Jakarta: Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat, Ni’matullah memang politisi cemerlang di tanah kelahirannya.
Maju dari daerah pemilihan (dapil) VI untuk DPRD Sulsel, Ni’matullah
memperoleh suara tertinggi di Partai Demokrat. Luar biasanya, ini kali ketiga Ni’matullah terpilih sebagai legislator di DPRD Sulsel.
Ketika ditanya web Demokrat, Rabu (11/9) di Wisma Proklamasi Jakarta, tentang kiat terpilihnya ia sebagai anggota DPRD Sulsel, Ni’matullah mengatakan hal itu tidak bisa diraih secara instan. Perlu kerja keras tanpa henti.
“Sejak awal terpilih sebagai Ketua Demokrat Sulsel, saya telah menyatakan pada para kader bahwa partai ini harus dibangun dengan semangat kekeluargaan. Semua kader harus melihat kader lain sebagai keluarga yang harus dijaga. Kekompakan atau kesolidan harus menjadi kekuatan yang utama,” ujar Ni’matullah.
Hal lainnya, kata Ni’matullah, rekrutmen caleg harus dilakukan dengan objektif dan memilih para caleg yang punya elektabilitas, kapasitas, dan berintegritas di dapilnya.
“Saya bisa meraih hattrick di satu dapil, tentu karena kerja keras tanpa henti. Jagalah integritas. Jangan pernah punya cacat, jangan cedera janji pada konstituen. Saya terpilih dengan suara terbanyak karena tidak punya cerita jelek di dapil saya,” ujar Ni’matullah.
Begitupun, Ni’matullah mengakui jika Pemilu 2019 adalah Pemilu terberat yang dijalankannya. Baik sebagai Caleg maupun sebagai Ketua Demokrat Sulsel. Apalagi ada kompetitor yang memanfaatkan kekuatan finansialnya.
“Demokrat hanya mengandalkan nama baik sebagai partai yang digagas Presiden RI ke-6 Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Bersyukur kita mampu mendapatkan 10 kursi sehingga berhasil masuk 4 besar pemenang Pemilu di DPRD Sulsel dan berhak atas kursi pimpinan atau wakil ketua,” kata Ni’matullah.
Prestasi Demokrat Sulsel yang mencapai 12 persen perolehan suara tentu di atas raihan suara nasional yang mencapai 7,7 persen.
Prestasi itu tentu tidak mudah diraih di tengah berbagai persoalan yang menimpa Demokrat. Mulai dari berkembangnya politik identitas hingga sakitnya Ibu Ani Yudhoyono hingga SBY di empat bulan jelang Pemilu praktis tidak bisa memimpin pemenangan Demokrat secara langsung. Beruntunglah Demokrat memiliki Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mampu memimpin pemenangan Demokrat.
Sehingga Demokrat bisa meraih 7,7 persen suara nasional jauh di atas prakiraan survei hanya meraih 4 sampai 5 persen suara nasional.
Meskipun SBY tak memimpin pemenangan di tahap akhir secara langsung, tapi bagi Ni’matullah hasil perolehan Demokrat tak lepas dari nama besar SBY.
“Pak SBY adalah segalanya bagi Demokrat Sulsel. Kami semua bertahan dan berjuang habis-habisan untuk menjaga nama baik Pak SBY. Karenanya kami juga berharap para pengurus lain dari tingkat pusat hingga cabang ikut menjaga nama baik Pak SBY. Jangan ada kelakuan kader yang merusak citra Pak SBY,” Ni’matullah mengingatkan.
Ni’matullah menegaskan, seluruh kader Demokrat harus melakukan reorientasi untuk menghadapi berbagai kompetisi politik, terutama Pemilu 2024.
“Jika tidak dilakukan, maka raihan suara Demokrat akan makin menurun di Pemilu 2024,” Ni’matullah mengakhiri.
(Didik)