(Indah Mariana/kompasiana) Dua ibu-ibu dengan terharu menemui Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di di Jalan Raya Cifor, Sindang Barang, Kota Bogor. Kedua ibu ini merasa kehidupannya sangat terbantu saat SBY memerintah Indonesia. (Foto: Indah Mariana/kompasiana)

Pas pulang makan siang di seputaran IPB bareng teman-teman lama, saya langsung tancap gas ke Bogor Kota. Pas di Jalan Raya Cifor, Sindang Barang, saya lihat orang-orang pada lari ke depan. Semakin jauh motor saya meluncur, baru kelihatan bis berlogo SBY itu. Ada tulisan ‘Yang penting negara adil rakyat sejahtera’ di badan bis yang di parkir di depan jejeran penjual buah.

Saya langsung underestimate. Ah, masak Presiden ke-6 RI belanja buah di emperan begini? Orang sekelas SBY kan mestinya belanja di mal-mal yang dingin dan wangi berseri itu. Jadi saya pikir ini paling-paling cuma rombongannya doang. SBY sudah tancap gas ke Ciampea, tempat kampanye Jaro Ade– Inggrid Kansil (kalau saya enggak salah).

Tapi teriakan ‘Pak SBY! Pak SBY!’ itu bikin saya sadar. Kayaknya ini beneran deh. Maka saya langsung banting setir ke pinggir jalan, markir motor di seberang. Kapan lagi bisa ketemu SBY secara langsung?

Ternyata beneran. Ada SBY di sana, juga Bu Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY). Saya lihat juga Wali Kota Bogor Bima Arya. Mereka baru selesai belanja buah-buahan para pedagang kecil itu, dan sekarang sedang sibuk melayani masyarakat yang ingin berfoto bersama.

Saya amati keluarga SBY itu ramah-ramah. Asyik-ayik saja mereka melayani masyarakat yang berebutan berjabat-tangan dengan mereka. Sama sekali enggak ada kesan risih, atau enggak tulus. Malahan saya perhatian kayaknya SBY, Ibu Ani, EBY dan Bima Arya senang banget bisa bercengkrama sama masyarakat kecil. Mereka tersenyum lepas, tertawa bersama masyarakat.

Para Paspampres kayaknya juga tahu sikon. Mereka memberi ruang biar masyarakat bisa memoto dan berfoto dengan SBY sekeluarga. Suara-suara di medsos yang bilang paspampres SBY sangar-sangar langsung terasa lebay di pikiran saya.  Enggak sesuai fakta yang saya temukan di lapangan. Lha, buktinya saya enggak disuruh minggir tuh.

Nah, pas saya sudah cabut smatphone, tiba-tiba muncul ibu-ibu menerobos kerumuman. Si ibu berjilbab biru ini langsung meluk SBY, terus menangis sesungukan. Rupanya ibu-ibu ini ngefans berat sama SBY. Bukan ngefans kayak ABG ke artis-artis korea, si ibu ngefans karena dia merasa kehidupannya sangat terbantu saat SBY memerintah Indonesia.

“Anak saya sekolah sampai kuliah di zaman Bapak. Berkat Bapak uang sekolah anak-anak saya murah, ada BLT, terus BBM murah,” kata Ibu-ibu itu.

Seorang ibu-ibu berjilbab hitam turut nimbrung. Saya lihat, dia juga menangis. “Pak SBY baik. Cinta sama rakyat. Kalau ada yang jelek-jelekin Bapak, saya nangis, apalagi yang bawa kebo itu.”

SBY tersenyum ramah lalu mengucap terimakasih atas penghargaan dari kedua ibu-ibu itu. Pas kedua ibu-ibu itu sudah tenang, SBY lalu bilang, “salam sama keluarga, mudah-mudahan Negara kita makin baik, makin maju.”

Pas SBY berpindah, penasaran saya ikuti kedua ibu-ibu itu. Saya tanya kok bisa segitu ngefansnya sama SBY.

 

“Yang saya salut sama Pak SBY, dihujat tetap senyum. Ya Allah, Bapak SBY sebaik itu kok ada orang yang jahat?” kata ibu yang pakai jilbab biru. Namanya Ningrum, pas saya tanya.

Sementara Ibu-ibu yang pakai jilbab hitam namanya Naryati. Dia bilang,”Pak SBY santun, mudahan-mudahan anaknya juga amanah ya, bisa bantu yang kesusahan seperti yang saya rasakan waktu masa Pak SBY. Kalau enggak dapat bantuan waktu itu, enggak tahulah.”

Saya jadi semakin penasaran. Saya gali lebih dalam. Bantuan seperti apa yang bikin Ibu Naryati sangat terkesan. Terus Ibu Naryati cerita asal mulanya.

Waktu itu dia mau daftar anaknya sekolah, tapi enggak punya duit. Nah, berhubung ada dana BOS, si ibu cuma keluar duit pendaftaran saja, yang jumlahnya Rp 50.000. Sudah itu semuanya gratis, ditanggung sama BOS. Sekarang, Alhamdulillah anak si Ibu ini sudah bisa kuliah.

Wah! Tiba-tiba saya jadi ikut-ikutan terharu. Pelan-pelan saya mengerling SBY yang lagi jadi rebutan buat berfoto bersama tukang ojek online, pedagang buah dan masyarakat itu. Ternyata program-program SBY terasa banget di kalangan masyarakat kecil.

Tapi kok di medsos masih ada juga yang jelek-jelekin SBY? Mereka bilang SBY enggak bikin apa-apa. SBY kerjanya cuma nyanyi doang. Saya pikir orang-orang seperti ini pasti orang-orang sirik. Mungkin juga mereka enggak pernah ngobrol dengan masyarakat sehingga enggak tahu betapa bermanfaatnya program-program SBY buat rakyat kecil.

(Indah Mariana/kompasiana/dik)