wilayah pertama di Negara Kesatuan Republik Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan pada 1945, setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang berkuasa di Keraton Yogyakarta saat itu menyatakan bergabung melalui maklumat 5 September 1945 bersama KGPAA Paku Alam VIII.

Berbagai jabatan penting di Republik ini pun pernah diembang oleh beliau sebagai salah satu tokoh nasional baik dari era Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto. Tercatat sejak pada 1946 beberala jabatan Menteri pada Kabiner Presiden Soekarno. Seperti Menteri Negara Indonesia(1946), Menteri Pertahanan(1948), Wakil Perdana Menteri Indonesia(1950). Jabatan resminya di Era Presiden Soeharto pada Tahun 1966 adalah sebagai Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia Pertama. Bahkan pasa tahun 1973 beliau dipercaya sebagai Wakil Presiden Indonesia mendampingi Soeharto.

Bapak Pramuka Indonesia

Bagi yang belum tahu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga didaulat sebagai Bapak Pramuka Indonesia dalam Munas Gerakan Pramuka pada tahun 1988. Bahkan WOSM (Organisasi Kepramukaan Dunia) menganugerahi Bronze Wolf Award atas dasar jasanya membangun pramuka di Indonesia. Oleh karena itu saya pikir Pengurus Kwarnas Pramuka Indonesia mari kita perjuangkan bersama setiap tanggal 12 April bertepatan dengan Hari Lahir beliau sebagai Hari Bapak Pramuka Nasional. Begitu banyak jasa beliau dalam perjalanan bangsa ini. Dari era perjuangan kemerdekaan hingga era pembangunan beliau selalu menunjukan peranannya dalam membangun negeri. Sekaligus menggambarkan peranan Kesultanan Yogyakarta dalam proses Integrasi NKRI. Oleh karena itu, Sebagai bentuk penghargaan pengabdian Kesultanan Yogyakarta bagi negeri ini, Presiden ke 6 @SBYudhoyono menandatangani UU Keistimewaan Yogyakarta pada tahun 2012 lalu.

Terakhir saya rasa kita patut berterima kasih sebesar-besarnya kepada Yogyakarta pernah melahirkan satu tokoh nasional yang memiliki banyak jasa bagi bangsa ini. Mari kita teladani beliau bersama.

(http://c.uctalks.ucweb.com/Sumber: kultwit akun media sosial pribadi @hincapandjaitan)