Daerah tempat dimana saya tinggal mendapat kejutan malam ini, Kamis (19/4). SBY, AHY, dan rombongan Partai Demokrat mengunjungi Kelapa Dua, Kelurahan Kagungan, Serang, Banten. Kehadiran mereka dalam rangka obrolan santai (Obras) dan makan malam bersama masyarakat.
Ini kali pertama saya bisa melihat Presiden RI tersebut dengan langsung dan sedekat ini. Bukan hanya dekat secara jarak, melainkan dekat secara emosional. Entah karena alasan apa, yang penting saya merasa nyaman saat beliau bertutur.
SBY dan rombongan hadir ba’da sholat isya, tidak selang berapa lama setelah kami membacakan surat Yasin bersama masyarakat yang datang. Rombongan SBY dan Partai Demokrat yang datang disambut dengan lantunan sholawat badar yang membuat pertemuan malam ini terasa aman, damai, tentram dan menyejukkan.
Di sisi kanan panggung adalah bagian tempat duduk ibu-ibu atau para wanita. Saya nimbrung di sana bersama sanak saudara yang riuh sedari siang tadi, ingin bertemu SBY dan AHY, katanya. Banyak sedikitnya saya mendengar percakapan para juru dapur rumah tangga yang lain berbisik-bisik tentang zaman SBY menjabat dulunya.
“Enakan zaman pak SBY, apa-apa murah, ngurus ini itu gampang, kalau sekarang buat jajan cemilan aja mikir-mikir,” kata ibu itu kepada temannya yang asyik swafoto.
Sebelum masuk acara inti, yaitu tanya jawab antara SBY, AHY dan masyarakat, semua yang hadir makan bersama terlebih dahulu. Saya melihat langsung, apa yang dimakan SBY dan rombongan sama dengan apa yang kami makan. SBY terlihat makan dengan lahap, tidak risih berbaur dengan masyarakat yang berlatar dari kalangan bawah. Salut.
Setelah melakukan santap malam bersama, barulah masuk acara inti. SBY, AHY, dan petinggi Demokrat lainnya pindah ke atas panggung. Warga pun makin antusias untuk menyampaikan keluh kesahnya kepada Presiden RI ke-6 tersebut. Terlihat wajah semangat dan penuh harap dari masyarakat yang hadir menggenakan umumnya gamis putih.
Ada keluh kesah pelaku UKM yang mengatakan kondisi ekonomi yang sulit saat ini. Ia mengatakan pada tahun 2004 ia memulai usaha dengan 3 orang karyawan. Dalam 10 tahun SBY menjabat ia mampu menamambah karyawan hingga menjadi 24 orang.
Tapi kenyataan hari ini, ia mengaku dalam tiga tahun belakangan ini ia terus mengurangi karyawannya karena kondisi ekonomi yang semakin berat, kini hanya tersisa 4 orang karyawan saja katanya.
Sedih mendengarnya. Hal yang sama juga dialami oleh keluarga saya. Dengan ayah yang seorang guru dan ibu yang hanya mengurus rumah, beban hidup keluarga kian terasa berat. Hal ini kata bapak karena sudah hampir 3 tahun tidak ada kenaikan gaji, sementara harga-harga melonjak tinggi.
Ada juga masyarakat yang menyampaikan tentang kondisi kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat. Walau saya tidak terlalu paham dengan bahasa ini, namun yang saya tangkap adalah mengenai intervensi asing dan rakyat harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Mungkin keresahan itu timbul melihat maraknya beredar video serbuan tenaga kerja asal Tiongkok ke Indonesia di media sosial.
Namun dari semua keluhan masyarakat tersebut, SBY mampu menjawabnya dengan bijak. Beliau tidak menuding pihak ini atau pihak itu untuk menyalahkan seperti yang sering dipertontonkan partai politik lainnya di televisi. SBY mengatakan dirinya dan Partai Demokrat berkomitmen peduli dengan apa yang dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu, saat ini dirinya dan PD menjemput aspirasi masyarakat tersebut dan akan berjanji memberikan solusi melalui corong atau jalur yang sesuai dengan hukum.
Pada acara tersebut juga banyak masyarakat yang mendukung AHY untuk menjadi capres 2019. AHY pun mengapresiasi dukungan yang diberikan masyakat tersebut dan mengamini semua harapan baik tersebut.
AHY menjawab harapan rakyat tersebut dengan selalu ikhtiar berada di tengah masyarakat. Karena menurut AHY, pemimpin sejati adalah pemimpin yang selalu hadir di tengah masyarakat dan berempati terhadap kesusahan yang dialami rakyatnya.
Semoga AHY dan Partai Demokrat bisa menjawab harapan rakyat.
(Tiara Larasati/kompasiana)