Oleh: Firliana Purwanti, SH. LLM
Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Departemen VIII – Agama dan Sosial – DPP Partai Demokrat
Masih teringat Ketika pertama kali bergabung dengan Partai Demokrat, tepatnya 12 tahun yang lalu. Tak berapa lama setelah Kongres III Partai Demokrat berakhir pada 2010, saya ditelpon seorang teman.
“Hi, Firli, masih tertarik masuk politik gak?” tanya Rachland Nashidik, kini Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat.
“Mau banget,” jawab saya.
Rachland pun langsung perintah, “Kirim Curriculum Vitae kamu ke Andi Timo Pangerang, dia Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak – Partai Demokrat. Langsung koordinasi dengan beliau. Ibu Timo ini anggota DPR-RI. Nanti aku kirim nomor telponnya.”
Setelah saya mengirim CV ke Ibu Timo, saya dipanggil oleh Ibu Andi Timo Pangerang, sekarang salah satu Wakil Sekretaris Jenderal – Partai Demokrat, ke ruang kerjanya di Gedung DPR-RI. Gugup juga karena waktu itu pengalaman pertama bertemu dengan wakil rakyat secara langsung.
“Selamat siang, saya Firli. Saya ada janji dengan Ibu Timo,” sapa saya ke sekretaris beliau. Kemudian langsung dipersilahkan masuk.
Rasa gugup hilang karena ternyata Ibu Timo menyambut ramah kedatangan saya dan berkata, “Firli, saya sudah baca CV kamu. Saya mau tugaskan kamu menjadi Kepala Biro Advokasi dan Legislasi di departemen yang saya pimpin. Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak – DPP Partai Demokrat periode 2010 – 2015.”
Tak berapa lama, teman-teman calon pengurus departemen pemberdayaan perempuan hadir juga di ruangan itu. Di rapat hari itu Bu Timo memberi instruksi kepada kami semua, “Departemen ini prioritas buat saya, minimal setiap satu bulan sekali, departemen kita harus ada kegiatan.”
Terus terang kewalahan juga menerima tugas seperti itu. Karena ini baru pertama kali bergabung dengan partai politik. Pengetahuan politik saya masih sangat rendah. Jangankan mengetahui cara menghitung jumlah suara untuk mendapatkan kursi di suatu daerah pemilihan, apa peran dewan pimpinan pusat dan bagaimana koordinasinya dengan dewan pimpinan daerah pun belum paham ketika itu.
Seiring waktu, setelah 12 tahun menjadi kader perempuan Partai Demokrat, saya belajar banyak tentang struktur partai, kinerja partai, mengadakan kegiatan langsung dengan rakyat, bagaimana berkomunikasi dengan pengurus partai di pusat maupun daerah, mengadakan pendidikan politik untuk kader perempuan, sampai berkampanye untuk menjadi calon anggota DPR-RI pada 2019.
Bukan hanya saya, kapasitas politik teman-teman kader perempuan lain pun meningkat pesat karena Partai Demokrat (PD) adalah partai yang ramah perempuan. Berikut uraian dua alasan mengapa Partai Demokrat adalah partai yang ramah perempuan.
PARTAI DEMOKRAT ADIL SEJAK DARI PIMPINAN
Pertama, pucuk pimpinan Partai Demokrat memiliki ‘political will’ atau itikad baik untuk menerapkan prinsip keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam tubuh partai secara nyata, tidak hanya sekedar kata-kata.
Partai Demokrat banyak menempatkan perempuan di pucuk pimpinan partai agar aspirasi perempuan mudah terdengar dalam proses pengambilan keputusan partai. Sebagai contoh pada 2004 alm. Ani Yudhoyono pernah menjadi Wakil Ketua Partai Demokrat; pada 2009 Partai Demokrat memilih Melani Leimena Suharli menjadi Wakil Ketua MPR-RI periode 2009 – 2014; Nurhayati Ali Assegaf diangkat menjadi Ketua Fraksi pada 2012 – 2014; Setelah Kongres IV Partai Demokrat pada 2015, Indrawati Sukadis menjadi Bendahara Umum periode 2015 – 2020; Sidang Pleno Rakernas di Lombok pada 2017 dipimpin oleh lima kader perempuan; Partai Demokrat mengangkat Erma Suryani Ranik, perempuan pertama yang menjadi wakil pimpinan Komisi III DPR – RI pada 2018; Vera Febyanthy Rumangkang dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum periode 2020 – 2025; dalam kepengurusan partai periode ini, empat dari sepuluh Wasekjen dan tiga dari delapan Wabendum adalah perempuan.
Political will Partai Demokrat untuk mewujudkan keadilan juga tercermin dari kegiatan yang dilakukan oleh Fraksi Partai Demokrat pada saat peringatan Hari Perempuan Internasional 2018 dimana Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan pidato kunci dalam seminar nasional tentang “Mengurangi Kemiskinan Perempuan: Menuju Ekonomi Indonesia Yang Kuat dan Berkeadilan.”
Seminar nasional ini adalah inisiatif Ketua Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono dan merupakan kegiatan terbesar yang pernah dilakukan oleh Fraksi Demokrat selama periode 2014 – 2019. Salah satu pembicara dalam seminar nasional ini adalah Ketua Umum Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), seorang perempuan disabilitas. Bukti lain bahwa Partai Demokrat tidak ingin meninggalkan siapa pun dalam proses pembuatan keputusan dan pembangunan.
Partai Demokrat sadar bahwa politik adalah dunia yang masih didominasi oleh laki-laki. Maka politisi perempuan tidak bisa dibiarkan berjuang sendiri. Perempuan harus diberdayakan untuk terjun ke politik. Kesadaran dan political will ini pun dirawat oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Partai Demokrat terus meningkatkan program-program pendidikan dan pelatihan untuk memberdayakan minat, bakat, dan kemampuan optimal para kader perempuan Partai Demokrat,” ujar AHY, saat memberikan sambutan pada webinar “Kepemimpinan Perempuan Berbasis Gender” yang diselenggarakan Perempuan Demokrat Republik Indonesia (PDRI) di awal tahun 2022.
SISTERHOOD DALAM TUBUH PARTAI DEMOKRAT
Kedua, kader perempuan Partai Demokrat memiliki kultur ‘sisterhood’ yaitu suatu budaya antar kader perempuan yang kuat sebagai suatu komunitas untuk berbagi kekuatan, pengalaman, dan saling memberdayakan.
Yang saya nikmati dari Partai Demokrat adalah ketika para kader perempuan yang sudah berada pada posisi puncak di partai, mereka tidak melupakan kader-kader perempuan yang masih muda. Jika ada kader perempuan muda yang memiliki keinginan kuat untuk maju di politik, para perempuan elit Partai Demokrat tidak segan-segan menjadi mentor, memberikan wejangan tentang bagaimana menjadi politisi yang baik dan bahkan memberikan ‘panggung’ untuk berkontribusi pada partai.
Semangat saling memberdayakan ini bisa terlihat dari pernyataan Ibu Titiek Budhisantoso, Ketua Umum pertama Perempuan Demokrat Republik Indonesia (PDRI). Beliau selalu mengatakan begini, “Saya melalui PDRI selalu ingin meningkatkan kapasitas dan mendorong kader – kader perempuan PD agar semakin banyak yang masuk parlemen. Saya sendiri tidak perlu nyaleg, yang penting kader perempuan yang lain yang maju.” Sejak awal berdiri, organisasi sayap partai ini tidak pernah absen melakukan Pendidikan caleg untuk para kader perempuannya.
Semangat sisterhood yang saling memberdayakan ini pun dilanjutkan oleh Ketua Umum PDRI yang baru, Siti Nur Azizah, dengan visinya yang bertema “Berdaya di Era Digital”. Ketua umum PDRI periode 2022 – 2027 mengkontekstualisasikan isu pemberdayaan dengan era teknologi digital 4.0 adalah tepat agar kader perempuan Partai Demokrat tidak tertinggal dan mampu berkompetisi secara sosial, ekonomi, dan politik.
APA STRATEGI DAN PERAN PEREMPUAN PARTAI DEMOKRAT KE DEPAN?
Selama 21 tahun Partai Demokrat berkiprah di dunia politik Indonesia, sudah banyak prestasi dan perjuangan yang dilakukan oleh kader perempuannya. Termasuk berhasil mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden selama dua periode, tidak lepas dari perjuangan para kader perempuan dan bimbingan almarhumah Ibu Ani Yudhoyono.
Kini dinamika politik sudah banyak berubah, Partai Demokrat perlu menyesuaikan lagi strategi dan peran kader perempuan ke depan. Apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus diubah?
Kultur Partai Demokrat yang ramah perempuan dari tingkat pimpinan sampai tingkat praktik adalah modal sosial penting yang belum tentu dimiliki oleh partai politik lain. Ini adalah modal sosial yang harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Untuk memenangkan berbagai kompetisi politik, baik pemilu, pilpres, maupun pilkada, partai politik membutuhkan semua orang. Baik laki-laki, perempuan, maupun orang dengan disabilitas. Maka dari itu representasi keberagaman dalam partai secara adil adalah mutlak untuk menarik suara pemilih dari berbagai kelompok.
Maka strategi utama kader perempuan Partai Demokrat adalah menjaga prinsip keadilan antara laki-laki dan perempuan selalu diterapkan dalam proses pembuatan keputusan; dan meningkatkan semangat saling memberdayakan antar perempuan dalam tubuh partai.
Strategi kedua adalah kader perempuan Partai Demokrat harus menguasai isu nasional dan global yang paling mutakhir dan mampu menjawab berbagai persoalan yang sedang kita hadapi.
Bank Dunia mencatat 62% populasi dunia hidup di bawah $10 per hari, pemanasan global sudah mencapai 1,5◦C yang berdampak pada ekosistem dan manusia, 193 juta penduduk dunia mengalami masalah ketahanan pangan akut, lebih dari 1 milyar penduduk dunia adalah orang dengan disabilitas, dan laporan kesenjangan gender dunia menunjukkan masih dibutuhkan 135 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan.
Secara nasional, Indonesia pun mengalami krisis akibat pandemik yang berkepanjangan: meningkatnya kemiskinan, jumlah pengangguran, dampak kemiskinan pada Kesehatan reproduksi, hingga deforestasi. Bagaimana kita sebagai kader perempuan Partai Demokrat menanggapi tantangan tersebut? Bagaimana kader perempuan bekerjasama untuk memenangkan PEMILU 2024 juga harus dipikirkan baik-baik.
Pada peringatan ulang tahun ke-21 Partai Demokrat mendapatkan hadiah ulang tahun yang berharga, yaitu lahirnya Srikandi Demokrat yang dipimpin oleh Annisa Pohan Yudhoyono. Srikandi Demokrat dapat mengambil peran strategis menjaga kultur partai yang ramah perempuan dan meningkatkan kapasitas perempuan Partai Demokrat agar mampu menjawab tantangan nasional dan global untuk pemenangan Pemilu 2024.
Srikandi Demokrat memiliki posisi yang tepat untuk mensinergikan berbagai kekuatan kader perempuan dalam tubuh Partai Demokrat agar efektif dan efisien dalam memenangkan PILKADA dan PEMILU 2024. Tugas yang tidak ringan mengingat ada banyak unsur organisasi perempuan di dalam partai, seperti PDRI, Persaudaraan Istri Anggota (PIA) Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR-RI, perempuan anggota parlemen Fraksi Demokrat di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten, Majelis Taklim Ani Yudhoyono, dan Biro Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak – DPP Partai Demokrat.
Walau penuh tantangan namun saya optimis, di bawah kepemimpinan Annisa Pohan, Srikandi Demokrat mampu meningkatkan popularitas dan tingkat keterpilihan Partai Demokrat secara nasional. Selamat ulang tahun ke-21 untuk Partai Demokrat dan selamat atas berdirinya Srikandi Demokrat.